Chapter 35

817 113 3
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

Sean dan Willyan kini berdiri di depan pintu rumah Rakel, ya setelah memberikan pelajaran pada tiga serangkai tadi keduanya langsung menuju ke rumah Rakel. Mereka tidak mungkin mengabaikan Rakel yang terlihat sangat kacau tadi.

Ceklek

Pintu terbuka menghadirkan sosok Rahel dengan kaos hijau dan celana hitam pendek selutut.

"Huh? Kalian? Kenapa ya?" Tanya Rahel agak keheranan.

"Kita mau ketemu Rakel" Jawab Sean dan saat itu raut wajah Rahel langsung berubah.

"Rakel? Bukannya dia sama kalian?"

Sean dan Lyan tersentak dan sontak menatap satu sama lain. Itu artinya Rakel tidak pulang, lalu di mana anak itu?

Lyan menggeleng pelan "Tadi Rakel memang sama kami, tapi dia tiba-tiba aja pergi. Jadi kami pikir dia udah pulang, makanya kami ke sini" Ucap Lyan menjawab pertanyaan Rahel.

Ekspresi Rahel berubah semakin tak enak. Rahel tidak marah, ia hanya khawatir. Rakel tak bersama Lyan maupun Sean, dan juga sekarang sudah malam hari, ia takut Rakel kenapa-kenapa. Adiknya itu jika di tinggal sendiri 1 jam saja mungkin ia akan kembali dalam keadaan babak belur atau lebih parahnya sekarat. Ah! Rahel harus cepat-cepat menemukannya.

Tanpa mengatakan apapun Rahel langsung masuk kerumahnya, mengambil jaket beserta kunci motornya lalu kembali keluar.

"Lyan ini tanggung jawab lo, lo tau apa yang harus lo lakuin" Desis Rahel saat melewati Lyan dengan lirikan sinisnya.

Mendengar ucapan Rahel, Lyan mengangguk singkat.

  

    Sedangkan di sebuah jalan sempit yang merupakan jeda antara satu bangunan dengan bangunan lainnya, terdapat seorang anak remaja yang duduk dengan menekuk lututnya di samping tong sampah dengan nafas terengah-engah.

Ia adalah Rakel yang sedang mencoba bersembunyi dari tiga serangkai yang ia pikir sedang mencarinya saat ini. Sedari mulai bersembunyi jantung Rakel tak berhentian berdetak sangat cepat, otaknya terus mengulang kejadian-kejadian di mana ia di siksa oleh tiga serangkai itu dan apa yang akan ia terima jika ia tertangkap nanti.

Wajah yang sebelumnya sudah pucat itu kini semakin pucat hingga terlihat seperti seorang mayat, keringat dingin pun terus keluar dari tubuh Rakel, menandakan anak itu benar-benar ketakutan.

Rakel benar-benar tidak bisa berpikir lagi, ia bahkan lupa bahwa ia memiliki rumah dan orang yang menunggunya saat ini. Rakel lupa bahwa ia memiliki orang-orang yang peduli padanya saat ini, Rakel benar-benar melupakan semua itu.

Mungkin saat ini Rakel berpikir bahwa ia adalah Rakel  sebelumnya yang hidup sebatang kara tanpa ada seorang pun di sisinya dan tempat berlindung. Bertemu Elang dan kawan-kawannya benar-benar membuat kewarasan Rakel hancur.

"Anu... Permisi" Rakel tersentak dari pikirannya dan langsung mendongak kala mendengar suara yang di tujukan kepadanya dan saat ia mendongak terlihat seorang pria yang membawa banyak plastik sampah di tangannya.

"M-maaf" Ujar Rakel dan bergeser memberikan tempat kepada pria itu, saat pria itu sibuk memasukan plastik sampah yang ia bawa tadi ke tong sampah itu Rakel sibuk memperhatikan sekitarnya. Sepertinya kewarasannya kembali saat pria ini menegurnya tadi, menyadari kondisinya Rakel mendengus pelan.

'Jadi gue kabur ya...' Batin Rakel menunduk lemas, ya Rakel tidak terlalu ingat tadi karena pikirannya benar-benar di ambil alih oleh rasa takutnya. Tapi setelah sadar seperti sekarang rasanya Rakel menyesal dan agak kelas dengan dirinya yang masih belum bisa mengatasi rasa takutnya.

RELLAWAYWhere stories live. Discover now