49. Keira POV

111 7 1
                                    

"Kamu sendiri ke sini?" Tanya Rena

"Ngga, aku sama Abram tapi dia lagi ke toilet. Tuh dia orangnya"

Mataku pun tertuju pada kedatangan Abram

Kenapa harus ada dia lagi?

-------

Aku melihatnya dengan sinis, sebagai bentuk ketidaksukaanku akan kehadirannya.

"Selamat siang, boleh gabung?" Tanyanya

"Boleh" ujar Rena

"Gak" jawabku cepat

"Udah bram, lo duduk aja" kata Steve

Ia pun duduk  didepanku.

Huft jadi hadap - hadapan gini!

"Honey, kamu mau pesan apa?" Tanya Rena

"Hm, samain aja sama kamu. Kayanya soto mienya enak"

"Ehm, biar aku aja yang mesan" sahut Abram

"Oke" kata Rena

Abram pun pergi untuk memesan makanan

"Gue makan duluan ya. Laper"

"Silahkan" kata Steve

"Ihhh sambelnya abis. Kesel. Gue mau ngambil dulu deh" kataku sambil berlalu pergi

Aku melihat Abram yang sedang menunggu pesanannya selesai.

"Mang, bagi sambel dong. Di meja habis" teriakku sengaja didekat Abram

Tampak ia dengan segera menutup kupingnya.

"Oh itu neng, ambil aja"

Aku mengambil sambal yang berada didekat Abram, tiba - tiba aku merasa kakiku seperti diselengkat sehingga membuatku oleng dan menumpahkan sambal ke baju Abram.

Tapi tak kusangka, sepertinya percikan sambal itu mengenai area wajahnya juga.

"Aduh periiiihhh" teriak Abram

"Ya ampun sori - sori, gak sengaja, aduh gimana nih" kataku panik

Aku melihat botol air, dan dengan segera aku menumpahkan air itu ke mukanya.

Byuuur!

"Aduh kenapa aku jadi disiram air" katanya lagi

"Tadi kata lo perih, yaudah gua siram aja supaya gak perih" tegasku

"Ya gak gitu caranya"

"Yaudah ayo cuci muka dulu"

Aku menuntun Abram untuk pergi ke toilet. Abram berjalan sambil menutup mata pun pasrah mengikutiku.

Aku membawa Abram ke toilet cewek. Untungnya sepi. Aku segera membasuh wajahnya sambil memohon maaf,

"Gue minta maaf ya, gue gak sengaja"

Kulihat seperti air matanya keluar,

"Ihhh lo nangis? Lebay banget sih kan gue bilang gue gak sengaja!"

"Ngga, ini perih, jadi air mataku keluar"

"Masih perih gak?"

"Masih"

"Aduh gue merasa bersalah banget nih. Please maafin gue, gue harus ngapain buat nebus kesalahan gue"

"Jangan ke bar"

"Apa???"

"Jangan ke bar. Aku gak suka" ulangnya sekali lagi

"Apaansi lo jadi larang - larang gue gini"

"Tadi kan kamu bilang 'gue harus ngapain buat nebus kesalahan gue', ya salah satunya kamu harus nurutin permintaan aku" katanya sambil meniru logatku

"Ihhh tapi gue suntuk dan gue butuh hiburan"

"Yaudah aku ikut"

"Ngapain lo?"

"Pergi sama kamu. Aku gak mau kamu kenapa kenapa disana"

"Gue bisa jaga diri"

"Gak mau. Aku ikut. Titik"

"Dasar kepala batu" umpatku

"Hey, aku dengar loh"

"Yaudah kamu boleh ikut, asal ada syaratnya!"

"Loh kok jadi segala ada syarat?"

"Mau ikut atau ngga?!"

"Iya iya. Apa syaratnya?"

"Nanti lo jangan ribet, jangan bawel dan jangan banyak ngatur. Ngerti?"

"Iya tuan puteri"

Kemudian aku menatap wajahnya lama. Perlahan, ku dekatkan wajahku kepadanya. Dekat, semakin dekat, hingga jarak yang tersisa hanya sedikit saja.

"Kkk..kamu mau ngapain?"

Aku tak menjawab pertanyaannya dan masih terus menatapnya

"Keira"

"Yes Abram"

"Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Ku hanya memastikan apakah matamu masih perih atau tidak. Sini aku tiup matamu"

Ku meniup matanya supaya perihnya berkurang.

"Gimana? Apa sudah lebih baik?"

"Sudah. Terimakasih Keira"

"Yasudah. Yuk balik lagi ke kantin"

Kenapa jantungku jadi berdebar saat menatapnya?




God's First [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang