58. Abram POV

103 3 0
                                    

"Oh ya Abram, gue cuman mau bilang, lo jangan pernah berharap sama gue ya. Karna gue belum tentu baik buat lo. Lo inget itu!" tegasnya

"Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanyaku heran

"Ya perasaan gue aja" jawabnya

Kemudian kami terdiam sesaat,

"Yaudah bram, gue mau pulang, anterin gue" katanya

"Kamu gak makan malam dulu?" Tanyaku

"Gausah, kelamaan nanti gue jadinya"

"Hmm begitu. Yaudah kalo itu mau kamu"

"Mana mama lo? Gue mau minta izin pamit pulang"

"Di dapur"

"Oke"

Keira menghampiri mama ke dapur untuk pamit pulang,

"Tante..."

"Keira, ada apa nak?"

"Aku pamit pulang ya tante. Udah sore"

"Loh gak makan dulu? Perut kamu udah sembuh nak? Makan dulu ya nak"

"Lain waktu saja tante, Keira kasian sama ayah yang nungguin Keira dirumah"

"Oh begitu, baiklah. Kamu diantar Abram kan nak?"

"Iya tante"

"Abram, antar Keira hati hati ya sayang. Jangan ngebut" perintah mama padaku

"Iya ma" sahutku

-----

Di mobil, seperti biasa hening yang tercipta diantara kami berdua. Daripada diam - diam saja, lebih baik aku mencegah niatan Keira yang ingin pergi ke bar

"Keira"

"Hm?"

"Aku mohon sama kamu, jangan pergi ke bar itu" tegasku

"Kenapa sih lo jadi urusin gue, kan gue udah bilang, ini hidup gue, lo gausah ikut cam-"

"Aku sayang kamu Keira, aku peduli sama kamu, aku gamau kamu kenapa2" balasku cepat

"Sayang apa? Ini mengekang namanya, bukan sayang!"

"Maaf... tapi hanya itu caraku untuk menunjukkan rasa sayang aku ke kamu, aku pengen kamu hidup di jalan yang benar Keira"

"Yaudah cari aja cewe lain, kenapa harus gue sih, ribet hidup lo"

"Aku maunya kamu" kataku mantap

"Serah lo deh"

"Maaf Keira"

Ia tak menjawab, dan suasana menjadi hening kembali. Jalanan yang macet karena lampu merah sepertinya  membuat Keira bosan, namun tiba - tiba,

"Ibu..."

Aku melihat perempuan yang sedang berboncengan dengan lelaki yang tentunya tak pernah kukenali sebelumnya,

"Keira, kamu kenapa?" tanyaku heran

Lampu jalan pun berubah menjadi hijau, dan motor lelaki itu melaju meninggalkan kami,

"Abram, please ikutin motor itu. Cepetan!" pintanya

"I...iya"

"Ayo dong Abram, lebih ngebut lagi, cowo bukan sih lo?" geramnya

"Sabar Keira! Kita harus hati - hati dalam berkendara" balasku

"Persetan dengan nyawa! Gue gak mau kehilangan jejak ibu gue! Please lebih cepat!"

Aku menambah kecepatan mobil, dan akhirnya motor lelaki itu terkejar juga,

"Mereka mau kemana?" tanyanya heran

Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa mereka? Apa jangan - jangan...

"Itu..ibu kamu?" tanyaku hati hati

"Iya" jawabnya pasrah

"Ibu kamu jalan dengan lelaki lain?"

"Iya"

Apa ibunya...selingkuh??

"Maaf, ibu kamu...selingkuh?"

"Abram bisa gak sih lo gausah banyak nanya! Mending ikutin aja mereka!" Protesnya

"Mm..maaf"

Kemudian motor itu berhenti disebuah restoran mewah, sepertinya mereka ingin makan malam,

"Abram, lo ada duit gak?"

"Aa..ada"

"Lo kenapa jadi gugup gitu deh?"

"Ga..gapapa. Kenapa emangnya?"

"Kita harus makan di restoran itu juga! Gue masih mau ikutin ibu gue dengan lelaki itu"

"Baiklah"

Ibu Keira dan lelaki itu sudah duluan masuk ke dalam restoran tersebut. Kami pun mengikutinya,

"Bram, duduk di deket situ aja ya, biar gue bisa awasin lebih deket juga"

"Iya"

Kemudian waitress menghampiri kami,

"Selamat malam. Mau pesan apa?"

"Keira kamu mau makan apa?" tanyaku

"Serah lo deh" katanya sambil tetap mengawasi ibunya

"Yaudah mba, menu terbaik di restoran ini saja ya"

"Baik, ada tambahan?"

"Itu saja mba, sudah cukup"

"Baik. Mohon ditunggu"

Keira masih tetap mengawasi ibunya yang sedang bersama lelaki itu,

"Keira!" Panggilku

"Hm"

"Jangan terlalu diawasin, nanti ketauan" kataku

Ia tak menggubris perkataanku dan tiba - tiba Keira berbalik badan ke arahku,

"Kei..keira, kamu terlalu dekat"

"Ssst bisa diem gak sih lo! Ibu ngeliat kearah sini!"

"Mm..maaf"

"Coba lu liat, dia masih ngeliat kesini gak" bisiknya

Aku pun melihat ke arah mereka,

"Ehm..keira"

"Kenapa? Lo kalo ngomong yang jelas napa"

"Kita pulang aja gimana?"

"Ko pulang sih?" Tanyanya heran

"Jangan lihat lagi ke arah ibu kamu"

"Emangnya kenapa sih?"

"Pokonya jangan"

Ia jadi semakin penasaran, dan akhirnya menoleh ke arah mereka

"Astaga ibu!" teriak Keira

Keira! Seharusnya kamu tak melihat itu..

God's First [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang