80. Abram POV

84 4 0
                                    

Tuhan...

Kenapa dengan tubuhku?

Aku masih ingin hidup, kumohon berikan aku kesempatan.

Disini gelap sekali...

Aku seperti mendengar suara tangisan orangtuaku yang memanggil namaku.

Kenapa mereka menangis? Apa yang sebenarnya terjadi?

Oh iya, Keira..

Wajahnya, senyum dan tawanya, tapi tidak dengan teriaknya yang membuat telingaku pengang.

Aku kangen Keira! Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?

Bukankah malam kemarin Keira menerima ungkapan cintaku? Bukankah baru saja aku merasakan cintaku terbalas?

Secepat inikah Kau memisahkan kami?

Aku ingin kembali bersama Keira. Aku ingin menjaganya, aku sangat mencintainya Tuhan. Tolong pertemukan kami kembali

Ah! Sakit.

----||----

"Keadaannya sudah mulai membaik. Semoga saja ia bisa segera sadar" ucap seseorang

Sadar??

Sudah membaik???

Aku ingin membuka mataku, tapi tak bisa. Kugerakkan tanganku pelan namun susah sekali. Tapi syukurlah aku bisa mendengar ucapan seseorang tadi.

"Puji Tuhan. Terimakasih dok"

Hei aku mengenali suara itu. Itu suara mama!

"Permisi. Maaf terlambat. Bagaimana kondisi Abram?"

"Puji Tuhan, kata dokter sudah mulai membaik"

"Syukurlah kalau begitu. Aku turut senang mendengarnya. Maafkan aku, ini semua salahku"

Bukankah itu suara mamanya Keira?

Ah ya aku ingat! Malam itu aku mengalami kejadian sengit dengan orang yang ingin mencelakai mamanya Keira!

"Tak apa. Tuhan sudah memiliki rencana. Kita doakan yang terbaik untuk kesembuhan Abram"

Suara Papa terdengar bijak sekali. Terimakasih Tuhan sudah menyelamatkanku!

Namun seperti ada yang kurang...

Keira..

Apa dia tahu kondisiku seperti ini?

Akankah Keira terkejut bila melihatku?

Aku mencoba menggerakkan jariku dan berhasil

"Papa!!! Lihat jari Abram bergerak!"

Aku mencoba membuka perlahan mataku. Aku melihat mama dan papa, kemudian aku mencoba membuka suara,

"Ma..."

"Abram, nak kamu sudah sadar?"

"Panggilkan dokter!" Seru Papa

---||----

"Syukurlah kamu sadar nak" kata Mama

Aku bisa melihat siapa saja yang mengunjungiku. Ada papa, mama, mama Keira serta om dan tanteku yang baru datang sore ini

"Ma, kapan aku bisa pulang?"

"Besok ya nak" jawab Mama

"Abram. Maafkan tante. Ini semua salah tante, tante benar - benar berterimakasih karna kamu sudah menyelamatkan tante" kata mama Keira

"Iya tante. Saya ikhlas menolong tante"

"Permisi. Maaf bu, pak, jam besuk sudah habis"

"Baik sus"

"Papa dan mama pulang saja, istirahat dirumah. Abram baik baik saja disini"

Saat aku meyakinkan orangtuaku bahwa aku baik - baik saja. Mereka pun pulang ke rumah.

Aku mengambil handphoneku dan menelfon Steve

"Malam Steve"

"ABRAM LO DARIMANA AJA?"

"Aku benar - benar minta maaf. Akan kujelaskan semuanya, aku dirumah sakit hari ini dan kemungkinan besok diperbolehkan pulang"

"Keira udah tau soal ini?" Tanya Steve

"Aku belum memberitahunya"

"Lo kabarin aja malam ini juga. Besok kalau sempat gue ke RS"

"Baiklah. Terimakasih. Sekali lagi mohon maaf"

"Urwell"

Apa aku harus memberitahu Keira?

Aku bimbang

Tapi rasa rinduku lebih kuat...

Aku mencoba memanggilnya

Tersambung!

"Keira"

"..."

"Keira, kenapa kamu tak menjawab?"

God's First [COMPLETED]Where stories live. Discover now