We Don't Know When He Will Wake Up

Mulai dari awal
                                    

Seongwoo membuang napasnya kasar, pada akhirnya mengalah pada anak searogan Myungsoo. "Kalau kamu sudah bisa dengan sangat baik berpikir tentang kewajibanmu sebagai dokter terhadap adikmu sebagai pasienmu, kamu juga harus mulai berpikir tentang kewajibanmu sebagai seorang kakak dan hak-hak Junho sebagai adikmu. Bagaimanapun juga, dia adikmu. Dia bukan adik tiri atau adik angkatmu. Dia adik kandungmu, dari ayah dan ibu yang sama. Perlakukan dia sebagaimana seorang kakak seharusnya memperlakukan adiknya. Kamu juga pasti tidak ingin diperlakukan buruk jika kamu punya kakak kan?"

Myungsoo tertegun. Ia kehilangan seluruh argumennya. Ditatapnya perlahan Seongwoo, konsultan orthopedi itu tampak ratusan kali lebih serius daripada di dalam ruang operasi tadi.

"Jangan menjadi kakak ataupun manusia yang arogan. Orang arogan adalah orang yang merasa dirinya sudah matang, artinya dia akan membusuk sebentar lagi. Bahkan jika sekalipun kamu merasa sudah sangat matang dalam berpikir dan bertindak, tidak sepantasnya kamu berlaku seakan-akan semua yang kamu lakukan dan katakan adalah benar dan pantas ditiru."

Myungsoo tidak lagi berusaha mendebat. Ia hanya diam, kemudian membiarkan Seongwoo melewatinya dengan Midam dan Seobin yang mengekor di belakangnya.
............................. [[💌🕊]]

"Kami memindahkan Junho ke ICU. Pendarahan otaknya dapat kami hentikan, tapi tidak banyak hal yang bisa kami lakukan, meski kami sudah mengerahkan seluruh kemampuan terbaik kami. Dia koma dalam keadaan kritis, dengan GCS 3 yang ditandai dengan kehilangan kemampuan berpikir dan tidak merespon lingkungan sekitarnya. Karena kondisinya yang kritis, kami memindahkannya ke ICU untuk mendapatkan perawatan intensif dan pengawasan terus menerus. Baru setelah ia berhasil bangun dari komanya dan melewati masa kritisnya, berlanjut pada masa pemulihan, kami akan memindahkannya ke HCU."

Eunwoo merasakan tubuh mamanya melemas dalam dekapannya. Sampai beberapa menit sebelum Kang Sira masuk dengan wajah penat dan sisa-sisa ketegangan pada paras cantiknya masuk ke ruang istirahat, mamanya tidak berhenti menangis dan menjerit-jerit. Ia bahkan beberapa kali mendapati dokter Hyunbin berusaha menahan mamanya untuk tidak pergi dari ruang istirahat. Dan ia bisa mendengar bagaimana suara lembut mamanya berubah begitu serak saat terus menerus memanggil nama adiknya.

Mamanya terus berteriak memanggil nama Junho, meminta maaf entah untuk apa, dan kadang terdengar mulai memaki-maki papanya, juga kakaknya. Beberapa kali Eunwoo berusaha menenangkan mamanya, namun ternyata Lee Young Ae begitu sulit ditenangkan. Ia tahu, mamanya sangat terpukul, hingga tidak dapat mengendalikan gejolak emosi dalam dirinya. Ia paham karena sebagai residen pediatri, ia kerap kali berhadapan dengan para ibu yang begitu terpukul atas apa yang menimpa anak-anak yang begitu mereka cintai. Tidak terkecuali dengan perasaan mamanya.

Sira menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan. Wanita yang juga merupakan kakak dari Kang Daniel itu tampak sebisa mungkin menahan sesuatu untuk tidak meluap keluar. "Meskipun kami berhasil menghentikan pendarahannya, mengatasi cedera leher, dan beberapa fraktur pada tubuhnya, kami tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi ke depannya. Kami tidak bisa menebak apa yang mungkin akan terjadi besok atau bahkan lusa-lusa yang akan datang, tapi kami akan mengusahakan yang terbaik untuk Junho, meski kami juga tidak tau kapan Junho akan bangun."

Eunwoo mengeratkan pelukannya, mamanya kembali menangis keras sembari terus memanggil nama Junho. Hatinya hancur tidak berbentuk. Adiknya entah kapan akan bangun dari komanya, sementara mamanya tampak begitu terpukul. Padahal selama ini, ia tidak pernah melihat mamanya seterpukul ini. Ia biasa memandang mamanya sebagai wanita yang mandiri, tegas, dan tidak begitu mudah terbawa perasaan. Mungkin jika diingat, ini pertama kalinya ia melihat mamanya begitu terpukul, nyaris terpuruk, dan sangat emosional.

Sira mendekat, ia menepuk pelan bahu Young Ae yang terus menangis dalam dekapan Eunwoo. Ia tersenyum samar. "Young Ae, kamu punya anak-anak yang kuat dan tangguh, termasuk dengan Junho. Dia pasti sanggup bertahan dan akan segera bangun. Dia punya mama dan kakak yang menunggunya, juga punya teman-teman yang juga sekarang sedang bersedih. Junho adalah anak yang baik, dia dekat dengan beberapa konsulen, dan sebagian dari mereka menganggap Junho seperti anak lelaki mereka sendiri. Saat Junho sedang berjuang sekarang, tolong doakan Junho. Kami juga akan berusaha sebaik mungkin untuk Junho."

Namun seakan tidak melihat, juga tidak mendengar, tangis Young Ae justru semakin keras. Ia mencengkram kuat seragam Eunwoo hingga buku-buku jemarinya memutih. Kembali dipanggilnya nama Junho.

Sira tersenyum prihatin. Ia menatap Eunwoo yang berusaha menenangkan mamanya, padahal dirinya sendiri juga butuh ditenangkan. "Eunwoo, kami--"

Belum sempat Sira menyelesaikan perkataannya, pintu ruang istirahat terbuka. Myungsoo berdiri di ambang pintu hingga beberapa saat, menerima tatapan yang entah apa maknanya dari Sira dan Eunwoo. Ia diam sebentar, kemudian melangkah masuk perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara apapun, dan berusaha merengkuh mamanya yang masih menangis dalam pelukan Eunwoo sambil sesekali memanggil mamanya lirih. Namun rasanya keadaan tidak berpihak baik kepada Myungsoo.

Young Ae menoleh cepat, sorot matanya menajam dan roman wajahnya menunjukkan keangkuhan. "Pergi kamu!" bentaknya.

Tidak hanya Myungsoo, Sira dan Eunwoo merasakan keterkejutan yang sama atas apa yang baru saja terjadi. Lee Young Ae baru saja mengusir dan membentak keras putra sulungnya.

 Lee Young Ae baru saja mengusir dan membentak keras putra sulungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat pagi dan selamat beraktivitas. Jangan lupa sarapan dan semoga aktivitas kalian lancar, juga berjalan baik🐮

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang