Every Stalks of Sunflower is A Hope - 2 END

Start from the beginning
                                    

Di ujung ranjang sana, Junho mengangguk. "Nggak ada hidup siapa yang lebih baik di sini. Hidup gua nggak lebih baik dari hidup lo, begitupun hidup lo mungkin juga nggak lebih baik dari hidup gua karena pada dasarnya, lo adalah pemeran utama dalam hidup lo dan gua adalah pemeran utama dalam hidup gua. Sebagai pemeran utama, kita punya porsi untuk bermain peran dan menentukan akhir yang kita mau," katanya.

"Mungkin di luar sana ada yang iri dengan kehidupan lo dan berharap jadi lo, tanpa mereka tau betapa sakitnya jadi lo. Tapi mungkin juga di sini lo juga iri dengan kehidupan orang itu dan berharap jadi mereka, tanpa lo tau betapa sakitnya jadi mereka. Itu terjadi karena kita melihat orang lain dengan kacamata pemeran pembantu, bukan kacamata pemeran utama. Di hidup ini nggak ada yang perlu lo sesalkan karena semua akan berjalan pada alurnya, termasuk dengan kelahiran lo karena kelahiran lo adalah berkah buat orang-orang yang sayang sama lo. Minkyu salah satunya?" Minhee menambahi. Meskipun perkataannya agak konyol di bagian akhir, ia tersenyum saat menunjuk Minkyu dengan ujung dagunya.

Eunsang mengangguk, ia kembali mengeratkan pelukannya pada tubuh Wonjin. "Kalau Wonjin pernah merasa menyesal dilahirkan untuk keadaan Wonjin yang saat ini, Wonjin harus ingat kalau Wonjin punya orang-orang yang sayang sama Wonjin. Mungkin kita kadang merasa kalau kehadiran kita ini beban, tapi secara diam-diam ada orang yang mau mendampingi kita tanpa menganggap diri kita adalah beban, melainkan berkah. Wonjin harus sembuh, bukan hanya buat Wonjin sendiri, tapi juga buat semua orang yang selalu sayang sama Wonjin. Juga buat banyak impian Wonjin yang sempat terbengkalai."

"Gua punya sesuatu buat lo." Junho lantas menurunkan tasnya, membuka bagian depan tasnya, dan mengambil sebuah buku sketsa berukuran lumayan besar dari dalam sana. "Bukan gambaran yang bagus sih. Tangan gua agak kaku karena udah lama nggak gambar, tapi masih bisa dilihat bentuknyalah. Nih, dilihat dulu."

Junho mengulurkan selembar kertas dari buku sketsa dengan gambaran yang ia beri tanda tangannya di bagian ujung. Sebuah gambar yang dibuat langsung menggunakan watercolor yang dominan warna kuning. Gambar itu menunjukkan seorang lelaki berkemeja biru yang sednag membawa kamera di tengah pada bunga matahari. Di belakang lelaki itu, ada sekitar 8 bunga matahari yang sedang mekar dan di atas bunga-bunga matahari itu, tampak matahari yang nyaris tenggelam yang memperindah kesan sunset di sana.

Wonjin mengerjap beberapa kali. "Gambarnya bagus, Jun," katanya.

"Cowok itu Minkyu. Dia yang hobi pinjam kamera gua buat ngefotoin lo diam-diam sampai memori gua penuh. Walaupun dulu di mulut dia bilangnya suka Hyungjun, gua harus jujur kalau memori kamera gua habis karena Minkyu ngefotoin lo diam-diam, Jin."

Sementara Wonjin mengulas sedikit senyum malu-malu, Minkyu hanya menaikka alisnya dan bersikap tidak peduli dengan apa yang dikatakan Junho.

"Bunga mataharinya sengaja yang gua buat jelas cuma 8 karena 8 adalah jumlah kita. Bunga matahari paling ujung itu Yohan, di samping Yohan ada Minhee, di samping Minhee ada Hyungjun, dan di tengah ada lo. Di samping lo ada Eunsang, di samping Eunsang ada Minkyu, di samping Minkyu ada gua, dan bunga matahari paling pendek itu Dongpyo."

Di samping Yohan, Dongpyo hanya mencibir sambil mengepalkan tinjunya ke arah Junho yang baru saja meledeknya secara estetis.

"Bunga matahari itu punya banyak makna. Kesetiaan dan kepatuhan. Kegembiraan dan keceriaan. Semangat dan optimis. Persatuan dan persahabatan. Kenapa gua buat bunga mataharinya ada 8? Karena setiap tangkai bunga matahari adalah harapan yang bisa lo lihat setiap waktu. Setiap dari kita punya harapan yang sama tentang lo. Kita semua, termasuk diri lo sendiri berharap lo lekas sembuh dan pulih. Itulah kenapa gua buat bunga mataharinya ada 8."

Wonjin memejamkan matanya sejenak, membiarkan air matanya jatuh ke punggung tangannya saat mendengar penjelasan Junho tentang gambar di tangannya.

"Dan matahari yang lagi bersinar itu adalah lo. You're the only one sunshine. Lo bisa bersinar kapanpun lo mau. Jadi hangat di pagi hari, jadi terang di siang hari, dan jadi indah saat senja hari. Bunga matahari selalu setia menghadap ke mana mataharinya bergulir, dari sejak matahari terbit, sampai matahari terbenam. Semua bunga matahari di sana yang menggambarkan setiap masing-masing dari kita nggak akan pernah ninggalin lo, bahkan saat lo terbenam sekalipun, because you're the only sunshine we have. Kalau lo merasa nggak bisa lepas dari diri lo sendiri sebagaimana bunga matahari yang selalu menghadap ke matahari, kita juga sama."

Eunsang tersenyum saat melihat Wonjin perlahan mengangkat kedua sudut bibirnya untuk tersennyum. Ia lantas menyandarkan kepalanya di bahu ringkih Wonjin dan mengeratkan pelukannya penuh kelembutan.

"Lo tau makna senja di sana nggak? Kenapa nggak gua buat latarnya sewaktu matahari terbit, tapi malah gua buat saat matahari terbenam? Ini nggak ada hubungannya sama anak kopi senja karena gua hanya penikmat rasa kopi, bukan penikmat quotes kopi berlatar senja." Junho menunjuk ke arah gambarannya di tengah Wonjin.

Wonjin mengangkat sedikit pandangannya, kemudian menggeleng pelan.

Junho tersenyum. "Karena senja adalah salah satu objek alami indah yang pernah Tuhan ciptakan. Orang-orang yang suka senja pasti mengabadikan pemandangan saat senja dan nggak bisa dipungkiri kalau hasil potretnya yang indah selalu menghipnotis. Sama persis kayak lo yang selalu bisa menarik orang lain dengan cara lo sendiri, tanpa lo harus menjadi orang lain. Dan setiap senja selalu menjanjikan kita awal yang baru."

Aku di saat ide dan moodku sedang acakadut, iNI NULIS APAAN SIH ASTAGA?!😒😒

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku di saat ide dan moodku sedang acakadut, iNI NULIS APAAN SIH ASTAGA?!😒😒

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Where stories live. Discover now