Chapter 4

1.4K 161 11
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

  Gue mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan pandangan gue dengan cahaya yang ada. Hm? Gue di mana? Kepala gue yang tadi terbaring di atas meja gue angkat, gue menoleh memandangi kaca besar yang menunjukan kegiatan di luar ruangan ini, kayaknya gue ada di lantai atas mungkin lantai tiga atau dua, gue melihat ke bawah di mana terlihat sekumpulan pria yang asik bermain sepak bola di lapangan gue lalu menoleh ke arah lain dan menemukan puluhan rak buku yang tersusun rapi. Suasana ini gue tau banget.

"Ini... Lyanharth?" Gumam gue menyadari tempat gue berada, gue termenung. Jadi mimpi yah? Padahal beberapa waktu lalu gue kira gue balik ke masa lalu ternyata gue cuma mimpi, pfth lucu banget. Bener juga ya mana ada orang yang bisa balik ke masa lalu, aneh banget mimpi gue.

  Tapi kenapa dada gue sesak? Apa karena gue gak terima kalau itu cuma mimpi? Ya, jelas gue gak terima padahal gue pikir itu kesempatan gue buat hidup lebih baik lagi tapi ternyata itu cuma... Mimpi? Sial!

"Rakel!" Gue menoleh ke belakang kala nama gue di serukan dengan begitu lantang.

Prang!

Mata gue langsung terpejam erat dengan telinga yang berdengung kuat saat sebuah vas bunga menghantam kepala gue dengan sengaja dan pecah seketika.

"Pffthahahaaha, kerekam gak ekspresinya tadi?! " Gelak tawa terdengar menggelegar, gue perlahan membuka mata gue, gue lihat tiga orang pria yang terfokus pada sebuah hp  yang di genggam salah satu dari mereka lalu tertawa lepas, ah iya inilah kenyataannya.

Mereka adalah Rangga, Elang, dan Erpan tiga orang yang menjadi penyebab kematian gue. Mereka adalah orang yang membunuh gue, atau bisa di bilang majikan gue karena posisi gue di sini sebagai budak mereka.

"Sshh... " Gue meringis merasakan perih di dahi gue, tangan gue bergerak menyentuh dahi gue yang terasa berdenyut dan saat tangan gue terpampang di depan wajah gue dapat gue lihat cairan kentang bewarna merah yang meliputi jemari gue. Berdarah, pantes sakit.

"Eh? HAHAHAHAHA, Lang, Ngga! Lihat tuh darahnya banyak banget!" Gelak Erpan menunjuk-nunjuk gue.

Elang dan Rangga langsung mengalihkan perhatian mereka dari hp ke gue lalu mereka tertawa bersama seolah darah yang sudah menutupi separuh wajah gue adalah hal yang lucu.

"Gila! Keren banget anjir kayak di film film!" Teriak Rangga kesenangan.

"Eh bakalan lebih keren kalau seluruh badannya di lumuri darah, iya gak?!" Usul Elang, gue melotot tak terima sedangkan mereka bertiga saling melempar senyum.

"Bagus tuh ide lo" Setuju Erpan, mereka lalu memandang gue dengan senyum miring ngebuat gue waswas.

"L-lo mau apa?"

"Ngeciptain mahakarya terbaik" Ujar Rangga tersenyum miring, ia mendekat sembari mengucapkan kalimat "Jangan mati yah Kel..."

PRANG!

  Suara pecahan kaca terdengar nyaring saat tubuh gue menghantam kaca yang berada di sebelah gue dengan kuat, perpustakaan berada di lantai tiga dan sekarang gue jatuh daru sana setelah di terjang oleh Rangga. Jangan mati apanya? Mustahil gue gak mati.

  Gue memejamkan mata gue kuat-kuat mempersiapkan diri akan rasa saking yang gue terima nanti saat menghantam tanah. Seandainya gue mati gue harap mimpi gue tadi jadi kenyataan...

"Rakel... "

"Kel, gue mohon bangun... "

Suara siapa? Gue perlahan membuka mata gue dan terpampanglah langit sore yang terlihat indah. Dulu waktu mau mati gue ngeliat kegelapan, apa itu mimpi juga?

RELLAWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang