Chapter 16

932 113 4
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙


Sekarang gue sama Sean lagi di warnet bang Tara untuk refreshing dan diskusi sih. Sembari main game Sean beberapa kalia ngelontarin pertanyaan ke gue.

"Ceritain ke gue yang terjadi waktu itu" Ujar Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer.

"Sama kayak gini sih, gue lagi main di warnet sama Jerry terus tiba-tiba mereka datang nyariin gue. Dan gue di seret ke TKP, di sana gue di pukulin gara-gara gak mau ngasih tau lo di mana. Padahal gue emang gak tau rumah lo di mana, lalu tiba-tiba Jerry muncul sambil ngaku-ngaku sebagai lo. Dan ya gitulah" Gue menceritakan secara garis besar ke Sean, tanpa memandangnya.

Sean terdiam saat karakter yang ia mainkan mati lalu menghela nafas "Lo tau mereka siapa?" Tanya Sean lagi.

Gue ngegeleng "Kagak, tapi kayaknya mereka ada hubungan sama Snackers. Soalnya waktu mereka pukulin gue mereka bawa-bawa Snackers"

"Hm, kalo gitu besok kita datangi si Snackers" Ajak Zayn yang gue angguki.

Setelahnya kami fokus bermain komputer sampai jam menunjukan pukul setengah 6 sore.

"See ya" Gue melambai ke Sean seusai kami bermain di warnet dan memutuskan untuk pulang.

"Hm, sekolah besok. Kita harus ngelabrak Snackers, dan juga cewek lo nyariin" Balas Sean melambai sembari melangkah pergi. Oh iya, Alya...

Lagi-lagi gue ngelupain dia, kayaknya gue emang harus sekolah besok. Kondisi gue juga udah membaik, lagi pula masih banyak yang harus gue lakuin. Guemenarik nafas dalam lalu melangkah hendak pergi, namun tak jadi saat seseorang mengagetkan gue.

"Suprise" Gue terlonjak kaget saat tiba-tiba terasa sesuatu menyentuh kepala gue, sontak gue berlari menjauh dan berbalik melihat siapa pelaku yang mengagetkan gue, takut-takut mereka adalah preman yang membunuh Jerry hari itu.

Saat gue berbalik gue menemukan sosok Dafa yang tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya.

"Si hentai ngapain lo di sini?!" Teriak gue antara kaget ama takut, soalnya Dafa itu lebih nyeremin dari pada preman-preman kemarin.

"Hm? Harusnya gue yang nanya ngapain lo di sini? Bukannya lo lagi isolasi mandiri?" Dafa balik bertanya sembari menurunkan lambaian tangannya.

Isolasi mandiri apaan? Emangnya gue terserang virus apa?!

"Bukan urusan lo!" Sarkas gue.

Dafa mengedikkan bahunya acuh tak acuh dan mendekati gue ngebuat gue otomatis mundur, melihat reaksi gue Dafa sempat kebingungan namun tak lama ia tersenyum jahil dan terus mendekati gue.

"Jangan deket deket, goblok!" Teriak gue kesal.

Dafa tertawa "Pffth, lo emang menarik banget ya. Suka gue" Ujarnya.

Ucapan Dafa membuat gue terdiam "Hah?! Gue masih normal!"

"Pffthhahahahaaha" Dafa tertawa kencang usai bentakan gue ngebuat kami menjadi perhatian banyak orang yang lalu lalang. "Hah... Ada-ada aja. Gue juga normal kali" Mendengar ucapan Dafa gue agak tenang sih, sukur deh kalo tu orang normal.

Gue mendengus "Lo ngapain di sini?" Ulang gue bertanya.

"Gue lagi nyari peralatan buat party" Jawab Dafa sembari bersedekap dada.

Peralatan buat party? Party dengan Hellura? Kalo gitu jangan bilang ada Rahel?! Mampus gue kalo ada Rahel.

"Pffth, tenang aja gue gak sama Rahel kok" Dafa bersuara seolah mengerti kepanikan gue.

RELLAWAYWhere stories live. Discover now