Byungchan mengangguk sekali. Meski tidak berhadapan langsung, mendengar suaranya saja terkadang Byungchan sudah merasa sungkan lebih dulu.

Namun jelas Kang Dongho bukanlah orang yang bodoh. Memiliki nama singkat yang diperpanjang gelarnya jelas membuatnya beberapa langkah lebih pintar daripada residennya. "Fokus pada dirimu sendiri, Chan. Fokus dengan yang terjadi dalam hidupmu. Kamu nggak perlu membuang-buang tenagamu untuk menentukan kamu berhak menghakimi siapa atas kesalahan siapa dan nggak perlu menghabiskan pikirmu untuk mengurusi hidup orang lain yang mungkin pernah terlibat dengan kamu. Fokus dengan dirimu sendiri. Biarkan semuanya berjalan seperti apa yang seharusnya terjadi."

Dan Byungchan tahu ke mana arah pembicaraan dokter Dongho. Untuk dokter subspesialis yang kerap kali bertemu dengan subspesialis lain dari bidang lain dan berinteraksi dengan orang banyak, dokter Dongho jelas mendengar banyak sekali cerita dari mulut ke mulut.

................................. [[💌🕊]]

Seungyoun membungkuk beberapa derajat, mengulas senyum terbaiknya, dan mengucap lirih sapaan yang bisa dikatakannya untuk sekedar menunjukkan rasa hormatnya pada kedua dokter yang baru saja melintas melewatinya, meski sesungguhnya, ia tidak ingin berbohong bahwa hatinya terasa sakit. Lebih dari biasanya.

Namun ia buru-buru menepis pikirannya kala ia mulai menyadari bahwa eksistensinya tidaklah begitu besar. Apa arti dirinya bagi Han Seungwoo? Pria itu melintas di hadapannya, mengekor langkah di belakang dokter Chaeyeon dan memandangnya sekilas. Ia tidak berharap banyak, tidak pula ingin berharap banyak. Tapi sebagai orang yang masih memiliki perasaan, bukan tidak mungkin jika hanya dengan melihat Seungwoo, bisa memberi banyak sekali perasaan berkecamuk dalam dadanya.

Itu manusiawi, kan?

Seungyoun mendesis kecil. Hatinya sakit. Tapi tidak apa-apa. Hatinya yang sakit bagi banyak orang tidak pernah bernilai apapun. Bahkan saking sakitnya,  ia sudah tidak peduli gunjingan macam apa lagi yang akan ia dengar sepanjang hari ini. Toh mereka yang terus memojokkan dan menggunjingnya membuatnya seakan menjadi benda mati yang tak punya perasaan, tidak punya rasa sakit yang berusaha ia pendam sendiri.

Ia tidak meminta siapapun membelanya. Ia tahu bahwa dirinya bersalah dan ia telah menerima segala yang pantas diterimanya. Gunjingan dan pandangan buruk, ia menerimanya tanpa berusaha menyudutkan orang lain dan membela dirinya. Tidak pernah sekalipun ia berusaha membela dirinya dengan berbagai kalimat defensif sebab ia tahu bahwa orang-orang itu akan semakin menganggapnya tidak tahu diri.

Bahkan meski sudah begini pun, ia tetap dianggap hanya sampah yang pantas disingkirkan, disudutkan, dan direndahkan. Terlepas dari kenyataan bahwa seperti apapun posisinya, ia menyimpan rasa sakitnya sendiri.

"Youn, lo oke?"

Lamunan panjang Seungyoun mendadak buyar. Yury dan Hangyul berdiri di kedua sisinya, tersenyum padanya - ini hanya untuk Yury - sementara Hangyul hanya meringis lebar seperti biasa. Sebuah cengiran kuda yang seakan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Yury menepuk-nepuk puncak kepalanya beberapa kali, mengusak helaian rambutnya. "Kita ini tetap temen lo, Youn. Kita udah terlatih buat susah senang bareng lo sejak masih preklinik, koass, pernah gagal UKMPPD bareng, internship bareng. Dengan permasalahan lo yang begini, kita nggak mungkin ninggalin lo sendirian. Oke?"

Kedua sudut bibir Seungyoun terangkat. Tepukan tangan besar Yury di puncak kepalanya terasa nyata.

Hangyul menepuk bahunya keras. "Hanya karena lo bersalah, bukan berarti lo nggak bisa berubah. Orang-orang itu menilai lo seakan lo nggak pernah punya kesempatan berubah, padahal setiap orang pasti punya kesalahan dan berhak untuk berubah. Termasuk lo, Youn."

"Apa yang udah lo lakukan, menyadari kesalahan lo tanpa mengkambinghitamkan orang yang sebenarnya paling bersalah, mempersiapkan diri lo buat meminta maaf, siap menerima segala konsekuensinya, dan berniat berubah, itu adalah awal yang baik, Youn. Nggak semua orang bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang lo lakukan. Bahkan mereka yang menggunjingkan dan menghina lo, mungkin nggak bisa melakukan apa yang lo lakukan sekarang. Jangan takut, Youn. Ada gue, ada Hangyul."

Untuk kedua kalinya, senyum Seungyoun kembali merekah. Ia mengangguk samar.

"Lain kali hati-hati saat lo siap membuka hati lagi, Youn. Jangan gegabah. Apa yang udah terjadi, bisa lo jadikan pelajaran kalau nggak pernah ada hal baik saat kita bermain dengan hati. Berhati-hatilah dengan hati."

Yury terbahak, kemudian menjitak kepala Hangyul keras-keras untuk sekedar menciptakan kekehan pelan dari bilah bibir Seungyoun.

Yury terbahak, kemudian menjitak kepala Hangyul keras-keras untuk sekedar menciptakan kekehan pelan dari bilah bibir Seungyoun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat pagi dan jangan lupakan sarapan kalian. Tetap waspada dan jaga kesehatan ya. Stay safe di manapun kalian berada🐇

Dan silakan bertemu dengan si kecil yang sedang ngambek🐇

... papa jelek!


COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Where stories live. Discover now