Chapter 85

763 127 35
                                    


‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

Setelah kepergian Rakel, Sean berjalan sendirian. Ia sudah menyuruh Ed untuk tidak menjemputnya karena ia ingin menjenguk Bastian, namun tidak jadi karena kedatangan abang? Sepupu? Ya mungkin sepupu Rakel.

Jadilah Sean berjalan sendirian menyusuri kota.

Sean berjalan dengan pikiran yang melayang-layang. Rakel kini telah bertemu dengan ayahnya dan bahkan ayahnya ingin mengajarkannya, saat ini saja Rakel sudah cukup kuat jika ia berhasil mengendalikan kekuatannya seberapa jauh Rakel akan melangkah?

Zayan juga semakin kuat setelah di ajari teknik spesial dari Mark. Belum sempurna saja ia sudah sekuat itu apa lagi jika ia berhasil menyempurnakan tekniknya itu?

Dan Lyan... Tanpa perlu di jelaskan, Lyan pasti telah berkembang pesat.

Jadi apa hanya dirinya saja yang masih stuck di tempat? Walau Sean merasa ia sudah berkembang tapi... Di bandingkan dengan yang lain perkembangannya bukan apa-apa.

Sean berhenti melangkah.

'di tingkat ini... Gue gak akan bisa mengejar Haru'–Batin Sean.

Jika di bandingkan yang lain, Sean berlatih lebih giat. Bahkan Ayahnya sampai membawa atlet-atlet terbaik untuk mengajarinya tapi... Ia tetap tidak bisa berkembang pesat seperti teman-temannya yang lain, kenapa?

Rakel, anak itu hanya perlu di berikan sedikit dorongan maka ia bisa maju dengan sangat cepat.

Jika Zayan, ya ia hampir sama dengan Sean hanya saja latihannya jelas dan ia punya tujuan untuk di capainya. Sean hanya berlatih untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuhnya, Sean tidak benar-benar tau teknik seperti apa yang dapat menjadi teknik mematikannya.

Dan Lyan... Jangan di tanyakan, anak itu sangat berbakat ia menyadari bakatnya dan ia bisa berkembang sejauh manapun yang ia mau.

"Apa hanya gue yang tertinggal di sini?" Gumam Sean lalu mendengus, Sean kembali melangkah namun tak sampai empat langkah ia berhenti kala melewati sebuah salon.

"Dahulu Ayah Tuan di juluki sebagai The Golden Of First Era, karena rambut pirang dan mata emasnya. Saya harap Tuan Muda juga dapat seperti itu"

Seuntai kalimat yang pernah di ucapkan Ed, terlintas di kepala Sean. Sean menatap salon itu lama lalu ia berbelok memasuki salon itu.

"Selamat datang, ada yang bisa kami bantu?" Salah seorang wanita di toko itu bertanya.

Sean menatapnya dan mengangguk "Gue mau warnai rambut"

"Ah... Apa anda yakin?"

"Apa muka gue keliatan bercanda?" Balas Sean membuat wanita itu tersenyum canggung.

"B-baiklah, silahkan ikuti saya. Warna apa yang anda inginkan?" Tanya wanita itu lagi.

"Pirang" jawab Sean singkat dengan ekspresi datarnya.

"Eum, anda serius? Sepertinya anda masih sekolah, apa anda serius ingin mewarnai rambut anda dengan warna pirang?" Tanya Wanita itu lagi membuat Sean berdecak.

"Yakinlah, sekolah-sekolah bapak gue. Suka-suka gue" Sarkas Sean yang akhirnya membungkam wanita itu.

Wanita itu hanya tersenyum namun terlihat jelas ia kesal.

"Baiklah kalau begitu silahkan duduk" ucap wanita itu dan tanpa meresponnya Sean langsung duduk.

Sean tidak tau kenapa ia melakukan ini, ia hanya... Ingin terlihat seperti ayahnya.

RELLAWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang