92. Abram POV

44 3 0
                                    

Apapun yang terjadi di depan, kita hadapi sama - sama ya" kataku

Keira mengangguk setuju dan memelukku kembali

Ah! Pelukan yang hangat dan penuh kasih..

Bagaimana kalau Keira kuajak kerumah? Semoga dia bersedia.

"Keira, aku ingin mengajakmu untuk merayakan natal bersama keluargaku" ajakku

"Oh boleh" balasnya sambil mengangguk

Sesampainya di rumah, Keira disambut baik oleh mama

"Selamat natal Keira"

"Selamat natal juga tante"

"Yuk masuk, tante masak banyak makanan, ada kue kue juga. Silahkan dinikmati ya"

"Iya tante terimakasih banyak ya"

Senangnya bisa melihat mama dan Keira akrab seperti itu..

Sepertinya aku harus meninggalkan mereka sebentar, supaya mereka lebih dekat lagi..

"Ma, aku ganti baju sebentar ya"

Aku melihat ekspresi Keira yang langsung berubah,

Apa dia gugup karna hanya berduaan dengan mama? Hmm.. semoga baik - baik saja

Aku memasuki kamarku dan mataku tertuju kepada sebuah amplop yang berisi surat.

"Aku ingin sekali mengambil beasiswa ini. Tapi, bagaimana dengan Keira? Apa dia bersedia menjalin hubungan jarak jauh denganku?"

Aku kembali menuju ruang tamu

"Papa habis darimana?" Tanyaku

"Biasa.. papamu itu suka beli jajanan snack lagi, padahal disini sudah banyak makanan" omel Mama

"Kan biar lengkap ma hehe" jawab Papa

"Oalah yasudah kalau begitu. Keira sudah coba kue bikinan mama? Gimana rasanya?" Tanyaku

"Enak kok. Cuman terlalu manis menurutku. Selebihnya oke" jawab Keira

"Oh yasudah tak apa. Terimakasih koreksinya Keira. Mama memang suka makanan yang manis" balasku

"Iya sama sama"

"Jadi, bagaimana kamu dengan Abram? Apa Abram sudah menjadi pasangan yang baik?" Tanya mama

Lho kenapa mama berkata seperti itu?

"Puji Tuhan tante, Abram memperlakukan saya dengan sangat baik. Abram juga merupakan pria yang bertanggungjawab kepada saya" jawab Keira

"Apa ada perilaku Abram yang menyebalkan?" Tanya Papa

"Mungkin... posesif yang berlebihan" kata Keira pelan - pelan

"Keira, kalau aku posesif tandanya aku sayang sama kamu" balasku

"Berarti Abram mirip papanya ya haha." Kata Mama

"Like father like son. Saya selalu mengajarkan Abram untuk tidak menyakiti wanita." Kata Papa

"Iya om tante. Saya bersyukur Abram mengasihi saya bahkan dalam keadaan saya down, dia selalu ada untuk saya" seruku

Perkataan Keira membuatku semakin tidak tega ingin mengatakan hal yang ingin kukatakan...

"Yasudah kalau begitu kami tinggal dulu ya. Kami mau telfon saudara dulu. Kalian ngobrol saja disini" kata Mama Abram

"Oke ma"

Seperginya papa dan mama Keira, Keira dan aku dalam keadaan canggung...

Aku mencoba membuka pembicaraan

"Abram..."

"Keira..."

Loh kenapa jadi barengan seperti ini?

"Kamu dulu.." ujar Keira

"Keira, terimakasih karena kamu sudah jujur depan papa mama"

"Iya Abram sama sama"

"Aku sangat mengasihimu Keira"

"Aku juga" balas Keira

Tuhan, semoga Keira kuat menerima kenyataan ini...









God's First [COMPLETED]Where stories live. Discover now