Why was I born in July?

Start from the beginning
                                    

"Boleh aku tanya sesuatu ke kamu?"

Eunwoo menoleh. Ia menurunkan tangannya dari puncak kepala Junho perlahan. Senyumnya kembali mengembang lembut. "Nggak biasanya kamu bicara pakai gaya bahasa begitu. Tapi apapun itu, tanya apapun yang pengen kamu tanyakan," balasnya.

Selama beberapa saat, Junho justru mengulur waktu, menahan pertanyannya dengan menatap lamat-lamat pada foto masa kecil dirinya di tangannya. Ada sedikit gemetar di kedua tangannya.

"Kenapa aku lahir bulan juli?"

Eunwoo memutar kepalanya perlahan. Sorot matanya berubah tidak terbaca. Seulas senyum lembut di bibirnya perlahan sirna. "Kamu tanya apa?"

"Kenapa aku lahir bulan juli?" Junho mengulangi pertanyaannya. Tangannya meremat perlahan foto di genggamannya. Gemetar di tangannya paling tampak di kelingkingnya. Ia menatap Eunwoo lewat ekor matanya. Sorot matanya turut berubah ketika netranya bersitatap dengan sepasang netra kakaknya. "Di album foto yang disimpan mama, di sana ada foto hasil USG dan mama nulis kalau mama hamil aku bulan desember. Harusnya aku lahir sekitar bulan september, tapi kenapa aku lahir bulan juli? Dua bulan lebih awal."

Eunwoo tidak kunjung menjawab. Napasnya memberat. Ia tidak pernah tahu kalau adiknya akan mengetahui sesuatu yang tidak pernah diberitahukan lewat sebuah album foto dan menyakan langsung padanya. Sejujurnya, ia tahu kebenaran dan cerita mengapa adiknya lahir 2 bulan lebih awal daripada yang semestinya, tapi cerita itu jelas bukanlah cerita yang ingin anak manapun dengar, termasuk dengan Junho. Meski Junho sendiri yang mempertanyakannya, ia tidak yakin bahwa cerita itu akan menjadi titik terang.

Ia justru ragu kalau cerita itu hanya akan menjadi titik gelap dalam hidup adiknya. Rentetan luka di dalam hati anak itu belum sembuh, traumanya masih panjang, dan cerita itu hanya akan menambah nestapa dalam hidup adiknya yang baru 22 tahun.

"Kalau mama emang hamil bulan desember, harusnya aku lahir bulan september atau sekitar bulan itu. Bukan bulan juli. Tapi aku lahir bulan juli. Aku lebih tua dibanding beberapa temanku. Eunsang lahir bulan oktober, Minhee lahir bulan september, Yohan juga lahir bulan september, Dongpyo sama Hyungjun lahir bulan november, kecuali Minkyu sama Wonjin yang sama-sama lahir bulan maret. Mereka lebih tua. Kalau mama hamil aku desember, harusnya aku lahir di bulan yang sama kayak Minhee sama Yohan."

Eunwoo masih memilih bungkam. Ia mendengar semua perkataan adiknya, tapi ia terlalu tidak tahu harus menjawab dengan kalimat bagaimana. Tidak mudah mengatakan sebuah cerita dari kenyataan pahit yang bahkan sangat ingin diketahui Junho. Mungkin sekarang Junho ingin mengetahuinya, tapi apa kamungkinan yang bisa terjadi setelah ia mengatakan segalanya secara gamblang?

Eunwoo menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan. Junho masih menatapnya lewat ekor matanya. Ia tahu, Junho menuntut jawaban. Tapi jawaban dengan kalimat seperti apa yang pantas ia berikan?

"Aku cuma pengen tau, kenapa aku harus lahir bulan juli? Secara hitungan, lahirku terhitung prematur. Kalaupun benar prematur, kenapa? Pasti ada alasannya. Aku nggak akan menyalahkan mama walaupun aku lahir prematur."

Eunwoo menghela napas berat, ia mengangguk. "Iya, kamu lahir prematur saat usia kandungan mama 7 bulan. Harusnya kamu lahir di bulan yang sama dengan Minhee atau Yohan, tapi kamu lahir lebih dulu. Tengah malam hari itu, kamu dipaksa lahir sebelum waktunya."

Kali ini Junho berhenti bertanya. Tidak ada satu bantahan pun keluar dari bilah bibirnya. Ia hanya diam, menunduk dalam, kemudian menggigit bibir bawahnya perlahan. Napasnya berubah tidak beraturan. Rahangnya mengeras.

"Kamu diselamatkan lewat SC CITO tepat tengah malam, tapi kondisimu saat itu buruk. Kami hampir kehilangan kamu. Ada permasalahan di paru-paru dan jantungmu, yang mungkin istilahnya pernah kamu dengar - persistent pulmonary hypertension in the neonate -  dan karena diagnosa itu, kamu harus dirawat di NICU. Waktu itu kakak juga masih kecil, nggak tau apa-apa, bersuara pun nggak akan didengar. Kakak hanya bisa berharap ke mama, papa, dan nenek. Kakak tau kondisimu buruk atau mungkin kakak bisa kehilangan kamu sebelum sempat ketemu beneran. Tapi mama melahirkan anak hebat. Kamu bisa bertahan."

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Where stories live. Discover now