Otolaringologi, Memahami Berawal Dari Mendengar

Start from the beginning
                                    

Eunsang yang semula sibuk mengobrol dengan Yohan langsung mengatupkan bibirnya. Yohan menaikkan sebelah alisnya dan memutar tubuhnya menghadap Minkyu. Sementara 3 koass lain yang duduk sejajar dengan Junho juga langsung diam. Prihatin.

"Kanula nasalnya harus dipasang lagi dan belum bisa dilepas sampai pagi ini. Hasil CT Scan sama MRI-nya juga nggak begitu bagus, kayak kemoterapi sama radioterapi terakhir ini nggak membantu sama sekali. Dan sejak seminggu terakhir, Wonjin punya sesi tiap hari kamis buat Kelompok Dukungan Sebaya di Departemen Psikiatri, hari jumat buat ketemu psikolog sama psikiater." Minkyu menjelaskan.

Napas Junho tercekat. "Psikiater? Kenapa?" tanyanya.

"Gejala depresi singkat berulang. Kalau kondisi psikisnya nggak ditangani, kemungkinan berefek besar buat kondisi fisiknya. Wonjin ngedrop karena psikisnya terpukul, dia tertekan. Penyakit itu udah jadi tekanan, tapi masih ada hal lain yang jadi tekanan baru buat dia. Tentang bundanya, juga tentang keadaan fisik dia sekarang."

Tidak ada yang berkomentar begitu Minkyu menceritakan pasal Wonjin. Bahkan manusia-manusia yang terkenal tidak pernah bisa berhenti bicara sekelas Yohan, Minhee, dan Dongpyo pun tidak berbicara.

"Ya kadang-kadang gue sempet mikir kalau hidup ini nggak adil buat Wonjin. Tapi mungkin ini cara terbaik dan garis kehidupan yang nantinya bakal bikin Wonjin lebih kuat." Minkyu tersenyum pahit.

Dongpyo mencondongkan tubuhnya, susah payah mengulurkan tangan demi menepuk-nepuk bahu Minkyu. "Sewaktu gue disuruh presentasi kasus sama dokter Dongho waktu di Interna dulu, gue ambil glioblastoma karena jaringan tumornya bisa bikin suplay darahnya sendiri buat berkembang. Dan serius, nyari datanya mati-matian nahan ngeri karena emang glioblastoma sengeri itu. Tapi, Kyu, pasti ada jalan buat Wonjin lepas dari penyakit itu. Pasti ada."

Minkyu menoleh menatap Dongpyo, mengangguk tanpa tersenyum.

Suasana semakin hening sampai akhirnya seorang dokter konsultan perempuan dengan rambut kecoklatan panjang tergerai masuk saat sepatu pantofelnya mengetuk lantai dan membuat para koass lantas menoleh ke arah yang sama.

"Maaf ya, saya terlambat. Tadi saya harus ngantar anak saya ke sekolah dulu, makanya telat masuk. Kalian udah lama nunggunya?"

Dokter itu adalah dr. Yoo Yeonjung, Sp.THT-KL (K). Ia adalah konsulen yang akan bertanggungjawab untuk pada koass selama stase THT-KL dan ia seorang subspesialis atau konsultan Otologi.

"Kalian kenapa kok udah gloomy banget masih pagi gini? Belum sarapan ya?" Dokter Yeonjung bertanya sambil menggoda para koass di depannya.

Hyungjun mengangkat satu tangannya dan sedikit mendongak di balik punggung Yohan yang duduk di depannya. "Kalau bilang belum sarapan, emangnya nanti bakalan ditraktir, dok?" tanyanya ngawur.

Yeonjung tertawa. "Waduh, bangkrut dong saya harus ngasih traktir buat 7 koass. Tapi kalau kalian emang belum sarapan, saya traktir buat makan siang aja ya. Sekarang kita briefing dulu sebelum mulai stase."

"Padahal laparnya sekarang huhuhu..." Hyungjun menurunkan tangannya dan kembali duduk tenang di belakang Yohan.

"Kita mulai dari aktivitas yang akan kalian lakukan setiap harinya. Kalian boleh nggak mencatat asalkan kalian bisa jamin nggak akan lupa dengan banyak yang perlu diingat. Kalau kalian kira-kira bakalan lupa, saya sarankan untuk mencatat. Nggak usah bagus-bagus, saya tau tulisan tangan kalian jelek. Asal masih bisa kalian pahamilah."

Kalau konsulen sudah bicara begitu, artinya itu adalah perintah untuk mencatat secara halus dan mulus. Maka para koass mengeluarkan notebook dan alat tulis mereka untuk mencatat sebelum konsulen menyindir secara halus lagi.

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Where stories live. Discover now