Chapter 19

895 113 12
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙


Pulang sekolah waktu gue lagi masukin buku dan alat tulis gue, Sean datang menghampiri gue, shit dia pasti mau ngajak latihan.

"Ayo" ajak Sean dengan kedua tabgan yang bersembunyi di balik saku celananya.

Gue tersenyum kikuk lalu berdiri setelah memasukan seluruh barang-barang gue ke dalam tas. Sean berjalan di depan gue, Gimana gue bilang kedia ya?

"Sey" Panggil gue, Sean berhenti dan memutar sedikit tubuhnya ke belakang.

"Hm?" Dehemnya bertanya.

"Maaf sebelumnya tapi gue gak bisa belajar bela diri lagi, abang gue gak ngizinin. Kemarin dia marah banget pas tau gue belajar bela diri, maaf ya Sey" Gue berucap takut-takut, anjir dia ngamuk gak ya? Jangan-jangan gue bakal di gebukin terus di paksa ngikut dia? Atau di siksa karena nentang dia? Pret! Inikah akhir hidup gue-

"Oke" Eh? Gue menatap Sean tak percaya, oke? Dia gak marah? Ekspresi Sean tampak biasa aja, jadi dia gak marah? Gue tersenyum lega mendengarnya.

"Gakpapa? Lo gak marah? Yes! Thanks Sey!" Lega gue.

"Hm, lagian gue gak bisa maksa seorang pecundang buat jadi pahlawan karena itu mustahil" Senyum gue pudar perlahan.

"Apa maksud lo?"

"Sejak kemarin gue udah sadar kalo lo itu gak punya semangat tarung, tapi lo tetap ngelakuinnya karena gue. Dasar pecundang"

Gue terdiam, emang salah gue? Lagian teknik yang di ajarin Sean kemarin gak berarti, dia sendiri yang bilang kalo itu monoton. Karena itu gue rasa gak ada alasan buat ngelanjutinnya. Emang salah apa? Gue gak mau ngelakuin hal yang sia-sia. Gue gak mau gagal lagi.

"Kalo gitu ajarin gue teknik lain!"

"Gue bisa ajarin berbagai teknik ke lo, tapi kalo lo gak punya semangat tarung semuanya bakal sia-sia, ibaratnya ngisi air ke tong bocor gak akan penuh-penuh. Gitu juga lo, gak akan berkembang. Kuatnya seseorang bukan dari teknik tapi tekad, dan lo... Gak punya itu" Gue merasa tertohok akan ucapan Sean.

Gue gak begitu paham ama apa yang dia maksud dengan semangat tarung. Tapi entah kenapa saat Sean bilang gue gak punya semangat tarung rasanya gue gak terima.

"Kalo lo gak paham, singkatnya semangat tarung itu sama dengan tekad. Semakin besar tekad lo semakin kuat juga diri lo. Dan gue punya tekad karena itu gue kuat, sedangkan lo... " Sean menggantung ucapannya, jari telunjuknya terarah ke muka gue "... Lo gak punya tekad, yang lo punya cuma niat. Dan itu gak cukup buat lo kuat"

"Renungi Rakel sampe kapan lo mau jadi pecundang? Berhenti sembunyi di balik punggung kokoh abang lo, coba untuk jadi kokoh juga. Gak selamanya benteng yang di buat abang lo bakal ngelindungi lo, lo harus punya pegangan jikalau mereka berbalik nyerang lo. Dan pegangan itu bukan orang lain tapi diri lo sendiri. Renungi ucapan gue, kel..." Sean langsung melangkah pergi, setelah mengatakan nasihat panjang lebar ke gue.

Meninggalkan gue dalam keterdiaman.

***

Gue termenung sembari memakan es krim yang sempat gue beli tadi, sesekali gue mengayunkan ayunan yang sekarang gue duduki. Saat ini gue lagi berada di sebuah taman bermain dekat sekolah gue.

"Semangat tarung ya... " Gue bergumam sembari memandangi langit sore yang masih terlihat cerah. Jujur aja sekarang gue masih kepikiran omongan Sean tadi waktu di kelas.

"Hah... Udahlah buat apa gue pikirin. Lagian buat apa belajar bela diri? Abang gue juga gak ngebolehin gue belajar bela diri. Jadi yaudahlah, gue gak perlu belajar"

RELLAWAYWhere stories live. Discover now