Yunseong mengangguk. "Tepat. Kalian nggak bisa lari dari keluarga kalian masing-masing. Hubungan kalian udah lebih jauh daripada hubungan gue dengan Minhee ataupun hubungan Yuvin dengan Yohan. Saat salah satu dari kalian membuat kesalahan fatal, maka akibatnya juga akan lebih fatal. Dan di sini gue nggak mau membutakan mata bahwa lo yang membuat kesalahan fatal itu."

"Lo bisa menyalahkan gue. Semuanya emang salah gue. Tapi tolong, jangan sala--"

Yunseong menggeleng. Ia memandang penuh pengertian. "Gue paham. Gue nggak akan menyalahkan Seungyoun. Meskipun dia punya potensi salah, kesalahannya adalah kesalahan yang nggak dia sadari dan setelah dia menyadari kesalahannya, dia nggak berusaha membela diri. Itu udah cukup buat gue sebagai bukti bahwa dia merasa bersalah. Hanya masalahnya, orang-orang ini lupa kalau Seungyoun yang mereka cibir sekarang masih Seungyoun yang sama dengan yang mereka puji dulu. Orang-orang itu luput melihat apa yang seharusnya mereka lihat."

"Maksud lo?" Sebelah alis Seungwoo terangkat naik. Raut wajahnya menunjukkan ketidakmengertian.

Yunseong sengaja mengulur waktu. Ia mencecap rasa kopinya lebih lama daripada sebelumnya. "Tolong garisbawahi baik-baik. Gue nggak membenarkan apa yang lo lakukan terhadap Byungchan, tapi gue juga nggak membenarkan apa yang mereka katakan terhadap Seungyoun. Perkara di kubu mana gue berdiri, gue netral. Gue nggak mau berdiri di kubu siapa dan meneriaki siapa. Terlalu naif buat membela satu orang tanpa memahami orang lain. Gue nggak mau turut serta bikin orang lain tertekan. Jadi ya, garisbawahi ini."

"Gue paham, lo nggak membela siapapu, Seong."

Sekali lagi, Yunseong tampak mengulur waktu. Diperhatikannya lamat-lamat televisi rusak di dekat kasir sana, seakan ada sesuatu yang menarik di sana. "Mereka melihat Seungyoun sebagai selingkuhan lo dan selalu mendapatkan perlakuan istimewa dari lo. Tapi yang gue lihat sebaliknya, Woo. Mungkin belum seburuk perlakuan lo ke Byungchan, tapi perlakuan lo ke Seungyoun juga buruk. Cara lo membiarkan dia jadi buah bibir dan menghadapi hukuman sosial itu sendirian nggak mencerminkan bahwa perasaan lo ke dia tulus. Persis lo membiarkan Byungchan kena fitnah sana-sini. Hanya, substansi yang mereka katakan ke Byungchan dan ke Seungyoun berbeda. Apa yang mereka katakan ke Byungchan sepenuhnya salah, tapi apa yang mereka katakan ke Seungyoun lebih rumit daripada itu. Ada kebenaran yang tertutupi banyak kesalahan, tapi kembali ditutupi oleh kebenaran. Semuanya abu-abu dan itu yang jadi permasalahan untuk Seungyoun."

Hening. Seungwoo tidak menjawab. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri, namun masih cukup sadar untuk mendengar semua yang dikatakan Yunseong.

"Kalau lo harus minta maaf - emang harusnya begitu sih - lo harus minta maaf ke Byungchan atas semua perlakuan buruk dan pengkhianatan yang lo lakukan, ke Seungyoun untuk semua jasanya saat lo berpangku tangan dari semua cibiran atas kejadian yang sebenarnya lo yang mulai dan menciptakan, juga untuk semua kebohongan yang lo katakan untuk meyakinkan dia. Dan ketiga, Eunwoo. Dia bisa merebut Byungchan kapanpun dia mau. Tanpa anak itu harus bilang, gue tau, dia suka Byungchan. Tapi emang masih bisa dikatakan merebut kalau kalian udah putus? Sepertinya nggak."

Seungwoo mengangkat pandangannya, sorot matanya nyaris tak terbaca. Ia mengangguk samar. "Lo bilang kalau lo nggak berdiri di kubu siapapun, tapi dari perkataan lo, gue tau kalau lo berusaha menyudutkan gue secara halus."

Yunseong tersenyum. "Untuk Byungchan dan Seungyoun, gue nggak berdiri di kubu siapapun. Tapi buat lo, gue adalah musuh lo, Woo. Tindakan lo mengotori komitmen lo dengan Byungchan dan tindakan lo memanipulasi Seungyoun itu sepenuhnya salah di mata gue. Tapi emang lo pernah ngelihat gue membuang teman gue sendiri hanya karena mereka salah?"

Tidak ada jawaban.

Yunseong mengangguk. "Tepat, gue nggak pernah membuang teman gue. Bahkan saat semua orang menyalahkan Midam saat itu, gue nggak berusaha menyalahkan dia. Gue paham lo salah dan kesalahan lo besar, tapi bukan berarti gue bisa membuang lo sebagai teman gue selama ini. Karena gue teman, gue tau batasan di mana gue harus bertindak, makanya gue bilang begini ke elo. Perkara lo mau ngikutin omongan gue atau nggak, semua balik ke elo, Woo. Tapi pesan gue, tolong selesaikan masalah yang udah lo buat."

Tak seberapa lama, Yunseong berdiri dari duduknya. Sudah jam 7 malam. Kopinya sudah tandas. Waktunya ia kembali ke bangsal, sebelum para perawat di sana bingung mencarinya yang mendadak hilang.

"Oh, satu lagi."

Seungwoo mengangkat pandangannya, lurus menatap Yunseong.

"Kalau nantinya baik Byungchan atau Seungyoun nggak ada yang bersedia jadi pendamping lo, harap diterima dengan lapang dada. Itu resiko atas apa yang lo perbuat. Lo bermain dengan kepercayaan mereka, jadi jangan pernah berharap terlalu tinggi. Jatuhnya sakit."

Apakah ada yang lebih menyebalkan daripada sakit gigi?🤔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah ada yang lebih menyebalkan daripada sakit gigi?🤔

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang