Kabar Baik di Jam Makan Siang

Start from the beginning
                                    

Minkyu menggigit bibir bawahnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana tegangnya para dokter di ruang operasi itu, juga bagamaina kalutnya perasaan Wonjin sebelum tindakan bedah dilakukan.

"Untungnya, dokter bedah onkologinya bisa menangani. Dokter bedah onkologi, bedah saraf, dan sarafnya kelihatan tegang banget sewaktu mereka ke kamar rawatnya Wonjin. Dari ekspresi wajah mereka, kelihatannya mereka capek dan penuh tekanan, tapi ada kelegaan di sana. tante percaya mereka akan bilang sesuatu yang baik, meskipun nggak sebaik yang tante harapkan. Apapun itu, tante siap mendengarnya. Dan mereka bilang..."

Minkyu tahu dirinya berharap, tapi entahlah, ia sendiri tidak tahu sejak kapan berharap ternyata membuatnya setakut dan sepesimis ini. Padahal biasanya tidak pernah.

"Mereka bilang, prosedurnya berhasil. Wonjin dipindahkan ke ICU, dikasih obat yang kedengarannya seperti antibengkak dan harus menjalani MRI sekali lagi. Dokter bedah onkologinya bilang kalau tumornya berhasil diambil maksimal dan dia harus memastikan kalau nggak ada pendarahan atau komplikasi yang lain. Kalau MRI-nya untuk mengetahui sisa tumornya."

"Operasinya berhasil?"

Wanita itu mengangguk. Senyum cantiknya kembali mengembang. "Tapi Wonjin harus dievalusi dalam sebulan ke depan. Dokter sarafnya bilang kalau mungkin setelah keluar ICU nanti, Wonjin masih sulit diajak bicara dan kalau jawab pertanyaan juga butuh waktu karena ada bengkak selama operasi. Katanya, itu mempengaruhi proses berpikirnya."

Minkyu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Napasnya yang selama ini terasa begitu berat, kini berhembus penuh kelegaan. Satu beban berat yang mengganjal di kepala dan memberatkan hatinya seperti sirna. Ia tahu, Wonjin belum sepenuhnya sembuh dan bersih dari glioblastoma, tapi setidaknya ada harapan yang lebih besar untuk digenggam dan diperjuangkan.

"Kak Minkyu nangis?"

"Mama, kak Minkyu nangis?"

Minkyu menghapus air matanya buru-buru. Ia membuka kembali wajahnya yang sempat tertutupi kedua tangannya dan tersenyum penuh kelegaan pada kedua adik Wonjin yang menatapnya penuh ingin tahu. Namun sebelum ia menjawab, bunda Wonjin lebih dulu menyela sembari mengusap puncak kepala kedua anaknya lembut.

"Kalaupun itu air mata karena menangis, bukannya berarti kak Minkyu sayang kak Wonjin? Persis kalian yang sayang kak Wonjin. Kak Minkyu juga sayang kak Wonjin."

Minkyu bertaruh, ia tidak pernah merasa selega ini dalam hidupnya. Dari malam-malam di mana Wonjin mengeluh begitu kesakitan dan kepayahan dengan gejala glioblastoma yang melumpuhkannya, dari hari di mana Wonjin begitu tegar menghadapi diagnosa berat yang dokter Yena dan dokter Minhyun paparkan di depannya, dari hari demi hari di mana Wonjin yang kesakitan dan begitu kepayahan menahan putus asa, ia tidak pernah merasa tenang dan selega ini sebelumnya.

................... [[💌🕊]]

Kepada Wonjin

Hey, Sunshine, apa kabar? Aku kangen. Kamu nggak bosen di sana sendirian? Aku nggak boleh masuk sembarangan. Ada waktu-waktu tertentu. Tapi apa kamu nggak bosen? Kamu nggak kangen adik-adikmu? Kamu nggak kangen ayahmu? Kamu nggak kangen anak-anak yang lain? Kamu nggak kangen aku?

Ibu kamu di sini. Buat kamu. Beberapa kali ngobrol bareng aku. Kamu harus lihat gimana ibu kamu sekarang. Kamu pasti seneng. Aku yakin, kamu pasti kangen ibumu. Sama, aku juga kangen kamu.

Prosedurnya berhasil. Aku berterima kasih karena kamu bertahan sejauh ini. Sedikit lagi, kamu pasti kembali. Aku kangen. Mata bulat kamu. Pipi tembam kamu. Rambut halus kamu. Suara kamu. Ketawa kamu. Senyum kamu. Aku kangen semuanya.

Pulang ya, Sunshine? Semua orang kangen keberadaan kamu. Walaupun kamu bandel, kamu ngangengin hehehe. Nulis beginian jadi bikin tambah kangen. Jadi pengen ngobrol sampe ngantuk sama kamu.

From the hardest times we have lived together, there have been many injuries, but you have survived so far. Come back, to the arms of those who miss you. Including me.

Kekasihmu,
Kim Minkyu.

Jadi terjawab sudah alasan kenapa ketiga dokter senior itu nangis setelah operasi dan kenapa Yuvin-Yunseong kepalanya beneran panas setelah operasi (sebelum operasi pun sudah panas aslinya lho)😉

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jadi terjawab sudah alasan kenapa ketiga dokter senior itu nangis setelah operasi dan kenapa Yuvin-Yunseong kepalanya beneran panas setelah operasi (sebelum operasi pun sudah panas aslinya lho)😉

"Aku baru saja melihat seekor katak sedang melawak, dan lawakannya sama sekali tidak lucu." - Hwang Yunseong😒


COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Where stories live. Discover now