Chapter 21

891 119 15
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

Gue hendak keluar dari persembunyian gue kala melihat Alya di seret oleh bajingan itu ke motornya, namun tak jadi kala ucapan Sean tadi siang terlintas di kepala gue.

'Dalam pertarungan pastikan buat mendahului logika dari pada emosi'

Gue gak bisa keluar gitu aja, nanti apa yang akan terjadi pada Alya kalo gue tiba-tiba ikut campur? Dan juga gue gak tau cowok itu siapa. Gimana kalo dia kuat, jaketnya aja keliatannya bukan jaket biasa soalnya ada lambang yang gue rasa lambang sebuah gengster, gue gak bisa gegabah.

Gue harus gimana...

Oke tenang dulu Rakel... Untuk sekarang pastiin dulu Alya gak lepas dari pandangan lo. Gue melotot kala motor yang di naiki cowok itu dan Alya melaju kencang.

Anjing! Kalo gini ceritanya gimana gue ngikutinnya?!

Panik gue dan seolah keberuntungan berpihak pada gue, saat gue menoleh ke belakang terdapat sebuah sepeda.

Ah eumm....

"Maaf ya pinjem bentar sepedanya, gak maling kok" Izin gue entah sama siapa sembari mengambil sepeda itu, setelah menyeret sepeda itu ke jalanan gue langsung menaikinya dan melaju sekencang mungkin mengikuti motor bajingan tadi yang sudah jauh di depan sana.

Keringat udah mengucur deras membasahi seragam sekolah gue, rambut gue udah acak-acakan karena angin dan keringat. Sial! Sebenarnya Alya mau di bawa kemana?! Kaki gue rasanya mati rasa karena mencoba ngimbangin kecepatan motor.

"Kampret!" Umpat gue saat motor bajingan itu semakin ngebut, apa dia sadar gue ikutin?! Sial!

Gue semakin mempercepat laju sepeda gue, dan karena saking fokusnya mengejar Alya gua sampai gak merhatiin sekitar gue ngebuat gue gak sadar akan motor yang melaju dari arah kiri gue di sebuah pertigaan.

TIN! TIN!

Bunyi klakson motor itu menyadarkan gue, namun sayangnya gue gak sempat mengerem ataupun mengelak. Fuck! Mati gue! Gue tarik ucapan gue soal keberuntungan berpihak pada gue.

CKIIITTT!!

Suara ban motor yang bergesekan dengan aspal terdengar kuat, gue sudah menutup mata gue mencoba untuk menerima rasa sakit yang akan datang.

Brakh!

Tubuh gue jatuh ke tanah bersama sepeda yang gue naiki, saat ban motor itu menabrak sepeda gue.

"Akh!" Gue meringis kesakitan.

"Dasar gila" Maki sang pengendara motor yang ternyata ikut terjatuh.

Gue... Selamat...

"Untung gue ngerem" Lanjutnya lagi dengan nada dingin namun tersirat kekesalan.

Gue menoleh dan saat itulah kami berdua sama-sama terkejut.

"Bastian?!"

"Rakel?!"

Secara serempak kami menyerukan nama satu sama lain, Bastian langsung berdiri mengangkat motornya lalu menghampiri gue.

"Lo gakpapa?" Tanyanya mengulurkan tangan membantu gue untuk berdiri.

Gue menyingkirkan sepeda yang menindih tubuh gue lalu menerima uluran tangan Bastian.

"G-gakpapa, cuma lecet doang"

"Lo ngapain ngebut-ngebutan naik sepeda? Bahaya, untung gue tadi bisa ngerem. Kalo gak mungkin lo bisa kritis lagi" Marah Bastian ngebuat gue terkejut. Ya soalnya Bastian ini setau gue orang yang paling diam di Hellura, gak nyangka gue dia bisa marah juga.

RELLAWAYWhere stories live. Discover now