Mysterious Box, Who Sent It?

Start from the beginning
                                    

Orange, you glad the semester is almost over?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Orange, you glad the semester is almost over?

Yeji mencibir kesal. "Huh, untuk aku belum telepon polisi atau pemadam kebakaran. Ternyata isinya snack, bukan bom sama sekali. Is this just a snack box? Mau ditaruh mana mukaku kalau mereka udah datang dengan peralatan penjinak bom hanya untuk sebuah snack box?" omelnya.

Tepat setelah Yeji selesai mengomel sambil mendengus sebal, ia menemukan sebuah notes berwarna oranye yang berada di atas tumpukan makanan ringan, permen, coklat, dan minuman. Notes itu hanya berbentuk persegi biasa, dengan tulisan tangan berbahasa Inggris yang terkesan ditulis agak tergesa-gesa.

Happy holiday

Best regard,
Tony.

Yeji mendengus. Sekarang ia tidak perlu bertanya-tanya siapa pengirim kotak tanpa nama pengirim yang ia sangka bom di depannya ini. Sekarang ia malah ingin mendatangi langsung pengirimnya dan menendangnya hingga ke ujung dunia. Untung saja, ia tidak jadi menelepon pemadam kebakaran. Efeknya bukan hanya dia akan malu secara live, tapi ia juga pasti akan diomeli kedua orang tuanya sampai tahun depan. Semuanya gara-garasi bodoh Tony yang mengirim paket - yang entah bagaimana bisa - tanpa nama pengirim dan nomor telepon.

Hingga sekitar semenit kemudian saat Yeji masih membayangkan kalau saja ia menelepon polisi dan pemadam kebakaran, kemudian diomeli mama papanya sampai tahun depan, ponselnya di atas sofa berdering nyaring, membuatnya melompat kaget dan menjerit nyaring mengalahkan suara televisi yang bahkan sudah nyaring.

"APA?!" semburnya tepat di depan kamera depan ponselnya sesaat setelah ia menerima panggilan video yang ternyata tepat sasaran, dari Tony.

Di ujung sana, Tony tampak sedang tertawa terbahak-bahak. "Pagi-pagi tuh udah marah, kenapa sih? Marah-marah terus kerjaannya. Sekali aja ditelepon nggak marah tuh, nggak bisa ya?" godanya.

"Sikili iji tilipin nggik mirih tih, nggik bisi yi?" Yeji mencibir sebal sambil menyandarkan punggungnya ke bagian bawah sofa dan menyelonjorkan kakinya. "Kamu pikir aja sendiri. Masih berfungsi kan otaknya?!"

"Aduh galaknya, anaknya dokter Minhyun. Masih dong, ini masih dipakai di dalam kepala. Kalau otakku nggak berfungsi, gimana caranya dapat predikat A buat stase bedah?" Tony menaikturunkan kedua alisnya, semakin gencar menggoda Yeji.

Yeji merengut sebal. Matanya yang sudah sipit kian memincing kesal. "Dasar sombong," cibirnya.

"Kamu kira aku belajar buat apa? Ya buat sombonglah, gila apa aku belajar buat nyontekin orang?" Tony kembali tertawa terbahak-bahak setelahnya.

Kalau saja Tony bisa dijangkau dengan sangat mudah, Yeji pasti sudah merangsek masuk ke dalam ponsel dan mematahkan leher cowok blasteran itu jadi 2 atau bahkan akan mencincang seluruh bagian tubuh Tony, kemudian menjual organnya ke pasar gelap. Uangnya? Tentu saja akan ia gunakan untuk membeli keperluan hidupnya sebagai seorang fangirl.

"Kamu masih di Beijing?" tanya Yeji sambil meraih kaleng sodanya yang tidak lagi sedingin saat baru keluar dari kulkas.

"Kenapa? Kangen ya?"

Yeji mencibir. "Idih, idih. Pede banget tuh kenapa? Kenapa nggak ada pikiran, pengen bunuh aku ya? Atau yang lain gitu?"

"Biasanya kalau cewek nanya di mana atau lagi ngapain, biasanya sih kangen. Makanya aku nanya, kangen ya? Masa aku nanya, pengen bunuh ya? Kan nggak masuk akal."

"Sebenernya lebih masuk akal kalau kamu nanya, pengen bunuh aku ya? Karena aku emang pengen bunuh kamu! Gila apa aku ngangenin kamu?!" Yeji kembali berteriak bar-bar di layar ponselnya, membiarkan Tony melihat wajahnya yang mengkerut sebal.

"Aku masih di Vancouver. Besok baru pulang."

Seketika Yeji menjauhkan wajahnya dari layar ponsel dan kembali duduk tenang setelah meneguk kolanya. "Kok di Kanada? Katanya mau ke Beijing? Gimana sih?" tanyanya bingung.

"Habis dari Beijing, langsung ke Vancouver. Lumayan ada yang bayarin tiket pesawat ke Kanadanya, jadi gasslah langsung ke Vancouver. Tapi besok sih baru pulang. Pesawatnya sekitar jam 10 pagi, nggak tau nyampe sana jam berapa. Mau jemput emangnya?"

"Habis dari Beijing, langsung ke Vancover dan sempat ngirim paket nggak ada namanya yang hampir kukira isinya bom. Besok nggak usah pulang ke sini. Habis dari Vancouver, lanjut aja ke New York, London, sekalian nggak usah pulang!"

Telepon dimatikan sepihak. Yeji mendengus sebal dan melemparkan ponselnya hingga ke ujung kakinya yang terjulur ke depan.

Dasar cowok. Kalau nggak peka, ya tulalit. Sepinter apapun, tetap ada ada gen tulalitnya.

 Sepinter apapun, tetap ada ada gen tulalitnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat pagi dan selamat beraktivitas...😈🌹💙

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Where stories live. Discover now