"Punya siapa emang? Kalau jatuhnya di depan ruang koass, besar kemungkinan itu punya sesama koass. Jarang ada yang lewat dan berhenti di ruang koass, selain koass. Karena ruangan itu mirip sarang penyamun, markas besarnya koass."

Eunwoo menyipitkan mata, menuruni beberapa anak tangga sambil berpikir siapa koass yang mungkin mendapatkan resep untuk mengkonsumsi alprazolam merek Alganax. Dari semua koass yang masuk ke stase Anak bulan ini, tidak ada dari mereka yang terlihat memiliki ciri-ciri membutuhkan Alganax. Tidak dengan Lee Jinwoo, tidak dengan Tony Yu, tidak dengan Keum Donghyun yang ceria sepanjang hari, dan tidak dengan Nam Dohyon yang menjadi bulan-bulanan perawat karena hobi makannya.

Satu-satunya koass yang ia kenal memiliki riwayat mengkonsumsi obat-obatan yang seharusnya diresepkan oleh psikiater adalah adiknya sendiri, Cha Junho. Tapi seingatnya, Junho tidak mengkonsumsi Alganax. Obat dengan kandungan alprazolam itu tidak ada dalam daftar obat-obatan yang harus dan selalu dikonsumsi oleh Junho. Meski dosis obat-obatan Junho belum bisa diturunkan karena kondisi mentalnya yang tidak kunjung stabil dalam jangka waktu panjang, rasanya ia tidak pernah tahu kalau Junho diharuskan mengkonsumsi Alganax, di samping semua beberapa jenis obatnya yang lain, yang benar jika hampir semua obat yang diresepkan untuk Junho mahalnya bukan main.

Alganax dengan kandungan alprazolam yang digunakan untuk menangani gangguan kecemasan, gangguan kecemasan sosial, dan gangguan panik. Tapi mungkin tidak dianjurkan untuk dikonsumsi jangka panjang.

"Boleh saya bawa obatnya?" Eunwoo mengulurkan satu tangannya ke arah Jinwoo. Meski ia tidak bisa memastikan siapa pemilik satu blister Alganax itu, setidaknya menyita obat itu dari tangan koass akan lebih baik daripada membuat obat itu berkeliaran bebas. "Obat itu hanya boleh dibeli dan dikonsumsi mengikuti resep dari dokter, dalam hal ini orang yang berwenang untuk meresepkan Alganax adalah psikiater. Jadi, boleh saya bawa obatnya dan serahnya ke psikiater?"

Jinwoo mengangguk kaku dan langsung meletakkan seblister Alganax itu ke tangan Eunwoo. "Maaf, dok. Tadi saya dapat di depan ruang koass dan karena kebetulan saya nggak tau obatnya punya siapa, jadi saya simpan dulu. Kalau memang mau dibawa dan diserahkan ke psikiater, dokter aja yang bawa," katanya gugup.

Eunwoo mengangguk mengerti beberapa kali dan menggumamkan kata terima kasih, sebelum akhirnya membawa obat itu bersamanya, sembari ia terus menerka-nerka siapa pemilik satu blister Alganax di tangannya ini. Ia ingin menduga kalau adiknyalah pemilik dari obat ini, tapi mungkinkah? Junho memiliki obat-obatan lain yang harus dikonsumsi dan tidak boleh sembarangan jika memang diperlukan obat baru. Pemberian Alganax ini seharusnya dilakukan psikiater setelah mereka melihat kondisi kejiwaan seseorang, apakah benar membutuhkan bantuan obat-obatan atau tidak? Jika iya, psikiater pasti mempertimbangkan obat mana yang seharusnya mereka berikan, di samping jadwal terapi rutin yang harus dijalani, kondisi fisik dan psikis pasien, melihat pada kontraindikasi dan reaksi obat terhadap pasien, dan menentukan dosis yang tepat.

Dosisnya lumayan tinggi, pikirnya.

"Eunwoo, kamu dari mana?"

Seketika Eunwoo menggenggam erat-erat blister Alganax di tangannya dan mengangkat pandangannya perlahan. Meski sesungguhnya ia agak kaget mendengar namanya dipanggil, diikuti sebuah pertanyaan bernada dingin. "Oh, dokter Chungha. Saya habis antar adik saya pulang, dok. Dia sakit, jadi diperbolehkan pulang daripada kondisinya makin drop."

Di depan Eunwoo, Chungha mengangguk beberapa kali. "Kenapa nggak ijin dulu? Orang-orang nyariin kamu, ujung-ujungnya malah kamu yang dapat omongan nggak enak dari mereka. Memangnya adikmu nggak bisa pulang sendiri? Selain kamu, kakaknya yang lain kan juga ada di sini. Nggak bisa memangnya?"

Eunwoo tersenyum tipis. Kalau saja Myungsoo mau peduli, mungkin semuanya akan lebih mudah, karena bagaimanapun, Myungsoo sudah spesialis dan tidak terikat dengan peraturan studi. Sayangnya, Myungsoo tidak pernah mau peduli apapun tentang Junho. Orang lain yang tidak tahu apapun ternyata sebegitu mudahnya mengomentari dan mempertimbangkan sesuatu, tanpa tahu keadaan internal sesungguhnya.

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang