Malam Tahun Baru Ala Kami

Start from the beginning
                                    

Wooseok seketika menghentikan tawanya dan menerima suapan dari Jinhyuk, kemudian meletakkan ponselnya ke meja. "Karena satu-satunya temanku yang jomblo cuma Eunwoo. Nggak enak kalai gangguin Yuvin. Dia kan udah ada Yohan," jawabnya.

"Nanti kalau dia punya pacar, kamu pasti kaget. Apalagi kalau ternyata pacarnya lebih cakep daripada kamu," Jinhyuk bergurau.

Wooseok mengangkat bahu tidak peduli. "Percaya deh, aku pasti kesepian kalau Eunwoo punya pacar karena dia pasti bakalan sibuk banget sama pacarnya."

"Bagus dong kalau Eunwoo punya pacar. Dia bisa menghindar dari kejahilanmu." Jinhyuk mengulum senyum, kemudian kembali menyuapkan satu daging lagi ke dalam mulut Wooseok.

Residen Obsgyn itu menggeleng sambil mengunyah cepat daging dalam mulutnya. Bibirnya sedikit mencebik ke bawah, seperti tidak setuju dengan perkataan Jinhyuk.. "Belakangan ini aku ngerasa kalau aku kehilangan teman-temanku satu persatu, Hyuk," ungkapnya.

"Oya? Aku masih di sini," Jinhyuk menyela.

Wooseok menggeleng. "Kamu beda. Kamu bukan temanku. Kamu pacarku," kilahnya.

Jinhyuk mengangkat sebelah alisnya. "Dulu kita temenan sebelum pacaran. Apa bedanya? Aku tetap temenmu kok," ujarnya.

"Bukan. Intinya bukan." Wooseok tetap pada pendiriannya bahwa Jinhyuk bukan temannya, tapi pacarnya. Memang begitu adanya, katanya dalam hati. "Aku tuh merasa kalau teman-temanku hilang satu persatu. Dulu, kita bisa kumpul bareng-bareng tiap makan siang atau minimal kumpul beberapa kali sehari buat makan siang bareng. Tapi sekarang, rasanya susah banget. Makanya aku bilang kalau aku ngerasa teman-temanku hilang satu persatu. Satu-satunya yang mungkin masih beneran tinggal dan ada di sini cuma Eunwoo. Kamu pengecualian karena mungkin kamu dulu temanku, sekarang kamu pasanganku. Ada perbedaa di sana, Hyuk."

Jinhyuk meletakkan penjepit daging ke meja, bertopang dagu menatap Wooseok yang duduk di hadapannya. "Kenapa kamu merasa kalau teman-temanmu hilang satu persatu?" tanyanya.

Wooseok tampak berpikir sebentar. "Mungkin karena kita nggak pernah punya waktu quality time bareng lagi. Seungwoo sering pergi nggak tau ke mana tanpa bilang-bilang, bahkan di Instagram pun, dia nggak pernah lagi muncul. Hilang mendadak dari grup chat dan jarang banget bisa dihubungi. Midam, dia masih butuh waktu buat menerima kepergian papanya, jadi aku nggak mau terlalu ganggu dia dan ngerusak waktunya untuk jadi semakin dekat sama Eunsang. Yuvin sama Yunseong, mereka berdua sibuk di bidang yang sama dan emang sedang dipersiapkan buat benar-benar matang sebelum awake craniotomy. Byungchan... aku nggak bisa berkata apapun, Hyuk. Selain Midam sama Yunseong, dia teman terdekatku. Tapi rasanya sekarang... jauh banget."

"Kenapa? Byungchan nggak pergi ke manapun kok. Dia masih residenan di rumah sakit yang sama kayak kita. Dia gampang ditemui di manapun, tapi semakin tinggi semester PPDS-nya, dia bakalan semakin sibuk terkurung di Departemen Ilmu Penyakit Dalam."

"Aku tau." Wooseok menjawab cepat. Ia terlihat ragu, namun buru-buru menjelaskan, "Gosip yang banyak orang bilang soal dia yang selingkuh sama Eunwoo di belakang Seungwoo, aku tau kok kalau itu cuma gosip aja. Eunwoo nggak mungkin ngelakuin itu dan Byungchan juga nggak akan selingkuh di belakang Seungwoo. Aku tau persis Byungchan itu orangnya kayak gimana. Mulutnya emang kayak mrecon, tapi hatinya itu halus. Kalau dia udah sayang sama seseorang, ya udah dia bakalan sayang. Dia nggak akan berpaling. Tapi aku tau, pasti gosip itu membebani Byungchan. Dengan gosip yang menyudutkan dia kayak gini, dia justru semakin menutup diri. Aku pernah sekali pengen nanya atau minta dia sharing ke aku, tapi waktu ketemu, malah nggak tega. Akhirnya malah kuajak ngobrol nggak jelas biar dia nggak kepikiran lagi. Makanya kubilang Byungchan rasanya sekarang jauh banget."

Jinhyuk tidak terlalu banyak berkomentar. "Sejujurnya bukan cuma Byungchan, Seungwoo juga rasanya udah jauh banget. Tokoh dalam gosip itu yang masih bersikap sewajarnya walaupun dia kelihatan emosi, cuma Eunwoo. Dia mungkin kesal, tapi dia masih care ke semua temannya. Dan aku juga lihat, dia masih tetap care ke Byungchan, sekalipun gosip tentang mereka juga pasti menyudutkan dia."

"Aku kesepian kalau mereka hilang satu persatu. Buat Midam, Yunseong, Yuvin, aku masih bisa memaklumi. Mereka terjebak di situasi yang mana situasinya jelas bukan kehendak mereka, tapi benar-benar berpengaruh dalam hidup mereka." Wooseok kembali bersuara. Ia menatap lurus ke arah gelas berisi teh ekstrak jahe hangat miliknya yang nyaris tandas seluruhnya.

"Terus gimana dong kalau kutinggal ke Paris minggu depan?"

Wooseok mengerjap beberapa kali. "Kamu mau ke Paris minggu depan? Kenapa baru bilang?" tanyanya kaget.

Jinhyuk mengangkat bahunya. "Mendadak. Pertunangan Ellise. Dia minta aku buat datang, jadi aku harus datang ke pertunangannya. Atau kamu mau pergi ke Paris bareng aku?"

"Aku? Ke Paris ketemu keluargamu?"

Jinhyuk mengangguk. "Sekalian. Aku juga pengen ngenalin kamu ke keluarga besarku. Termasuk papa dan adik tiriku. Mereka harus tau kalau mereka akan punya anggota keluarga baru calon dokter kandungan."

"Jinhyuk, serius. Aku nggak siap ketemu keluarga kamu. Astaga, Paris, aku bahkan nggak bisa bicara bahasa Prancis. Gimana aku bisa ngobrol bareng mereka?" Wooseok terlihat gugup seketika.

Jinhyuk meraih satu tangannya di atas meja, kemudian menggenggamnya lembut. "Soal bahasa, semua bisa dikesampingkan. Aku bisa bahasa Prancis, lumayan lancar buat ngobrol sehari-hari. Dan keluargaku, mereka lancar berbahasa Inggris kok. Kamu tenang aja. Dan emang udah seharusnya aku bawa kamu ke keluargaku. Aku harus bilang ke mereka kalau aku udah punya calon pendamping hidup dan dialah pilihan terakhirku."

Wooseok bungkam. Ia hanya bisa merasakan jantungnya berdetak lebih kencang, darahnya berdesir seperti anak remaja yang pertama kali merasakan manisnya jatuh cinta. Pipinya memanas saat Jinhyuk menyunggingkan seulas senyum padanya.

"Kita... nggak usah pakai acara tunangan ya?"

Wooseok mengerjap bingung. "Maksudnya?"

"Aku mau kita langsung serius, Seok. Sebulan setelah aku jadi spesialis. Dalam waktu dekat ini, aku nggak bisa karena studiku udah sampai di akhir. Aku harus fokus. Jadi, setelah aku jadi spesialis dulu ya?"

Wooseok kian tidak bisa berkata-kata. Rona di pipinya kian kentara, kemudian naik ke telinganya dan membuat daun telinganya juga ikut memerah. Mungkin ia butuh waktu beberapa saat untuk mencernanya, tapi Jinhyuk memang tidak sedang melamarnya, melainkan langsung menentukan segalanya.

"Kamu mau kan jadi pendamping hidupku, Seok?" Jinhyuk kembali bertanya.

Senyum Wooseok mengembang tanpa bisa ditahan. Ia mengangguk sekali, kemudian kembali mengangguk hingga sekitar 3 kali saking girangnya. "Ya, ya, ya, aku mau."

Jinhyuk tersenyum, kemudian membawa tangan Wooseok dalam genggamannya untuk ia beri kecupan kecil di punggung tangannya. "Selamat tahun baru, Ma chérie. Tahun depan jadi pendamping hidupku ya?"

Guys, kalau besok pagi aku update pakai latar waktu malam tahun baru kayak ini, nggak papa kan? Soalnya masih ada satu, tapi belum sempat ketulis hehehe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Guys, kalau besok pagi aku update pakai latar waktu malam tahun baru kayak ini, nggak papa kan? Soalnya masih ada satu, tapi belum sempat ketulis hehehe...🐴

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Where stories live. Discover now