Dari Wonjin, Untuk Minkyu

Mulai dari awal
                                    

"Tony ambis karena otaknya mampu. Kapasitas otaknya gede dan dia emang mau berusaha. Jadi, ya nggak aneh kalau dia ambis sampai pengen fellowship. Artinya, dia memanfaatkan kemampuan otaknya dengan baik. Kalau gue yang ngambis gitu, adanya gue pusing duluan. Tau sendiri kan kalau kapasitas otak gue tuh nggak ada apa-apanya kalau dibanding kapasitas otaknya Tony. Dia nggak belajar, cuma dengerin orang hafalan, dia ikut hafal. Cuma sekali lihat, dia langsung bisa prakteknya. Daya ingatnya akurat. Gue pengen nangis aja. Kok ada orang sepinter Tony? Pengen tuker otak..." Dohyon tersenyum dramatis.

Mendengar celotehan Dohyon, Donghyun justru tertawa semakin keras dan mau tidak mau hanya membuat Minkyu mesem-mesem saja melihat tingkat adik-adik tingkatnya. Meski sejujurnya, ada keresahan di dalam hatinya.

"Kalau Tony udah bilang gue nggak belajar, gue nggak baca buku, gue nggak hafalan, gue belum paham, artinya dia tuh lagi merendah untuk meroket. Kenapa sih orang pinter tuh banyak yang menerapkan konsep merendah untuk meroket? Kan gue yang meroket untuk makin meroket akhirnya malah nyungsep."

Jinwoo terkekeh pelan. "Tony dikasih kelebihan begitu tuh juga pasti ada kurangnya. Saking ambisnya, dia sering lupa makan dan ngingat hal-hal kecil yang harusnya nggak perlu diingat. Tapi kadang, Tony juga pelupa kok. Kadang-kadang, dia malah nanya ke dirinya sendiri, tadi kran air kamar mandi udah dimatiin belum? Atau apartemennya udah dikunci belum? Nggak selamanya orang yang daya ingatnya kuat bisa ingat semuanya. Tetap bisa lupa kok."

"Kenapa jadi ngomongin Tony sih? Anak itu kalau dengar, kepalanya makin ngembang kayak adonan roti entar. Hidupnya udah terlanjur enak. Beberapa stase selalu wangi, sering dipercaya konsulen, banyak tentiran dari residen, calon mantunya konsulen bedah, calonnya cantik. Kurangnya satu. Bau kalau jaga malam."

"Tadi kan kita ngomongin soal dokter Minhyun sama dokter Sira, merembetnya ke PPDS dan keambisannya Tony. Pokoknya, gue nggak akan ambil PPDS Bedah ataupun Saraf. Berat banget. Dokter Yunseong jelasin 1000 kali juga gue tetap susah pahamnya."

"Kan emang Donghyun nggak pernah dengerin kalau dokter Yunseong ngasih tentiran. Dokter Yena ngasih bimbingan aja sering ditinggal ngelamun. Gimana mau paham?"

Minkyu terkekeh pelan mendengarnya, kemudian memilih mengabaikan apa yang adik-adik tingkatnya sedang perdebatkan begitu alot. Kalau dipikir-pikir, Dongpyo, Hyungjun, Minhee, dan Junho juga sering memperdebatkan hal ini, dengan dirinya yang berposisi sebagai Tony. Sayangnya, hari ini Junho tidak ada.

"Kyu, ngapain duduk menyendiri di sana sih? Sini dong, gabung sama kita. Jangan kayak orang nggak ditemenin gitu."

Minkyu sontak menoleh ke arah teman-teman sepengirimmannya yang tampak melambaikan tangan ke arahnya, sementara para adik tingkatnya itu tetap berdebat begitu panjang.

"Kyu, sini dong. Gabung bareng kita. Jangan menyendiri di sana. Kelihatannya kayak kita jahat banget nggak mau nemenin lo. Ke sini ah, jangan menyendiri."

"Operasinya Wonjin pasti sukses, Kyu. Jangan terlalu kepikiran. Kalau emang kepikiran, sini ngobrol, sharing bareng kita. Jangan disimpan sendiri, nanti malah salah fokus."

Namun ketika Minkyu baru beranjak dari duduknya, Eunsang dan Hyungjun masuk bersamaan ke ruang koass. Eunsang tersenyum padanya, kemudian mengulurkan selembar kertas yang dilipat asal-asalan ke arahnya.

"Tadi Eunsang ke kamar rawatnya Wonjin. Kirain masih sempat, ternyata Wonjin udah dibawa sama timnya dokter Minhyun. Ada nenek sama adik-adiknya di sana. Ayahnya Wonjin juga di sana, tapi masih duduk di kursi roda dan pakai baju rumah sakit. Dan Eunsang dikasih ini sama neneknya Wonjin. Katanya, buat Minkyu."

Untuknya? Sebuah surat?

Hyungjun mendadak meringis lebar. "Maaf ya lancang, Kyu. Tadi udah gue baca hehehe. Tapi gue nggak ngerti karena tulisannya Wonjin nggak bisa dibaca, jadi cuma ngerti bagian bawahnya aja. Intinya, emang buat lo."

Minkyu membuka lipatan kertas di tangannya perlahan, begitu hati-hati. Dan entah bagaimana bisa, kertas seringan ini terasa begitu berat di tangannya. Seperti beban berat yang selama ini Wonjin bawa di bahunya.

Untuk Minkyu

Ada masanya di mana hujan akan berhenti turun
Ada masanya di mana angin berhenti berhembus
Ada masanya di mana bintang berhenti berpijar
Ada masanya di mana waktu berhenti berputar

Semuanya menunggu waktu. Baik aku, kamu, dia atau bahkan mereka. Ada waktu-waktu yang tidak bisa dibayar dengan uang. Ada masa-masa yang tidak bisa diperdebatkan dengan logika. Dan ada pula celah waktu yang tidak bisa tergantikan meski terlalu banyak kata seandainya.

Seandainya aku tidak bertemu kamu, mungkin segalanya tidak akan seberat ini. Tapi apa yang bisa kusesali? Kamu adalah salah satu bagian terindah dalam hidup yang dengan baik hatinya Tuhan berikan untukku. Aku tidak menuntutmu untuk bertahan, aku selalu mempersilahkanmu pergi jika kamu menginginkannya. Namun dengan kebesaran hatimu, kamu memilih bertahan demi mendampingiku dan melindungiku dari runtuh.

Sampai pada hari ini, aku berterima kasih padamu. Jika kamu bilang aku akan terbang tanpa sayap, kamu salah. Kamulah sepasang sayang yang kumiliki.

Dari hati yang terdalam, dengan beragam jenis perasaan manusia yang penuh kebimbangan, di tengah situasi yang tidak berpihak padaku, aku mencintaimu.

Minkyuku yang berharga, tersenyumlah dan aku akan kembali padamu seperti aku yang dulu.

Kekasihmu,
Ham Wonjin.

Dan orang yang menulis surat ini, sekarang berada di meja operasi demi mempertahankan hidup yang pantas dipertahankan setelah berbulan-bulan kehilangan harapan bersama tim dokter yang berusaha keras menolong dengan semua kemampuan terbaik mereka.

Glioblastoma... bisakah kau mengalah kali ini?

 bisakah kau mengalah kali ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa makan siang ya. Tetap fokus terhadap aktivitas yang kalian lakukan😉

Dan sebentar, lucunya sekumpulan manusia ini😶


COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang