Hello, Tony. Long Time No See

Mulai dari awal
                                    

Wajah Yeji kian bertekuk cemberut ketika melihat papanya justru kabur melarikan diri masuk kembali ke rumah sakit, meninggalkannya berdiri sendirian di parkiran. Jadi, apa gunanya kunci rumah sudah di tangannya kalau ia tidak punya ongkos pulang? Papanya, selain jadi telmi, kenapa sekarang jadi menyebalkan sih?

Yeji menatap ujung sepatunya. Ia tidak tahu di mana mamanya, dan tidak mungkin datang di tengah kesibukan mamanya untuk meminta uang sebagai ongkos pulang. Tapi dia juga tidak ingin pulang ke rumah jalan kaki. Sekarang sudah sore, hari semakin gelap. Jarak rumah sakit ke rumahnya itu jauh. Naik kendaraan bermotor saja butuh waktu 15 menit, apalagi kalau jalan kaki? Bisa-bisa ia sampai rumah malam nanti.

"Mau pulang bareng?"

Gadis Hwang itu sontak mengangkat kepalanya ketika seseorang tiba-tiba bertanya padanya. Ia semakin cemberut saat melihat siapa yang sedang berdiri di depannya dengan jaket biru bergaris putih yang membalut tubuh bagian atasnya.

Padahal lagi nggak pengen ketemu, kenapa malah ketemu sih?

Tony menggaruk belakang kepalanya dan tersenyum seramah biasanya. "Kebetulan arah rumah kamu sama apartemenku searah. Kalau kamu mau, kita bisa pulang bareng. Udah hampir gelap lho. Yakin mau nunggu papa atau mamamu sampai malam?"

Yeji makin cemberut. "Aku nggak bawa jaket," lirihnya.

"Bisa pakai jaketku dulu kok. Biasanya juga pakai jaketku kan?" Tony memiringkan sedikit kepalanya, memandang Yeji dengan sebelah alis terangkat. Ia terkekeh pelan saat melihat Yeji sama sekali tidak menatap ke arahnya. "Long time no see, Yeji."

"Euhm..." Yeji mengangkat pandangannya perlahan, sedikit mendongak untuk membalas tatapan dokter muda di depannya, kemudian menggerutu dalam hati saat menyadari kalau ternyata ia yang perempuan paling tinggi di kelas, justru jadi sependek ini saat berhadapan dengan Tony. Ia tersenyum samar. "Hello, Tony. Long time no see."

"Mau pulang bareng?"

Yeji mengangguk samar, tanpa sepatah katapun keluar dari bibirnya.

Tony terkekeh pelan, dengan Yeji yang berjalan di belakang punggungnya. "Nggak ketemu lama, kamu jadi pendiam ya? Biasanya nggak bisa diam. Padahal tadi waktu ngomel di depan papamu, kedengarannya padat banget. Sekarang kok diam?"

Yeji menggigit bibir bawahnya pelan. "Lagi mikirin tugas, lagi banyak PR, makanya jadi pendiam."

"Tugas kalau dipikirin terus nggak bakalan selesai. Kecuali kalau kamu pikirin, terus kamu kerjain. Selesai tuh tugasnya. Kalau dipikirin terus, tapi nggak dikerjain, sama aja bohong."

Yeji menatap koass di depannya lamat-lamat. Warna rambutnya lebih coklat ketimbang saat terakhir kali mereka bertemu dan tentu saja tubuhnya tampak lebih tinggi sejak mereka terakhir kali bertemu. Ia menghela napas. "Tahun depan aku daftar kuliah," katanya random.

Langkah Tony terhenti. Ia lantas berbalik dan menatap Yeji lurus-lurus, membuat gadis Hwang itu menjerit kaget saat dahinya tidak sengaja teratuk bahu Tony. "Jadi, rencana mau ambil jurusan apa? Jadi ambil teknik perminyakan? Atau teknik nuklir?"

Yeji menggeleng.

"Teknik kimia? Teknik mesin?"

"Kedokteran."

Tony melongo seketika. "Kok tiba-tiba mau ambil kedokteran? Katanya nggak pengen jadi dokter kayak orangtuamu. Kenapa mendadak mau ambil kedokteran?"

"Karena ya..." Yeji memainkan jemarinya, berusaha mencari-cari alasan yang mungkin kedengaran masuk akal. "Karena pengen aja hehehe..."

Tony menepuk dahinya keras. "Begini, aku sebagai lulusan Pendidikan Dokter dan sekarang lagi profesi, kukasih tau satu hal ke kamu. Di mata sebagian orang, masuk Kedokteran adalah hal yang sulit. Tapi buat kami yang terjun sejak preklinik, justru proses keluarnyalah yang sulit. Proses pendidikan kami panjang, konsisten dan nggak gampang putus asa adalah kunci kami bisa bertahan sampai sekarang. Kalau kamu mau masuk Kedokteran hanya karena kamu pengen dan tekadmu belum benar-benar bulat, jangan pernah masuk. Tanya dulu ke dirimu, siap nggak kamu dengan semua konsekuensinya? Bukan sekedar selesai kuliahnya, siap nggak kamu terjun sebagai tenaga medis di tempat-tempat yang bahkan nggak kamu bayangkan?"

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang