COASS COOPERATE 4.0 (Part of...

By feyarms

2M 386K 140K

Ini bukan hanya cerita tentang kisah cinta antara koass dengan koass atau koass dengan residen. Ini cerita te... More

Kenalan Dulu, Yuk! (Para Koass)
Kenalan Dulu, Yuk! (Residen dan Internship)
The Most People You Love, Hurt You So Bad
Otolaringologi, Memahami Berawal Dari Mendengar
Surprise Midnight Video Call - 1
Surprise Midnight Video Call - 2 END
Anak Yang Bisa Melihat Dedemit dan Lelembut
Every Stalks of Sunflower is A Hope - 1
The Best Damn Thing
RESIDENSTAGRAM - Cha Eunwoo
Begini Kacaunya Ruang Koass
Jangan Mendekat, Wooseok Sedang Kesal!
BURN YOUR PASSPORT!!
Happy Belated Birthday, "Fiance"
Big Brown Teddy Bear
CONSULENTAGRAM - Kang Dongho (ft. Eunwoo's Chatroom)
Angel On A Rainy Day
Persahabatan Bagai Ulat Bulu
Server 404 Not Found - Residents Headache!
COASSTAGRAM - Keum Donghyun
Everytime I See You, I Die A Little More
In The Aftermath of The Destructive Path
Junho vs Dongpyo, Eunsang Menonton!
RESIDENSTAGRAM - Cha Eunwoo
Prahara Keseharian Koass - 6
Orthopedi Resident-Consulent Relationshit
Balada Saat Harus Maju Referat
Obsgyn, Looks Like Mother and Son
Behind Closed And Locked Door
RESIDENSTAGRAM - Lee Jinhyuk
From Me, Thank You Very Much
Belajar Aja Susah, Apalagi Rebahan?
Just The Way You Lie
COASSTAGRAM - Keum Donghyun
Best Support System
Bagian Tidak Penting, Amat Tidak Penting
All Things To Do When You Get Well
Separuh Pendengaran Hyungjun Hilang!
The Story Behind The Lunch Box
Stolen Moment That We Steal
RESIDENSTAGRAM - Song Yuvin
Suatu Pagi di Apartemen Junho
Kotak Bekal Sarapan Untuk Hyungjun
These Wounds Won't Seem To Heal
Kuch Kuch Hota Hai
Cerita Dari Koridor di Pagi Hari
Mysterious Box, Who Sent It?
Four Separate Viewpoints - 1
Four Seperate Viewpoints - 2 END
COASSTAGRAM - Cha Junho
Feelings of Doctor and Patient
What Are They Doing There?
There's No Smoke, If There's No Fire
A Family That Can't Be Touched
Cerita Yang Belum Terselesaikan
Unread Messages And Busy Calls
Sometimes Logic Speaks Without Looking At Feeling
Then, Can I Call Your Name?
The Chaotic Day of Coass
Sudden Cardiac Arrest
Lacrymosa
Si Kembar Menangkap "Api"
Panik dan Spesialis Baru
I'm Sorry That I Can't Be Perfect
Album Foto dan Selamat Tinggal
Hold You In My Arms
Ruang Gosip Kembara Kembar Nakal
I'm Here to Stay
Imperfections
Junho di Tengah Papa dan Mama Babi
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Neurologi Punya Cerita
Balada Rencana Tahun Baru Ala Koass
Dalam Pandangan Junho
Pertimbangan dan Perasaan Dalam Percakapan
Malam Tahun Baru Ala Kami
Why Can't I Hold You In The Street?
Tahun Baru dan Koass
Beautiful Bucket, Beautiful Hopes
RESIDENSTAGRAM - Song Yuvin
Sebelum Makan Siang
Laki-Laki Yang Menjual Cerita
Story Behind A Code Blue
COASSTAGRAM - Song Dongpyo
Papa Hwang dan Mama Kkura Pusing!
Sepasang Sepatu Yang Tertukar
Resep Perut Nyoi-Nyoi Ala Yunseong
Bagimu, Aku Ini Apa?
Decisions and Considerations
Hello
Rain Clouds Come to Play Again
COASSTAGRAM - Kim Yohan
The Hidden Other Side
Paris, Sweet and Warm Welcome
The Story of A Little Girl
DILARANG BERTANYA SAAT PRESENTASI REFERAT!
Cara Membahagiakan Minhee Ala Yunseong
Give Me An Answer
Keributan Dari Kamar Rawat Wonjin
Pulmonologi dan Respirasi, Bangku Kosong (Lagi?)
Kesedihan di Balik Hangat Selimut
COASSTAGRAM - Song Hyungjun
Rekomendasi Dua Ahli Hematologi
Sebuah Konfrontasi
Lekas Sembuh, Junho!
Shock Delivered!
Spill The Tea!
Komurola Take Care of His Favorite Resident
Impervious
Simple Plan
Sekilas Tentang 2019-nCoV
Greetings Along The Way
Greetings Along The Way - 2 END
COASSTAGRAM - Cha Junho
ALGANAX
Takut
Di Balik Layar
Suatu Kejadian Perkara...
Minhee dan Legenda Perut Tanpa Akhirnya
The Fourth Diagnosis - Panic Disorder
Pocky JR is Catching Fire
I Swear, I Will Not Cry
Shock Received!
RESIDENSTAGRAM - Song Yuvin
Why was I born in July?
Dari Wonjin, Untuk Minkyu
Bicara Tentang Keluarga
The Woman Who Came From Taiwan
Seungyoun, Please...
Unwanted Youngest Son
Overture
Hashirama Senju dan Tobirama Senju
Inner Turbulence
CONSULENTAGRAM - Miyawaki Sakura
Kegagalan Quality Time
What's Wrong With Him?
He Helplessly Stands By, It's Meaningless
Hello, Tony. Long Time No See
War Inside My Head
Every Second, Every Thought, I'm In So Deep
Night Bleeds
Chaos
Kabar Baik di Jam Makan Siang
COASSTAGRAM - Keum Donghyun
Kabar Baru Mulai Berhembus
You Made My Mom and Brother Fight!
This Pain is Just Too Real
I'm The Lie Living For You
Ternyata Yunseong Diopname
Alasan di Balik Sikap Dokter Seongwoo
Ternyata Memang Sepi...
'Cause I've Been Feeling You Leaving - 1
Please Tell Mom, It's Not Her Fault - 1
'Cause I've Been Feeling You Leaving - 2 END
Please Tell Mom, It's Not Her Fault - 2 END
CITO
We Don't Know When He Will Wake Up
Dari Mereka Yang Menyayangi Junho
Home
Hitam Putih Tersirat Dalam Radiologi
Mendung Dari Kamar Junho
Cokelat dan Surat Cinta Untuk Minhee
Speechless
Wooseok Mengomel, Bukan Mengeong
Going Under
Mendacium
What's On Yunseong's Mind
T.E.A.R.S
Junho Tidak Ikut?
RESIDENSTAGRAM - Cha Eunwoo
R.E.W.R.I.T.E
Silenced Without Action
When I Watch You Look At Me
Goodnight Song and Kisses
Shoulder to Lean Back
Non Subditos
Lingkaran Persegi Panjang
Reaksi Semu
Status Dramaticus
Et Sacrificium
Destruktif
Ekuilibrium
RESIDENSTAGRAM - Song Yuvin
Sebaris Nasihat Choi Minki
Distraksi
Rekonstruksi Asa
Kim Yohan Sudah Bertitah!
Anomali Hening
COASSTAGRAM - Kim Minkyu
Recover
Pudar
Hideout
I'm Sorry For Everything
Anak Itu Kembali?
Anak Yang Berpetuah
Handle Everything For You
Happy Crack Open Day, Eunwoo!
Happy Birthday, Eunwoo
COASS COOPERATE 5.0

Every Stalks of Sunflower is A Hope - 2 END

9.3K 2.1K 454
By feyarms

Minkyu menyentuh perlahan wajah Wonjin yang masih terlelap dan membelainya lembut dengan punggung tangannya. "Sunshine..." panggilnya pelan.

Wonjin tidak bergeming, seakan sama sekali tidak merasakan sentuhan lembut tangan Minkyu di pipinya, sementara dadanya naik turun teratur dan tampak tenang dalam tidurnya.

Minkyu tersenyum tipis sembari terus membelai pipi tirus Wonjin penuh perhatian, seakan ingin membangunkan Wonjin tanpa mengangetkannya. "Sunshine, ayo bangun sayang..."

"Eung..." Wonjin mengerang pelan dan menggerakkan sedikit kepalanya menjauhi tangan Minkyu yang terus mengganggu tidurnya.

"Masih ngantuk ya?" Minkyu memainkan ibu jarinya di permukaan pipi Wonjin, mengusapnya lembut, dan tersenyum saat melihat dahi pacarnya yang mengerut tidak senang dengan mata masih terpejam.

Wonjin membuka matanya perlahan dan kembali berusaha menjauhkan wakahnya dari tangan jahil Minkyu yang terus mengusap dan mengganggu tidurnya. "Eungh... Minkyu, minggir. Ngantuk..."

"Sunshine, ayo bangun sebentar." Minkyu menundukkan sedikit tubuhnya dan memberikan ciuman lumayan lama tepat di bagian tengah dahi Wonjin yang sebagian tertutup beanie, kemudian mengusap bagian yang baru saja ia cium lembut dan terkekeh begitu Wonjin kembali mengerang sebagai bentuk protes akibat tidur nyenyaknya diganggu.

Di belakang Minkyu, Yohan duduk berjajar dalam satu sofa bersama Eunsang yang entah mengapa tidak mau lepas darinya, Hyungjun, dan Dongpyo. Sementara Junho memilih duduk di bagian sudut ranjang Wonjin sambil menatap Minhee yang berdiri di tidak jauh darinya dengan mata memincing. Mereka seakan memiliki dunianya sendiri. Jadi saat Minkyu sibuk berusaha membangunkan Wonjin, Junho sibuk beradu pandang penuh kekesalan dengan Minhee, Eunsang yang menempel ketat pada Yohan seperti baru saja dilem, Hyungjun yang sibuk menonton ulasan-ulasan film horror yang sudah pernah ditontonnya, dan Dongpyo yang sibuk menguap karena mengantuk.

Sampai beberapa detik kemudian setelah Minkyu menghujani wajah Wonjin dengan kecupan-kecupan ringan yang membuat kesayangannya merengek tidak senang, Wonjin perlahan membuka matanya sambil berusaha mengembalikan kembali kesadarannya yang mungkin sebagiannya masih tersangkut di alam bawah sadarnya.

"Kyu..." Kedua tangan kurus Wonjin terulur meraih satu tangan Minkyu dan memeganginya perlahan, nyaris hanya terasa seperti sebuah cengkraman yang tidak bertenaga, kemudian memainkan jari-jari Minkyu perlahan.

Minkyu hanya diam sambil mengangkat kedua sudut bibirnya untuk tersenyum saat melihat bagaimana Wonjin memainkan jari-jarinya dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka. "Kangen ya?" tanyanya lirih. Ia masih membiarkan Wonjin bermain-main dengan jarinya tanpa ada niat untuk menariknya.

Wonjin mengangguk beberapa kali, kemudian menggenggam jari telunjuk Minkyu dengan jari-jarinya.

"Semalam tidur jam berapa? Dibantu obat tidur lagi?" Minkyu membenarkan letak selimut yang menutupi sebagian tubuh Wonjin, kemudian membenarkan letak beanie yang sedikit berantakan.

Wonjin mengerjap beberapa kali, menatap ke dalam mata Minkyu, dan mengangguk. "Semalam nggak bisa tidur, sakit..." jawabnya.

"Sebelah mananya yang sakit hm? Masih sakit sampai sekarang?" Bahkan setiap orang yang ada di dalam kamar rawat Wonjin bisa mendengar bagaimana suara Minkyu yang penuh kekhawatiran tanpa mereka harus bertanya sekhawatir apa Minkyu pada Wonjin.

Wonjin menunjuk kepalanya dengan tangannya yang bebas tanpa melepaskan cengkramannya dari telunjuk Minkyu dengan tangannya yang lain. "Sakit, Kyu. Kepalaku pengen aku lepas aja," rengeknya.

Perlahan, Minkyu mengusap kepala Wonjin yang terbalut beanie dengan tangannya yang bebas. Ia memainkan ibu jarinya di sana, memberi usapan lembut yang seakan bisa mengurangi rasa sakit Wonjin. "Mau duduk sebentar?" tanyanya, kemudian ia memunduk dan kembali memberikan kecupan di pelipis Wonjin.

Untuk sejenak Wonjin hanya diam sambil memainkan kembali jari-jari Minkyu, hingga beberapa detik kemudian ia mengangguk beberapa kali sambil berusaha mengangkat kedua sudut bibirnya yang pucat untuk mengulas sedikit senyum.

Minkyu mengangguk dan dengan telaten membantu tubuh Wonjin yang kian kurus dan ringkih untuk bangun dari posisi berbaring. Ia membiarkan Wonjin menyandar padanya, memegangi tangannya dengan gemetar, sementara ia membenarkan letak bantal untuk menjadi sandaran duduk Wonjin senyaman mungkin. Dan merasakan bagaimana Wonjin memegangi tangannya dengan jari-jari kurus itu semakin membuatnya dirundung khawatir karena kondisi fisik Wonjin tidak kunjung membaik sejak kanula nasal itu dipasang kembali.

Wonjin mengulas senyum dan memberikan kecupan singkat di satu pipi Minkyu sesaat setelah ia duduk nyaman di tempat tidurnya. "Makasih, Minkyu," bisiknya. Suaranya terdengar serak dan lebih lemah daripada hari-hari sebelumnya.

Satu anggukan dan seulas senyum hangat diberikan Minkyu sebelum ia membawa dirinya agak menjauh agar Wonjin bisa melihat kehadiran teman-temannya di sana. Namun alih-alih langsung menyadari kehadiran keenam temannya, Wonjin justru menunduk dan memainkan ujung selimutnya setelah kembali diam.

Hingga sekitar 4 detik kemudian, Eunsang mendekati ranjang Wonjin lebih dulu dan memeluknya dari samping, yang seketika berhasil membuat Wonjin tersentak kaget dan menghentikan gerak jemari kurusnya memainkan ujung selimutnya. Ia terkejut, tapi tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhnya membeku dan tidak ada sepatah katapun mengalir dari bibir pucatnya.

"Eunsang kangen Wonjin. Lama banget nggak ketemu Wonjin," Eunsang berujar pelan sembari menempelkan pipinya dengan pipi tirus Wonjin, sementara kedua lengannya memeluk erat tubuh ringkih Wonjin yang benar-benar kurus, berbeda dengan Wonjin yang dulu.

Wonjin hanya diam. Ia tidak membalas satupun perkataan Eunsang atau balas memeluk Eunsang. Ia hanya mendongak perlahan, menatap Minkyu dengan pandangan tidak mengerti. Matanya memerah begitu ia melihat Junho, Minhee, Yohan, Dongpyo, dan Hyungjun berada di ruangan yang sama dengannya. Tidak hanya Eunsang.

"Eunsang kangen jaga bareng Wonjin lagi kayak dulu. Eunsang juga kangen bagi-bagi kopi sama Wonjin tiap jaga malam. Lama banget nggak ketemu dan jaga bareng sama Wonjin, jadinya kangen banget." Eunsang tanpa sadar memanyunkan bibirnya, mengeratkan pelukannya di tubuh Wonjin, dan kian menempelkan pipinya dengan pipi Wonjin.

Wonjin menunduk. Ia menyentuh lengan Eunsang perlahan. "Kalian kok repot-repot mampir ke sini? Emang nggak lagi ngekoass ya?" tanyanya. Suaranya hanya bisa didengar oleh Eunsang saking lirihnya.

"Karena kami kangen sama Wonjin, makanya kami mampir ke sini buat ketemu Wonjin. Tapi maaf ya karena kami nggak bisa bawa apapun karena udah terlanjur kangen sama Wonjin." Eunsang mengendurkan sedikit pelukannya, membiarkan Wonjin melihat satu persatu teman sepengiriman, sekaligus teman seperjuangan masa prekliniknya.

Yohan mengangguk, matanya menatap lurus ke arah Wonjin yang masih tenggelam dalam pelukan Eunsang. "Jin, cepat sembuh ya? Kita bakal selalu nungguin lo di ruang koass dan akan selalu nunggu lo buat jadi bagian dari kita lagi. Gue pengennya, walaupun kita nggak disumpah bareng, suatu saat nanti kita tetap punya cerita berdelapan," katanya.

"Berdelapan? Minhee masuk hitungan dong?" Hyungjun menyahut, kemudian mendapat pelototan horror dari Yohan dan Minhee di saat bersamaan. "Ampun, anak gadisnya Junho kalau begini aja galak. Giliran gue kerjain, pada pelukan kayak telenovela. Harusnya tadi gue bawa aja ya boneka-boneka gue yang ajaib biar mereka pelukan lagi."

"Apapun itu, Jin, kita hanya berharap lo cepat sembuh. Benar kata Yohan. Biarpun nanti kita disumpahnya nggak barengan, seenggaknya kita punya cerita berdelapan. Masuk bareng nggak harus selalu keluar bareng, tapi kita berusaha buat selalu bareng. Apapun yang lo hadapi sekarang, gue yakin ada hal-hal indah yang lagi nunggu lo." Dongpyo mengangguk, berusaha meyakinkan Wonjin dengan perkataannya.

Di ujung ranjang sana, Junho mengangguk. "Nggak ada hidup siapa yang lebih baik di sini. Hidup gua nggak lebih baik dari hidup lo, begitupun hidup lo mungkin juga nggak lebih baik dari hidup gua karena pada dasarnya, lo adalah pemeran utama dalam hidup lo dan gua adalah pemeran utama dalam hidup gua. Sebagai pemeran utama, kita punya porsi untuk bermain peran dan menentukan akhir yang kita mau," katanya.

"Mungkin di luar sana ada yang iri dengan kehidupan lo dan berharap jadi lo, tanpa mereka tau betapa sakitnya jadi lo. Tapi mungkin juga di sini lo juga iri dengan kehidupan orang itu dan berharap jadi mereka, tanpa lo tau betapa sakitnya jadi mereka. Itu terjadi karena kita melihat orang lain dengan kacamata pemeran pembantu, bukan kacamata pemeran utama. Di hidup ini nggak ada yang perlu lo sesalkan karena semua akan berjalan pada alurnya, termasuk dengan kelahiran lo karena kelahiran lo adalah berkah buat orang-orang yang sayang sama lo. Minkyu salah satunya?" Minhee menambahi. Meskipun perkataannya agak konyol di bagian akhir, ia tersenyum saat menunjuk Minkyu dengan ujung dagunya.

Eunsang mengangguk, ia kembali mengeratkan pelukannya pada tubuh Wonjin. "Kalau Wonjin pernah merasa menyesal dilahirkan untuk keadaan Wonjin yang saat ini, Wonjin harus ingat kalau Wonjin punya orang-orang yang sayang sama Wonjin. Mungkin kita kadang merasa kalau kehadiran kita ini beban, tapi secara diam-diam ada orang yang mau mendampingi kita tanpa menganggap diri kita adalah beban, melainkan berkah. Wonjin harus sembuh, bukan hanya buat Wonjin sendiri, tapi juga buat semua orang yang selalu sayang sama Wonjin. Juga buat banyak impian Wonjin yang sempat terbengkalai."

"Gua punya sesuatu buat lo." Junho lantas menurunkan tasnya, membuka bagian depan tasnya, dan mengambil sebuah buku sketsa berukuran lumayan besar dari dalam sana. "Bukan gambaran yang bagus sih. Tangan gua agak kaku karena udah lama nggak gambar, tapi masih bisa dilihat bentuknyalah. Nih, dilihat dulu."

Junho mengulurkan selembar kertas dari buku sketsa dengan gambaran yang ia beri tanda tangannya di bagian ujung. Sebuah gambar yang dibuat langsung menggunakan watercolor yang dominan warna kuning. Gambar itu menunjukkan seorang lelaki berkemeja biru yang sednag membawa kamera di tengah pada bunga matahari. Di belakang lelaki itu, ada sekitar 8 bunga matahari yang sedang mekar dan di atas bunga-bunga matahari itu, tampak matahari yang nyaris tenggelam yang memperindah kesan sunset di sana.

Wonjin mengerjap beberapa kali. "Gambarnya bagus, Jun," katanya.

"Cowok itu Minkyu. Dia yang hobi pinjam kamera gua buat ngefotoin lo diam-diam sampai memori gua penuh. Walaupun dulu di mulut dia bilangnya suka Hyungjun, gua harus jujur kalau memori kamera gua habis karena Minkyu ngefotoin lo diam-diam, Jin."

Sementara Wonjin mengulas sedikit senyum malu-malu, Minkyu hanya menaikka alisnya dan bersikap tidak peduli dengan apa yang dikatakan Junho.

"Bunga mataharinya sengaja yang gua buat jelas cuma 8 karena 8 adalah jumlah kita. Bunga matahari paling ujung itu Yohan, di samping Yohan ada Minhee, di samping Minhee ada Hyungjun, dan di tengah ada lo. Di samping lo ada Eunsang, di samping Eunsang ada Minkyu, di samping Minkyu ada gua, dan bunga matahari paling pendek itu Dongpyo."

Di samping Yohan, Dongpyo hanya mencibir sambil mengepalkan tinjunya ke arah Junho yang baru saja meledeknya secara estetis.

"Bunga matahari itu punya banyak makna. Kesetiaan dan kepatuhan. Kegembiraan dan keceriaan. Semangat dan optimis. Persatuan dan persahabatan. Kenapa gua buat bunga mataharinya ada 8? Karena setiap tangkai bunga matahari adalah harapan yang bisa lo lihat setiap waktu. Setiap dari kita punya harapan yang sama tentang lo. Kita semua, termasuk diri lo sendiri berharap lo lekas sembuh dan pulih. Itulah kenapa gua buat bunga mataharinya ada 8."

Wonjin memejamkan matanya sejenak, membiarkan air matanya jatuh ke punggung tangannya saat mendengar penjelasan Junho tentang gambar di tangannya.

"Dan matahari yang lagi bersinar itu adalah lo. You're the only one sunshine. Lo bisa bersinar kapanpun lo mau. Jadi hangat di pagi hari, jadi terang di siang hari, dan jadi indah saat senja hari. Bunga matahari selalu setia menghadap ke mana mataharinya bergulir, dari sejak matahari terbit, sampai matahari terbenam. Semua bunga matahari di sana yang menggambarkan setiap masing-masing dari kita nggak akan pernah ninggalin lo, bahkan saat lo terbenam sekalipun, because you're the only sunshine we have. Kalau lo merasa nggak bisa lepas dari diri lo sendiri sebagaimana bunga matahari yang selalu menghadap ke matahari, kita juga sama."

Eunsang tersenyum saat melihat Wonjin perlahan mengangkat kedua sudut bibirnya untuk tersennyum. Ia lantas menyandarkan kepalanya di bahu ringkih Wonjin dan mengeratkan pelukannya penuh kelembutan.

"Lo tau makna senja di sana nggak? Kenapa nggak gua buat latarnya sewaktu matahari terbit, tapi malah gua buat saat matahari terbenam? Ini nggak ada hubungannya sama anak kopi senja karena gua hanya penikmat rasa kopi, bukan penikmat quotes kopi berlatar senja." Junho menunjuk ke arah gambarannya di tengah Wonjin.

Wonjin mengangkat sedikit pandangannya, kemudian menggeleng pelan.

Junho tersenyum. "Karena senja adalah salah satu objek alami indah yang pernah Tuhan ciptakan. Orang-orang yang suka senja pasti mengabadikan pemandangan saat senja dan nggak bisa dipungkiri kalau hasil potretnya yang indah selalu menghipnotis. Sama persis kayak lo yang selalu bisa menarik orang lain dengan cara lo sendiri, tanpa lo harus menjadi orang lain. Dan setiap senja selalu menjanjikan kita awal yang baru."

Aku di saat ide dan moodku sedang acakadut, iNI NULIS APAAN SIH ASTAGA?!😒😒

Continue Reading

You'll Also Like

1K 140 10
[SEVENTEEN Fanfiction] [Trigger warning: mention of suicide and depression] Saat mendengar kabar bahwa Choi Seungcheol, teman mereka yang lebih diken...
66.9K 10.1K 68
Cerita empat mahasiswa teknik menjalani kehidupannya
5.2K 2.4K 31
Highest rank #1 poetry (12/10/2023) #1 diksi (12/01/2023) #1 words (08/03/2023) #1 antologi (22/06/2023) #1 puisiindonesia (12/01/2023) #1 wattpadpoe...
10.4K 926 21
Kami terus mendaki hingga muncul kabut putih yang sangat pekat dari atas. Kabut itu seperti mengeluarkan halusinogen dari tiap partikelnya. Aku meras...