Hitam Putih Tersirat Dalam Radiologi

Start from the beginning
                                    

Yury tidak lagi berani menyinggung perihal Junho lebih jauh ketika dilihatnya wajah Minhee yang kian sendu. Dirogohnya perlahan saku snellinya, kemudian diulurkannya 2 kotak berbeda dari dalamnya. "Buat kamu sarapan, barangkali kamu nggak sempat sarapan," katanya.

Sejenak Minhee diam mematung. Yury mengulurkan padanya sekotak Pocky almond crush kesukaannya dan sekotak Milo berukuran sedang. Yury masih mengingat apapun yang ia sukai dan membuatnya sedikit merasa lebih baik. Ia tersenyum, kemudian menggumamkan rasa terima kasihnya lirih sekali.

Yury memaksa dirinya untuk santai. Mulai dari ujung rambut, hingga ujung kaki. Ia tersenyum kaku, kemudian berpamitan untuk pergi menyusul kawan-kawannya yang sudah lebih dulu pergi, kemudian memberikan satu tepukan pelan di bahu Minhee, yang diikuti satu kepala tangan kuat. Semangat stase barunya, begitu katanya sebelum pergi dengan langkah panjang dan tampak tergesa-gesa.

Sesaat setelah Yury pergi, ia juga ikut melangkah sembari mengamati kedua kotak di tangannya. Sudah lama sekali ia tidak makan Pocky almond crush karena hampir tidak menemukan varian ini di mana-mana. Ia pernah sekali bertanya pada Yury, di mana ia bisa mendapatkan Pocky varian ini? Sayangnya, Yury tidak pernah mau menjawabnya. Ia tidak pernah lagi mau bertanya karena jawaban Yury pasti akan sangat menyebalkan, persis sebuah notes kecil yang ditempel di bagian belakang kotak Pocky. Ia hampir saja menyobeknya kalau tidak menyadari itu adalah catatan kecil yang sengaja ditulis Yury untuknya.

Ia tersenyum sesaat, kemudian melesakkan kertas kecil itu ke dalam saku snellinya, bersamaan ia masuk ke ruangan dengan langkah sedikit mengendap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia tersenyum sesaat, kemudian melesakkan kertas kecil itu ke dalam saku snellinya, bersamaan ia masuk ke ruangan dengan langkah sedikit mengendap. Di depan sana, seorang konsulen sudah menunggu dan tengah menatap ke arahnya. Ia buru-buru membungkuk, meminta maaf atas keterlambatannya, dan langsung mengambil duduk di samping Dongpyo yang dengan sangat tidak tahu diri malah duduk di belakang Minkyu yang menjulang tinggi bahkan sekalipun sedang duduk.

Dilepaskannya kedua tali tas dari bahunya dan diletakkan kedua pemberian Yury ke meja. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya pada Dongpyo. "Konsulen kita perempuan lagi?" tanyanya lirih.

Dongpyo seketika melirik, lirikannya tajam sekali. "Dia laki-laki," jawabnya.

"Oh, bukan perempuan?"

"Laki-laki, Minhee."

Minhee mengangguk beberapa kali. Ditatapnya lamat-lamat wajah sang konsulen. "Beneran laki-laki?" tanyanya sekali lagi. Ia sanksi.

"Iya, laki-laki. Dokter Choi Minki spesialis radiologi konsultan neuroradiologi dan kepala leher. Dia anggota timnya dokter Minhyun. Masa nggak kenal?"

Tapi bukan itu yang menjadi pokok kesanksian Minhee. Ia kembali menatap Dongpyo dengan dahi berkerut dalam. "Beneran laki-laki? Namanya beneran Minki? Kok cantik?"

Dongpyo mendengus murka. Kalau saja konsulen tidak berdiri di depannya, ia pasti sudah menjitak kepala Minhee keras-keras. "Lo emang suka nggak ngaca ya. Lo juga cowok, tapi juga ada kesan-kesan cantiknya. Lain kali gue beliin cermin segede dosa-dosa lo."

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Where stories live. Discover now