Dongpyo tersedak remahan biskuit gandumnya, sementara Yohan tersedak Buavita mangganya dan Hyungjun menganga dengan ponsel yang masih menyala terang di tangannya.

Yohan mengaga lebar, sama sekali tidak bisa mengontrol keterkejutannya. "Sejak kapan dia punya gangguan panik?" tanyanya.

Eunsang lagi-lagi hanya menggeleng. "Juno nggak pernah cerita apapun ke Eunsang, jadinya Eunsang sendiri juga kaget sewaktu tau dari dokter Chaeyeon. Eunsang kira Alganax itu bukan punya Juno, tapi emang paling masuk akal kalau Alganax itu punya Juno. Seandainya Juno cerita, mungkin nggak terlalu kaget."

"Tunggu dulu, Sang." Hyungjun menyela cepat. Raut wajahnya berubah serius. Ia melesakkan ponselnya masuk ke dalam saku snellinya, kemudian kembali fokus menatap Eunsang. "Jangan-jangan dia drop waktu itu bukan karena anemianya, tapi karena gangguan paniknya? Maksud gue, obatnya di Jinwoo, otomatis dia kehilangan penolongnya di saat dia lagi beneran butuh obat itu. Kalau Junho punya gangguan panik dengan resep obat Alganax dan kebetulan saat itu obatnya lagi ada di Jinwoo, apa kemungkinannya nggak begitu? Junho drop bukan karena anemianya, tapi karena gangguan paniknya."

Suasana ruang koass hening. Yohan meremat kardus minumannya perlahan setelah ia menyedot habis isinya, sementara Minhee memilih menutup kotak bekalnya dan Dongpyo menelan perlahan kunyahan biskuit gandum dalam mulutnya. Eunsang terpekur beberapa saat, pikirannya kosong, raut penuh kecemasan, kegelisahan, dan kekhawatiran semakin tampak tidak terkendali menghiasi paras manisnya.

Yohan menghela napas. "Junho nerima resep itu tanpa boleh putus sampai turun keputusan dari dokter Chaeyeon? Obat itu nggak dipakai untuk jangka panjang, artinya penggunaan obat itu kan bebar-benar diawasi ketat oleh dokter Chaeyeon. Jadi, dia nerima obat itu dan harus mengkonsumsi tanpa boleh putus?"

Eunsang mengangguk pelan. Jawabannya hanya berupa anggukan, namun sama sekali tidak keluar sepatah katapun dari bilah bibirnya.

"Apa waktu itu Junho lupa minum obatnya? Dan saat dia ingat harus minum obat, obatnya malah nggak ada di tangannya? Serangan paniknya gangguan panik itu bisa muncul di manapun dan kapanpun, bahkan kalaupun sesuatu yang bikin Junho panik itu nggak nyata, dia bakalan tetap panik bukan main. Paniknya nggak mengenal situasi, nggak terduga, dan nggak mengenal waktu. Apalagi Junho tuh dari dulu punya kebiasaan kalau minum obat suka lompat-lompat seenak jidatnya, padahal dia belum bisa lepas obat tanpa keputusan dari psikiternya. Kalian ingat nggak sewaktu Junho hampir overdosis sewaktu di Obsgyn dulu?"

Eunsang ingat semuanya, termasuk hari di saat Junho tidak bisa dihubungi sama sekali dan justru ditemukan hampir overdosis di apartemennya. Ia juga ingat malam di saat Junho mengeluarkan semua persediaan lithiumnya, kemudian menginjak-nginjak obat itu seakan tidak membutuhkannya lagi. Sampai hari di mana Junho datang ke rumahnya dengan tangan penuh luka dan menolak bicara padanya sampai hari di mana Junho masuk ke rehabilitasi untuk kemudian harus cuti kembali dari studinya.

"Waktu itu Junho sendirian, sekarang bukannya udah ada mama dan kakaknya? Harusnya Junho lebih terkontrol kan? Apalagi mamanya juga sering ngantar dia terapi dan check up. Dokter Eunwoo juga lumayan sering nganter Junho terapi." Dongpyo berujar pelan. Ia tidak ingin memperburuk suasana dengan mengatakan sesuatu yang justru membuat Eunsang makin khawatir.

Hyungjun menghela napas. "Kalian ada jadwal jaga malam nanti? Kalau nggak ada, mending nanti ke apartemennya Junho. Paling nggak, kita jenguk dia karena udah nggak masuk beberapa hari. Anggaplah karena anemianya. Lagian, dia nggak cuti. Tapi ijin karena sakit kan?"

Minhee mengangguk. "Tapi nanti malem, gue, Minkyu, Yohan ada jadwal jaga malam bangsal rawat inap. Enggak mungkin bisa mangkir, apalagi barengan. Bisa jadi omongan nggak enak di rumah sakit dan kampus kita yang kena getahnya nanti," jawabnya.

"Sang, lo ada jadwal jaga jaga malam?" Hyungjun beralih pada Eunsang yang duduk gelisah di tempatnya.

Eunsang mengangguk samar. "Nanti kita bertiga jaga IGD, Njun. Harusnya kalian sama Juno, Eunsang nggak jaga. Tapi karena Juno nggak ada, ganti Eunsang yang jaga."

Seketika Hyungjun meringis sambil menggaruk belakang kepalanya. "Lupa hehehe..."

"Junho, nggak papa kan? Gue takut dia kenapa-napa. Biasanya dia kan tim gercep kalau balas chat dari pacarnya, apalagi dia terkenal fastrespon banget kalau chat. Gue takut dia ngelakuin sesuatu yang nggak-nggak." Dongpyo menghela napas berat.

Eunsang merasakan hal yang sama, sejak semalam. Junho tidak bisa dihubungi sama sekali, pesannya tidak terkirim dan tidak mendapat balasan. Nomor ponsel Junho juga tidak aktif. Dengan keadaan Alganax yang sekarang entah di mana itu, apakah Junhonya akan baik-baik saja? Harusnya ia tidak perlu khawatir karena sudah ada orang lain di apartemen Junho yang bisa mengawasi anak itu, tapi kenapa ia tidak bisa tenang...

Lamunan Eunsang buyar seketika begitu ia mendengar suara pesan singkat masuk ke ponselnya. Ia buru-buru mengeluarkan ponselnya dan memeriksa siapa yang mengirim pesan singkat padanya, setengah berharap kalau ia akan melihat nama yang begitu ia harapkan di sana.

Juno💕🕊 - Online

Aku nggak papa kok. Lagi istirahat di apartemen. Jangan khawatir
13.42 p.m

Kepalaku masih agak pusing, tapi udah nggak papa kok. Nggak usah kepikiran
13.42 p.m

Eunsang menghela napas lega. Ia tidak tahu sejak kapan sebaris pesan dari Junho bisa membuatnya lega bukan main.

 Ia tidak tahu sejak kapan sebaris pesan dari Junho bisa membuatnya lega bukan main

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat sore. Nanti malam jangan lupa makan malam ya😉

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Where stories live. Discover now