Chapter 12

981 122 10
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

"Lo mau ganti meja belajarnya yang rusak itu?" Tanya Dafa memperhatikan Rahel yang sibuk berkutat dengan kayu, palu, paku, serta gergaji di sekitarnya.

"Hm" Rahel hanya berdehem sebagai jawaban.

"Dia gak butuh lagi kali, udah gede begitu" Ucap Dafa bersender di daun pintu dengan tangan tersilang di depan dada, sekarang mereka lagi di bagasi rumah Rahel.

Rahel tak memperdulikan ucapan Dafa, dan terus fokus membuat meja lipat untuk Rakel.

Dafa berdecak seolah kagum "Ck, bucin bucin. Btw, tu anak kemana?" Tanya Dafa sekaligus meledek tapi Rahel tak tersinggung, emang kenyataannya begitu.

"Sekolah" Jawab Rahel singkat.

Satu alis Dafa terangkat "Sekolah? Emang dia gakpapa?" Melihat keadaan Rahel yang bisa di katakan tidak baik, Dafa pikir keadaan Rakel akan 100 kali lipat lebih buruk tapi sepertinya nggak.

"Gakpapa, cuma lebam sama luka goresan doang" Dafa mangut-mangut paham, sedangkan Rahel sempat termenung memikirkan kejadian di mana Rakel sujud. Walau tidak terlihat tapi Rahel dapat merasakan amarah Rakel kala itu.

"Adek lo itu aneh ya" Ujar Dafa membuat Rahel langsung menoleh cepat ke arahnya.

"Maksud lo?"

"Tatapannya, lo sendiri juga sadarkan? Tatapannya itu kayak menyimpan seluruh rahasia dunia. Seolah dia tau semua yang akan terjadi, tatapannya lebih luas dari pada orang pada umumnya, iya gak? " Dafa menaik turunkan alisnya, membuat Rahel mendengus.

"Ngaco" Namun walau begitu, sejujurnya Rahel menyetujui pendapat Dafa. Adiknya memang sedikit aneh.

"Pffth, tapi gue serius. Adek lo tuh berubah banget kayak bukan dia"

Rahel diam tak menanggapi namun pikirannya setuju dengan Dafa, memang iya Rakel berubah. Rahel seolah melihat sosok lain di diri Rakel, sejak kapan ya? Hah... Entahlah Rahel tidak tau, yang pasti ia tidak menyukai perubahan Rakel ini. Karena menurut Rahel perubahan Rakel ini akan semakin sering membawa bocah itu ke dalam bahaya, ia tak mau hal itu terjadi.

"Apa gue cari bodyguard aja buat dia?" Gumam Rahel tanpa sadar yang masih dapat di dengar Dafa.

"Dari pada cariin dia bodyguard bukannya lebih baik lo ajarin dia bela diri?" Usul Dafa mendapati gelengan tegas dari Rahel.

"Gak bisa, ngajarin Rakel bela diri sama aja dengan mempersiapkan dia terjun ke medan perang. Gue gak mau, gue takut dia mati nantinya, lagian gue mau jauhin dia dari bahaya ngajarin dia bela diri sama aja nyuruh dia ngehadapin bahaya dan juga... Gue gak mau papa ngalihin perhatiannya ke Rakel" Tolak Rakel, dan ya Dafa tau soal keluarga Rahel, hanya Dafa.

Dafa mengernyit "Aneh lo, biarpun lo ajarin dia bela diri, dia gak akan sebanding ama lo. Bapak lo juga gak akan tertarik" Dengus Dafa "Dan juga kalo lo begini, lo sama aja ngajarin Rakel buat jadi pengecut"

Rahel diam cukup lama "Gue gak masalah dia jadi pengecut selama itu ngejauhinnya dari bahaya. Gue gak masalah" Lirih Rahel dengan tatapan yang sulit di artikan ia seolah mengingat sesuatu yang tak ingin ia ingat.

Dafa menghela nafas tak percaya, bisa-bisanya ia berteman dengan manusia gila seperti Rahel.

***

Sudah dua jam gue berdiri di depan ruang bimbingan konseling menunggu Alya yang lagi di proses di dalam sana dan sejak tadi gak ada Tanda-tanda Alya akan keluar.

"Ck, masalahnya apa sih, lama bener" Dengus gue.

"Masih belom keluar juga?" Tanya Jerry dari sebrang sana, ya saat ini untuk menghilangkan kebosanan gue lagi telponan ama Jerry dengan airpods di telinga gue.

RELLAWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang