Chapter 11

1K 111 19
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙


Mata Rahel bergerak kesana kemari mengikuti pergerakan Rakel yang sedari tadi bolak balik membereskan kekacauan yang ia perbuat, setelah kejadian tadi Rahel maupun Rakel tak ada yang membuka suara. Keduanya geming dalam pikiran masing-masing.

"Nih" Setelah bolak balik kesana kemari akhirnya Rakel mendekati Rahel dengan membawa kotak p3k.

Rahel menerimanya "Luka di muka lo itu karena dia?" Tanya Rahel tak di indahkan sang adik "Harusnya gue habisin tu orang tadi" Lanjut Rahel menggeram kesal, dan lagi-lagi Rakel diam tak menanggapi.

"Gue ke kamar, ngantuk" Ucap Rakel memilih untuk pergi dari sana dari pada membahas apa yang terjadi tadi. Namun Rahel tak ingin mengakhiri hal yang sudah terjadi begitu saja.

"Kenapa lo sujud tadi?" Pertanyaan Rahel membuat Rakel berhenti melangkah "sama gue aja lo gak pernah sujud, jadi kenapa lo sujud ke dia? Gue gak pernah ngajarin lo buat tunduk ke manusia sampah begitu, jadi kenapa lo sujud?" Tanya Rahel lagi tersirat kemarahan dan kekecewaan di suaranya.

Rahel diam tak langsung menjawab tangannya kembali terkepal "Karena... Gue lemah" Jawab Rakel dan langsung pergi menuju kamarnya meninggalkan Rahel yang membatu akan jawabannya, ia salah bertanya.

***

Jam 05.32 pagi gue udah siap dengan seragam sekolah gue, tas abu-abu, dan sepatu. Gue sengaja mau berangkat pagi banget karena gue gak mau ketemu Rahel. Waktu ngelewati ruang tv gue melihat Rahel yang masih tidur di sofa. Dia gak ke kamar ya? Gue mendekati Rahel, memandangi lama wajahnya yang babak belur.

Ni orang harusnya gak punya adek kayak gue, seandainya aja gue gak ada Rahel pasti udah mencapai semua keinginannya sekarang. Gue bener-bener beban buat ni orang. Hah... Gue berbalik dan lanjut melankah pergi buat kesekolah? Gak juga sih, niatnya gue mau bolos.

Dahi gue mengerut melihat sosok anak yang kayaknya seumuran gue berdiri di depan pagar. Apa musuh Rahel? Atau suruhan orang kemarin? Tapi kayaknya nggak, soalnya gayanya culun banget. Ah, udahlah abaiin aja.

  Gue membuka pagar dan menutupnya lagi setelah berada di luar lalu melangkah pergi begitu saja tanpa memperdulikan kehadiran bocah tadi yang masih berdiri di sana.

"Ra-rakel, bang Rahel datang tepat waktukan?" Gue spontan stop saat ia bersuara dan bertanya.

Gue menoleh "hah?"

"K-kemarin malem, gu-gue liat ada orang asing datang kerumah lo. Jadi gue buru-buru nelpon bang Rahel" Jelasnya, oh jadi ni bocah yang ngadu ke Rahel? Gue kira Rahel datang karena kebetulan ternyata emang ada yang ngehubunginya toh.

"Lo liat dari mana? " Tanya gue.

"Balkon kamar gue"

"Balkon kamar? Emang rumah lo di mana? " Tanya gue lagi, bocah tadi tampak terkejut sejenak lalu ekspresinya berubah sedih dengan senyum kecut.

"Tu rumah gue" Dia nunjuk rumah yang ada tepat di sebelah rumah gue, ouh jadi dia tetangga gue "j-jangan bilang lo juga gak tau nama gue" Ucapnya menggaruk-garuk pipinya dengan tawa hambar.

"Nama lo siapa?" Tanya gue dan tawanya hilang seketika, matanya yang di lapisi kacamata tampak berkaca-kaca, kayaknya dia sakit hati ama pertanyaan gue. Ya gimana gue emang gak tau dia siapa, walau agak keterlaluan sih karena posisinya dia tetangga gue tapi gue gak kenal ama dia.

"Sorry tapi gue bener-bener gak tau nama lo" Ucap gue lagi agak gak enakan.

"Gakpapa, padahal dulu kita akrab banget... Hiks" Gue tercengang waktu ngeliat air matanya turun begitupun ingusnya. Anjer, gitu aja nangis!

RELLAWAYWhere stories live. Discover now