Ternyata Memang Sepi...

Mulai dari awal
                                    

"Oh iya..." Jinwoo mengangguk beberapa kali. Ditutupnya perlahan kotak makannya. Bekalnya sudah habis dan ia sudah kenyang, kemudian diliriknya Tony yang masih sibuk menulis sesuatu dan Donghyun yang masih sibuk dengan makan siangnya. "Ternyata beneran kata Donghyun. Belakangan ini emang sepi banget, nggak kayak biasanya."

Mendengar seseorang yang setuju dengan pendapatnya, Donghyun lantas mengangkat kepalanya dan mengangguk mantap beberapa kali. "Kan gue udah bilang, belakangan ini tuh sepinya nggak wajar. Sewaktu kita pertama kali di rumah sakit ini, kita udah terbiasa kak Wonjin nggak ada karena dia emang lagi cuti karena sakit. Tapi lihat deh belakangan ini. Suasananya tuh beda, nggak kayak pertama kali kita masuk."

"Pertama kali kita masuk kan kita nggak tau apa-apa, nggak punya pengalaman, juga masih kebawa mindset kalau jadi koass itu enak. Kita belum tau asam pahit asin manisnya jadi koass, rasa ingin tau kita juga masih tinggi. Tapi sekarang kan udah beda, jadi suasanya jelas udah beda. Nggak mungkin sama karena mindset kita juga udah berubah." Tony menanggapi dengan tenang. Ia menutup bindernya dan memilih menyimpannya di dalam tas.

Namun seperti memiliki pendapat sendiri, Donghyun menggeleng, menolak pernyataan yang Tony katakan. "Nggak, bukan begitu, Ton. Emang lo nggak pernah merhatiin sekitar? Dulu sewaktu kita pertama masuk, kak Wonjin udah nggak ada karena cuti, tapi masih ada kak Junho. Sekarang, dua-duanya nggak ada. Kak Junho malah nggak masuk tanpa keterangan, dia mangkir. Ini tuh nggak biasa, Ton. Apalagi sekarang kalau gue perhatiin, residen-residen kayak dokter Wooseok juga udah nggak pernah makan siang bareng. Mereka kayak udah jalan sendiri-sendiri. Aneh banget suasananya."

"Ya mungkin karena mereka punya kesibukan yang berbeda? Mereka PPDS, jam terbangnya bisa lebih padat daripada koass. Apalagi mereka PPDS juga beda-beda, pasti jam terbangnya juga beda-beda. Nggak bisa setiap hari mereka bareng-bareng. Kita aja yang masih sama-sama koass dan di stase yang sama, kadang juga nggak bisa makan siang bareng." Kali ini Dohyon menanggapi. Ia menggeleng beberapa kali, terlalu tidak paham dengan jalan pikiran Donghyun.

Seakan masih tidak menerima pernyataan yang dikatakan Dohyon, Donghyun kembali menggeleng. "Itu gue paham. Tapi sejak beberapa minggu ini, gue sering ngerasa kalau suasana di sini berubah. Dan lo tau dokter Eunwoo nggak? Dulu sewaktu pertama kali gue ketemu, dia kan penuh wibawa, auranya bersinar terang seterang bintang kejora yang bersinar di waktu malam entah apa yang meneranginya, kalem juga, tapi belakangan ini, dia kelihatan stress. Gampang banget uring-uringan. Kemarin aja seharian, gue kena sembur dokter Eunwoo 3 kali dalam sehari. Udah kayak minum obat."

Raut wajah Tony berubah secepat kilat. "Berarti emang lo yang salah, Hyun. Buktinya gue aman-aman aja tuh kalau bareng dokter Eunwoo. Nggak pernah kena semburan, apalagi lihat dia uring-uringan."

"Siapapun residennya kalau udah ketemu Donghyun, pasti uring-uringan. Tapi kadang orang senyebelin Donghyun mana pernah sadar kalau dirinya nyebelin." Dohyon mengangkat kedua bahunya, terkesan tidak peduli dengan perkataan Donghyun.

Jinwoo menatap satu persatu temannya. Dohyon yang terlihat bodo amat, Tony yang terlihat penuh pemakluman, dan Donghyun yang tampak bersungut-sungut kesal. "Tapi Donghyun beneran lho. Dokter Eunwoo belakangan ini uring-uringannya nggak kayak biasanya. Sebenarnya dia termasuk residen yang jarang marahin koass, tapi belakangan ini, dia sering marah-marah. Apa jadi PPDS Pediatri seberat itu ya sampai dokter Eunwoo stress begitu? Kasian... Jinwoo nggak mau ambil PPDS Pediatri, takut stress juga."

"Tuh kan!" Donghyun seketika berdiri dan menunjuk ke wajah Dohyon lurus-lurus. "Jinwoo setuju sama perkataan gue. Dibilang, belakangan ini tuh suasanya rumah sakit ini aneh. Sepinya kelewatan, makanya auranya orang-orang di dalamnya juga berubah. Ruang koass jadi sepi, kakak-kakak koass juga jarang di sini tiap makan siang, kak Junho nggak tau ke mana, kak Wonjin nggak tau kapan sembuhnya, residen-residen juga kayak punya jalan sendiri-sendiri. Pokoknya anehlah belakangan ini. Gue tuh jadi nggak betah di rumah sakit. Pengen cepet UKMPPD aja."

Tony meringis kaku. "Emang sebelumnya lo pernah betah di rumah sakit?"

Jinwoo berpikir-pikir sebentar. "Emang jadi sepi dan aneh sih suasananya, tapi sejak kapan Donghyun betah di rumah sakit? Sampai bilang jadi nggak betah di rumah sakit."

Dohyon tertawa keras, kemudian berguling-guling di lantai sambil menunjuk tepat ke wajah Donghyun. "Pengen cepet UKMPPD, konon. Ujian akhir stase aja nggak pernah belajar, apalagi UKMPPD. Bawa bekal wangsit, Hyun?"

Seketika Donghyun menyesali perkataannya. Ia tahu suasana si sini sedang sepi dan tidak seperti biasanya, tapi sebaiknya ia tetap ingat kalau ia punya 3 teman sepengiriman yang sama sekali tidak setia kawan. Terlebih si anak manja dengan suara tawa lumba-lumba super melengking, Nam Dohyon, yang selalu berkelahi dengannya sejak preklinik.

 Terlebih si anak manja dengan suara tawa lumba-lumba super melengking, Nam Dohyon, yang selalu berkelahi dengannya sejak preklinik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadang-kadang aku mendengar suara tawa melengkingnya bayi lumba-lumba satu ini. Apalagi kalau ketawa, matanya hilang dan pipinya agak ngembang...😍

Selamat pagi dan selamat beraktivitas😉

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang