Chapter 79

921 136 63
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

Langkah kaki yang terseok-seok berjalan menelusuri sebuah pemakaman yang sangat luas, ia berhenti di salah satu gundukan tanah dan berjongkok di sampingnya, sembari memeluk tas ranselnya yang terlihat lusuh.

Tubuhnya di penuhi darah, bahkan baju putihnya sudah berubah menjadi merah dan bau anyir menyengat keluar dari tubuhnya.

Ia terdiam memandangi gundukan tanah itu, tak ada tanda-tanda ingin bicara.

Dan sekitar dua jam-an ia duduk di sana, ia berdiri sembari mengeluarkan bunga yang telah layu dan agak hancur dari dalam tasnya dan meletakannya di atas gundukan tanah itu.

"Gue pulang yah, Hel..."

Deg!

Mata Rahel terbuka lebar seketika, ia langsung terduduk dengan nafas terengah-engah.

'lagi-lagi mimpi begitu'– batin Rahel mengusap wajahnya yang berkeringat dengan kasar.

Yah memang entah sejak lama Rahel selalu mengalami mimpi yang aneh, awalnya hanya sesekali saja tapi belakangan ini hampir setiap hari ia memimpikan... Rakel yang telah dewasa.

Ini mustahil, Rahel tidak mengerti apa maksud mimpi itu? Apa hanya bunga tidur? Tapi kenapa semuanya seolah berkaitan? Kemarin malam Rahel memimpikan Rakel yang di bully oleh tiga bocah yang telah di kalahkan adiknya dulu, sekarang ia memimpikan Rakel yang datang ke pemakamannya.

Sebenarnya apa maksud semua mimpi ini? Tidak masuk akal!

"Argh..." Rahel meringis memijit kepalanya yang terasa sangat sakit, Ya.... Sejak ia mulai memimpikan hal itu, sejak saat itulah kepala Rahel mulai sakit-sakitan.

Rasanya seperti ada sesuatu yang besar yang menekan kepalanya.

"Akh..." Rahel meringis lagi saat tangan kanannya menyenggol lemari kecil di samping kasurnya. Tangannya yang berbalut perban putih terlihat memerah menandakan lukanya kembali mengeluarkan darah.

Rahel mendengus lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dan mengganti perban tangannya itu.

Rahel menghidupkan keran wastafel lalu terdiam kala menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi itu.

Lingkaran hitam di bawah matanya semakin jelas, binar matanya sudah hilang entah sejak kapan. Wajahnya bersih hanya saja terlihat lebih pucat, satu-satunya luka di diri Rahel saat ini hanya tangan kanannya lah, dan luka di tangan kanannya itu terlihat lebih buruk dari pada seluruh tubuh yang babak belur.

Rahel menatap dirinya sendiri dan ia kembali teringat pada mimpi-mimpinya selama ini.

Semuanya terasa tersusun dengan rapi dan saling berkelanjutan, seolah itu sebuah kehidupan yang di jalani Rakel tapi mimpi itu sangat tidak masuk akal.

Di mimpinya Rakel telah dewasa sedangkan pada kenyataannya saat ini Rakel masih 14 tahun.

"Sebenarnya gue kenapa?" Gumam Rahel mengusap wajahnya dengan air lalu ia memilih mengabaikan mimpi itu, Rahel lalu menduduki dirinya di atas kloset dan mulai membuka perban di tangannya untuk di obati dan di ganti perbannya.

Usai melakukan itu, Rahel keluar.

"Hey~" langkah Rahel terhenti dan matanya langsung tertuju pada sosok perempuan berambut putih yang kini duduk di atas kasurnya.

"Kenapa lo di sini?" Tanya Rahel dengan sangat dingin.

"Why can't I come here?" Balas sosok itu tersenyum miring dan itu membuat Rahel mendengus.

RELLAWAYWhere stories live. Discover now