Komurola Take Care of His Favorite Resident

Mulai dari awal
                                    

Sebuah tepukan halus di bahu menyadarkan Byungchan dari lamunannya. Perawat itu mencoba tersenyum. "Saya tau, hal ini pasti memengaruhi pikiran dokter Byungchan. Tapi tolong jangan dijadikan beban pikiran ya? Mungkin mereka menganggap dokter nggak tau diri dan nggak tau malu, tapi sebenarnya merekalah yang nggak tau malu karena hanya menilai sesuatu berdasarkan apa yang mereka terima secara mentah-mentah, terus memojokkan dan mengolok dokter Byungchan seakan mereka nggak pernah berbuat kesalahan dalam hidupnya, dan menjadikan berita mentah sebagai senjata utama untuk menjatuhkan dokter Byungchan. Banyak konsultan Interna yang suka dengan dokter Byungchan karena dokter profesional, bisa diandalkan, punya kemampuan yang bagus, dan bisa membedakan hal mana yang perlu melibatkan perasaan dan mana yang tidak perlu. Dokter diapresiasi dan disukai karena kemampuan dokter. Itu jauh lebih membanggakan, dok. Mereka yang terus membesarkan masalah yang sebenarnya mereka nggak tau kebenarannya itu, pasti punya perasaan pribadi dan memanfaatkan kondisi untuk menjatuhkan dokter. Terus semangat ya, dok. Saya pamit ke bangsal dulu. Selamat sore, dok."

Byungchan mengangguk samar. Jangan dijadikan beban pikiran, itu tidak mungkin. Mau tidak mau, pasti hal-hal itu menjadi beban pikiran untuknya karena segala hal yang sudah ia bangun dan segala hal yang sudah ia pertahankan untuk tetap baik, pada akhirnya hanya akan rusak karena perkataan-perkataan penuh olokan yang ditujukan padanya berdasarkan isu yang mereka telan mentah-mentah. Ternyata di balik wajah-wajah dengan senyuman ramah yang ditemuinya tiap hari, di balik pujian-pujian yang sering diterimanya, juga di balik perilaku yang begitu manis, ada juga yang begitu tidak menyukainya dan memanfaatkan kondisi untuk menjatuhkannya, mengoloknya, dan menertawakannya. Sebenarnya, siapa di dunia ini yang bisa benar-benar ia percaya? Hanya dirinya?

"Kamu bisa percaya sama perawat itu. Dia nggak bermaksud menjatuhkan mental kamu dengan mengatakan hal-hal yang dia tau, tapi dia hanya ingin kamu lebih berhati-hati terhadap orang-orang di sekitarmu. Bisa saja, mereka bicara baik dan tersenyum ramah di depanmu atau malah nggak berani berkutik di depanmu, tapi di belakangmu, dia mengolok-ngolokmu bersama golongannya. Orang-orang seperti itu tau kalau membicarakan keburukanmu di depan umum yang memiliki banyak perspektif pasti pendapat buruknya kemungkinan nggak akan diterima, jadi dia mencari aman dengan hanya membicarakan dengan sesama orang yang nggak menyukai kamu supaya kamu terus dianggap buruk. Mereka mengambil keuntungan dari musibah yang sedang menimpa kamu, tanpa mereka tau, justru orang-orang seperti merekalah yang akan punah lebih dulu karena seleksi alam. Dunia ini berat, Chan. Kamu harus bertahan dengan dirimu, di atas kakimu, bukan di atas masalah atau musibah orang lain. Apalagi dengan memperalat dan memanfaatkan orang lain."

Byungchan berbalik perlahan. Dokter Hyunbin berdiri tegak di hadapannya sambil terus menandang punggung perawat perempuan yang berjalan meninggalkan lorong dan perlahan mengecil. "Dokter Hyunbin kok di sini? Sejak kapan?" tanyanya.

"Sejak tadi, Chan. Saya dengar semua yang perawat itu bilang. Dia tetap bicara karena saya yang minta tetap bicara. Apa yang kamu dengar berat ya? Dianggap nggak tau malu dan nggak tau diri. Berat kan?"

Byungchan mengangguk samar, kemudian menunduk menatap ujung sepatunya yang berhadapan dengan sepasang ujung sepatu Hyunbin.

Hyunbin terkekeh pelan dan mengusap pucuk kepala Byungchan lembut. "Kenyataan yang seperti ini memang berat, Chan. Tapi lebih baik daripada kebohongan yang indah. Pada akhirnya, kebohongan yang indah justru tetap datang sebagai kenyataan pahit yang akan menjatuhkan kamu ke jurang yang paling dalam. Lebih baik kamu tau kebenarannya, meskipun pahit, setidaknya kamu akan mencari cara untuk survive. Daripada mendapat kebohongan yang cantik, kamu jadi berl eha-leha dan bisa terluka parah sewaktu jatuh."

"Tapi kebenaran yang seperti ini justru membuat saya makin merasa bersalah pada Eunwoo, dok. Dia nggak melakukan apapun. Dia hanya mencoba menjadi teman yang baik, tapi dia yang mendapat tuduhan paling keras. Dia orang yang paling dirugikan saat sebenarnya dia punya niat baik untuk membantu saya," Byungchan berujar pelan, suaranya agak terkecekat di tenggorokan.

"Chan, saya nggak pernah mengajari kamu bicara menunduk atau bicara tanpa menatap lawan bicaramu." Hyunbin meraih ujung dagu Byungchan dan mengangkatnya perlahan, kemudian tersenyum lebar ketika netra mereka bertemu. "Eunwoo pasti udah tau resiko saat dia harus membantu kamu, tapi memang segalanya tetap nggak adil untuk Eunwoo, juga untuk kamu. Sejujurnya kalau saya boleh bilang, orang yang pada porsinya untuk menjaga dan membantu kamu itu bukan Eunwoo. Tapi tunanganmu, Seungwoo, dia yang pada porsinya untuk menjaga kamu. Dan kalau sebenarnya kamu nggak berselingkuh dengan Eunwoo seperti gosip-gosip murahan itu, seharusnya Seungwoo bisa membenarkan sebagai orang yang punya ikatan resmi dengan kamu, Chan. Maaf ya kalau saya ikut komentar terlalu jauh."

Byungchan terdiam. Ia meremat ujung seragam jaganya perlahan, kembali teringat ketika Seungwoo memukul Eunwoo dan menyeretnya menjauh dari Eunwoo dengan penuh amarah, hingga setiap pasang mata di lorong hari itu bisa melihatnya. Dan orang-orang itu pasti menyangkutpautkannya dengan Eunwoo yang menyusul di belakangnya.

Hyubin maju selangkah dan memeluk Byungchan dengan satu tangannya. "Tenang, Chan. Walaupun kelihatannya saya bengal begini, saya bisa membaca situasi. Saya nggak akan menyalahkan Eunwoo karena saya tau, dia anak yang baik dan berusaha jadi pria yang bertanggungjawab, meskipun sejatinya dia nggak perlu bertanggungjawab terhadap sesuatu yang nggak dia lakukan. Tapi untuk Seungwoo, saya nggak bisa mentoleransi. Membiarkan kamu sendirian dan terus disudutkan seperti ini adalah kesalahan di mata saya karena posisinya adalah tunanganmu. Dan kalau sampai saya tau dia bertindak bodoh lebih besar, dia harus membayar."

Byungchan tidak menjawab. Ia terlalu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia tidak pernah melihat dokter Hyunbin marah atau mengungkapkan kekesalannya, jadi ia tidak tahu harus bereaksi sepertui apa. Terlebih ketika dokter Cha keluar ruangan dan menatap lamat-lamat ke arahnya, ia semakin tidak tahu harus berbuat apa, selain diam.

Nggak tau diri dan nggak tau malu ya? Apa aku seburuk itu?

Kita sampai pada tahan konflikasi, di mana konflik mulai menajam dan permasalahan mulai lebih serius alias mendekati klimaks🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita sampai pada tahan konflikasi, di mana konflik mulai menajam dan permasalahan mulai lebih serius alias mendekati klimaks🌹

Iya klimaks, kan tinggal berapa stase ini? Tinggal radiologi, anestesi dan terapi intensif, lalu forensik dan medikolegal. Tidak terasa... sebentar lagi para koass akan menjalani ujian hidup, eh! UKMPPD, maksudnya😞

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang