Chapter 84

913 132 53
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

'mati gue...'

Gue reflek menundukkan kepala gue. Shit! Jangan nunduk tolol! Gue kembali mengangkat kepala gue.

"a-ah! Tuan Aston!" Gue sontak berdiri dan tersenyum selebar yang gue bisa.

"Wah! Aku gak bisa percaya aku bener-bener liat seorang Aston Gabridipta!" Gue berlari ke depan Papa lalu berteriak penuh rasa antusias padahal aslinya gue tertekan banget anj.

Gue mendongakan kepala gue dengan senyum yang sangat lebar hingga mulut gue terbuka, ekspresi gue sekarang bener-bener kayak ekspresi orang yang lagi terpesona.

"Apa yang kau inginkan?" Tanyanya dingin.

Sialan, gak bisa apa lo nunjukin sedikit respon ama sikap gue sekarang?! Kaget kek apa kek gitu. Dater banget.

Tapi ya ini pertanyaan yang gue inginkan.

"Jadikan aku sebagai muridmu!" Gue mengepalkan tangan gue di depan tubuh gue menunjukkan seberapa semangatnya gue ketemu dia.

Tatapannya semakin mendingin membuat gue mulai berkeringat.

Apa gue salah ya? Apa cara begini gak ngaruh di dia? Apa gue bakal di usir? Ya di usir lebih baik dari pada gue harus mati.

"... Apa kau tau siapa aku?"

Gotcha! Ini pertanyaan yang gue tunggu-tunggu! Nah Rakel seperti yang lo siapkan, ayo jawab begitu!

"Tentu!!! Anda adalah Tuan Aston Gabridipta terhormat, seorang Dewa Perang, dan orang terkuat di Generasi Pertama!!!" Gue menjawab dengan penuh semangat dan penuh senyuman seolah gue bener-bener nge idola in dia. Diapasti tersanjungkan? Sedingin apapun orang kalo di puji pasti seneng.

Saat gue melirik Papa ekspresinya dingin doang.

Apa yang gue harapin? Papa beda ama gue yang lemah ama pujian, sialan...

"... Pergi"

Fucklah, Gue rasa dia gak suka ama pujian gue.

Tapi lo gak boleh mundur kel... Lo udah di sini lo harus di terima gimanapun caranya!

"Eh Kenapa?! Baru juga kenalan" Gue bertanya dengan nada gak terima karena dia ngusir gue.

"Apa harus ku perjelas?" Tatapan Papa semakin dingin ngebuat kulit gue rasanya membeku.

Gue mengepalkan tangan gue, jangan menyerah, tunjukin tekad lo Rakel. Gimana pun lo harus di terima!

"Anda harus menerimaku!"

Papa memiringkan kepalanya "Kenapa harus?"

Gue menelan ludah gue susah payah tatapan Papa sekarang bener-bener seolah ingin mengintimidasi gue.

"Aku.... Aku bisa meniru berbagai teknik! Bukankah sampai sekarang kemampuan itu belum di miliki siapapun di Era ini?! Aku bisa melakukannya!" Gue mencoba terus meyakinkan Papa, dan kayaknya berhasil gue melihat sedikit perubahan dari ekspresi Papa.

"Copy... " Ulang Papa "Apa kau pikir itu hebat? Kau tau kenapa tidak satupun yang memiliki kemampuan itu? Itu karena kemampuan meniru adalah kemampuan paling tidak berguna. Apa kau merasa bangga merebut teknik yang telah di latih oleh orang lain selama bertahun-tahun hanya dalam sekali lihat? Meniru adalah bakatku yang paling hina, jika aku bisa. Aku akan menghapuskan bakat itu dari diriku. Itu tidak berguna" lanjut Papa membuat senyum gue memudar.

Entah kenapa gue merasa tertampar, 'Apa kau merasa bangga merebut teknik yang telah di latih bertahun-tahun oleh orang lain hanya dengan sekali lihat?'

RELLAWAYWhere stories live. Discover now