Cerita Dari Koridor di Pagi Hari

Começar do início
                                    

Bukannya kapok, Seobin justru kembali berusaha merangkul bahu Midam yang terus berusaha melepaskan diri dari rangkulannya karena Midam yang sedang dalam mode galak begini malah terlihat lucu di matanya. Kalau kata Yuvin, ia dan Jinhyuk sama-sama tidak normal karena senang membuat kucing marah-marah mendadak, padahal kucing-kucing itu memiliki taring dan cakar yang tajam. Tapi Seobin memang Seobin. Tidak jauh beda dengan Jinhyuk yang suka membuka kesal Wooseok. Seobin juga suka membuat pacarnya yang satu ini kesal.

Apalagi belakangan ini, Midam tampak lebih gemuk. Badannya tetap ramping, tapi pipinya terlihat lebih gembul dan jari-jarinya yang pendek juga tampak seperti sosis. Kalau Midam sudah kesal entah karena apapun, tanpa sadar pasti pipinya dibuat semakin mengembang karena menggembung kesal, mata bulatnya berubah seperti mata kucing yang ingin menyerang sesuatu alias memincing sok menyeramkan, dan bibirnya yang tipis akan melengkung ke bawah seperti bibir kucing. Belum lagi kebiasaannya berjalan dengan kaki menghentak saat sedang marah atau kesal. Seobin jadi tidak tahan sendiri. Midam menggemaskan di matanya.

Dan entah sejak kapan, hobinya memang berubah drastis. Ia suka mengganggu kucing. Tapi bukan kucing milik Jinhyuk karena kadar galaknya hanya bisa ditaklukkan oleh Jinhyuk.

"Kak, masih marah?" Kali ini Seobin berusaha menggenggam tangan Midam setelah beberapa kali percobaan merangkul bahu pacarnya malah berakhir sia-sia.

Midam melengos, menyentak tangannya untuk bebas dari genggaman Seobin. "Pikir aja sendiri," ketusnya.

"Aduh, susah nih. Kucingku udah marah-marah aja, padahal ini masih pagi," Seobin bergumam dengan nada menyebalkan, sedikit merubah ekspresi wajahnya jadi berpura-pura sedih.

"Aku bukan kucing." Midam menoleh, melotot sebal ke arah Seobin.

"Tuh kan, kucingnya galak. Kayaknya bentar lagi aku dicakar deh."

"Seobin, aku manusia. Bukan kucing," Midam meraung sebal.

Seobin terkekeh. Ia mengulurkan kedua tangannya, meraih Midam untuk masuk ke dalam dekapannya. "Jangan marah-marah dong, kak. Katanya, tadi kangen. Sekarang malah marah-marah. Sebenernya kamu kangen atau lagi sebel hm?" tanyanya lembut.

Kali ini Midam diam tidak bergerak dalam pelukan Seobin. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Seobin sambil memejamkan mata perlahan. Suasana hening di koridor rumah sakit dan pelukan Seobin, rasa kesalnya yang tadi hampir meledak ke ubun-ubun seperti langsung terangkat. Hingga perlahan tanpa sadar, ia mengangkat kedua tangannya demi membalas pelukan Seobin sambil menyamkan posisi kepalanya di bahu pacarnya.

Seobin melirik ke bawah sebentar, mengukir senyum saat melihat Midam begitu nyaman dalam pelukannya. "Kucingnya langsung jinak kalau dipeluk. Gemes banget sih, kak. Aku jadi pengen ngantongin beneran," katanya lirih.

"Kamu nyebelin," Midam bergumam pelan, suaranya sedikit teredam bahu Seobin.

"Tapi sayang kan?" Seobin mengusap-usap punggung Midam, sedikit member tepukan lembut di punggung itu.

Midam mengangguk samar, tapi memilih tidak bersuara.

"Bikin kangen kan?" Seobin bertanya lagi.

Kali ini Midam tetap mengangguk, tapi tetap memilih untuk tidak bersuara. Kelihatannya gengsi untuk mengatakan iya.

Seobin tertawa ringan, kemudian memberi kecupan kecil di puncak kepala pacarnya sambil sesekali menghirup aroma menyenangkan dari helaian rambut hitam di depannya. "Kak, keadaan papamu gimana? Udah ada perkembangan yang bagus?" tanyanya hati-hati.

Pelukan Midam pada pinggang Seobin sedikit mengendur. Ia perlahan mengangkat kepalanya dari bahu Seobin dan berdiri menatap Seobin dengan pandangan lebih sendu. "Pengobatannya masih jalan seperti yang seharusnya, ada perkembangan baik sedikit. Tapi belum benar-benar baik, Bin. Sewaktu check up terakhir sekitar 3 hari lalu, papa diresepin simvastatin buat nurunin kolesterolnya, juga diresepin verapamil buat melebarkan pembuluh darahnya biar tekanan darahnya menurun," jawabnya.

Seobin mengangguk beberapa kali. "Nanti waktunya papa kamu check up lagi kan?" tanyanya.

Midam mengangguk samar. Wajah sebalnya tadi seketika berubah menjadi wajah sendu yang membuat Seobin jadi merasa bersalah sendiri sudah mengerjai pacarnya.

"Nanti biar aku ijin dokter Seongwoo. Aku aja yang jemput papa kamu buat check up. Nanti kalau udah sampai di polinya dokter Eunbi, aku telepon kamu." Seobin memberi usulan.

Midam mengangkat kedua sudut bibirnya untuk tersenyum. "Semoga hari ini ada perkembangan yang lebih baik buat papa. Dokter Eunbi pernah bilang buat bypass jantung karena ada lebih dari satu arteri yang tersumbat, tapi dilihat lagi nanti hasil check upnya."

"As bad as anything your yesterday, your future still could be better. Live today with the best, ok?"

Midam mengangguk, kembali memeluk Seobin dan menyandarkan kepalanya di bahu itu sambil sesekali Seobin memberi kecupan lembut di pelipisnya.

Midam mengangguk, kembali memeluk Seobin dan menyandarkan kepalanya di bahu itu sambil sesekali Seobin memberi kecupan lembut di pelipisnya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Selamat pagi...😍

Kembali lagi di Coass Cooperate bersama SeoDam, ada yang bisa dibantu? Tambah pulsanya? Beli sosisnya mumpung ada potongan harga, jadi 10.000 aja. Silakan teh Kotaknya, beli 2 gratis 1. Ada kartu Indomaretnya..?🐒

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Onde histórias criam vida. Descubra agora