57. Keira POV

105 3 0
                                    

"Oh ya Abram, gue cuman mau bilang, lo jangan pernah berharap sama gue ya. Karna gue belum tentu baik buat lo. Lo inget itu!" tegasku

"Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanyanya heran

"Ya perasaan gue aja" jawabku

Kemudian kami terdiam sesaat.

"Yaudah bram, gue mau pulang, anterin gue"

"Kamu gak makan malam dulu?"

"Gausah, kelamaan nanti gue jadinya"

"Hmm begitu. Yaudah kalo itu mau kamu"

"Mana mama lo? Gue mau minta izin pamit pulang"

"Di dapur"

"Oke"

Aku menghampiri mamanya Abram di dapur untuk pamit,

"Tante..."

"Keira, ada apa nak?"

"Aku pamit pulang ya tante. Udah sore"

"Loh gak makan dulu? Perut kamu udah sembuh nak? Makan dulu ya nak"

"Lain waktu saja tante, Keira kasian sama ayah yang nungguin Keira dirumah"

"Oh begitu, baiklah. Kamu diantar Abram kan nak?"

"Iya tante"

"Abram, antar Keira hati hati ya sayang. Jangan ngebut" perintah mamanya Abram

"Iya ma" sahut Abram

-----

Di mobil, seperti biasa hening yang tercipta diantara kami berdua. Aku tak tau harus mengobrol apa, lantas aku diam saja

"Keira"

"Hm?"

"Aku mohon sama kamu, jangan pergi ke bar itu"

"Kenapa sih lo jadi urusin gue, kan gue udah bilang, ini hidup gue, lo gausah ikut cam-"

"Aku sayang kamu Keira, aku peduli sama kamu, aku gamau kamu kenapa2"

"Sayang apa? Ini mengekang namanya, bukan sayang!"

"Maaf... tapi hanya itu caraku untuk menunjukkan rasa sayang aku ke kamu, aku pengen kamu hidup di jalan yang benar Keira"

"Yaudah cari aja cewe lain, kenapa harus gue sih, ribet hidup lo"

"Aku maunya kamu" katanya mantap

"Serah lo deh"

"Maaf Keira"

Aku tak menjawab, dan suasana menjadi hening kembali. Jalanan yang macet karena lampu merah membuatku bosan, aku melihat ke kaca jendela, dan aku terkejut melihat pemandangan yang tak pernah kuduga,

"Ibu..."

Itu ibu dengan lelaki lain, berdua naik motor dengan tangan ibu yang bergelayut manja dengan lelaki yang tak pernah kukenal sebelumnya,

"Keira, kamu kenapa?" tanya Abram heran

Lampu jalan pun berubah menjadi hijau, dan motor lelaki itu melaju meninggalkan kami,

"Abram, please ikutin motor itu. Cepetan!" pintaku

"I...iya"

Aku tak boleh kehilangan jejak ibu! Ia sudah meninggalkan kami seenaknya dan tak memberi kami kabar, bahkan Mira adikku, aku sudah tidak tau keberadaannya dimana!

"Ayo dong Abram, lebih ngebut lagi, cowo bukan sih lo?" geramku

"Sabar Keira! Kita harus hati - hati dalam berkendara"

"Persetan dengan nyawa! Gue gak mau kehilangan jejak ibu gue! Please lebih cepat!"

Abram menambah kecepatan mobilnya, dan akhirnya motor lelaki itu terkejar juga,

"Mereka mau kemana?" tanyaku heran

"Itu..ibu kamu?" tanya Abram hati hati

"Iya" jawabku pasrah

"Ibu kamu jalan dengan lelaki lain?"

"Iya"

"Maaf, ibu kamu...selingkuh?"

"Abram bisa gak sih lo gausah banyak nanya! Mending ikutin aja mereka!" Protesku

"Mm..maaf"

Kemudian motor itu berhenti disebuah restoran mewah, sepertinya mereka ingin makan malam,

"Abram, lo ada duit gak?"

"Aa..ada"

"Lo kenapa jadi gugup gitu deh?"

"Ga..gapapa. Kenapa emangnya?"

"Kita harus makan di restoran itu juga! Gue masih mau ikutin ibu gue dengan lelaki itu"

"Baiklah"

Ibu dan lelaki itu sudah duluan masuk ke dalam restoran tersebut. Kami pun mengikutinya,

"Bram, duduk di deket situ aja ya, biar gue bisa awasin lebih deket juga"

"Iya"

Kemudian waitress menghampiri kami,

"Selamat malam. Mau pesan apa?"

"Keira kamu mau makan apa?"

"Serah lo deh" kataku sambil tetap mengawasi ibuku

"Yaudah mba, menu terbaik di restoran ini saja ya"

"Baik, ada tambahan?"

"Itu saja mba, sudah cukup"

"Baik. Mohon ditunggu"

"Keira!" Panggil Abram

"Hm"

"Jangan terlalu diawasin, nanti ketauan" katanya

Aku tak menggubris perkataan Abram, aku masih terus mengintip ibu dan lelaki itu, namun tiba - tiba ibu seperti melihat ke arahku, aku cepat - cepat berbalik badan dan mendekatkan diri pada Abram,

"Kei..keira, kamu terlalu dekat"

"Ssst bisa diem gak sih lo! Ibu ngeliat kearah sini!"

"Mm..maaf"

"Coba lu liat, dia masih ngeliat kesini gak" bisikku

Abram pun melihat ke arah mereka,

"Ehm..keira"

"Kenapa? Lo kalo ngomong yang jelas napa"

"Kita pulang aja gimana?"

"Ko pulang sih?" Tanyaku heran

"Jangan lihat lagi ke arah ibu kamu"

"Emangnya kenapa sih?"

"Pokonya jangan"

Aku jadi semakin penasaran, dan aku tak sabar menoleh kepalaku ke arah ibu, dan ternyata,

"Astaga ibu!" Teriakku

Kenapa ibu melakukan itu?

God's First [COMPLETED]Where stories live. Discover now