39. Keira POV

146 7 0
                                    

"Sudah pagi rupanya"

Ku melihat jam yang menunjukkan pukul 05.00 pagi

"Aku harus menyiapkan sarapan untuk ayah"

Keadaan rumah masih gelap, sepertinya ayah belum keluar kamar. Aku bergegas menyiapkan sarapan untuknya,

"Keira"

"Eh.. ayah. Sudah bangun ya"

"Kamu masak apa?"

"Aku buatkan nasi goreng ya"

Ayah bangun dengan keadaan murung, sepertinya ia belum bisa menerima kenyataan yang sudah terjadi.

"Ayah, ayah harus kuat. Jangan sedih lagi ya. Ada Keira disamping ayah. Keira sayang ayah"

"Terimakasih Keira"

Setelah nasi goreng sudah jadi, kami makan bersama,

"Terimakasih untuk masakannya"

"Sama - sama ayah"

"Kamu kuliah jam berapa?"

"Jam 08.00 ayah"

"Nanti berangkat sama ayah ya"

"Oke ayah"

Setelah sarapan, aku bergegas menyiapkan diri untuk pergi ke kampus.

Ting!

Notifikasi pesan muncul di handphoneku

Aku berlari menuju teras, dan aku terkejut melihat Abram yang duduk berdua bersama Ayah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku berlari menuju teras, dan aku terkejut melihat Abram yang duduk berdua bersama Ayah. Mereka terlihat akrab,

"Ayah" selaku


"Keira, kamu lama sekali, Abram sudah menunggumu dari tadi"

"Maaf ayah"

"Keira, mobil Ayah sepertinya ada masalah dan harus diperbaiki. Sepertinya kamu bisa berangkat bersama Abram"

Abram tersenyum penuh kemenangan. Aku memandangnya dengan tatapan "lo apain ayah gue sampai dia bisa nerima lo disini"

"Ahh ya, kok Abramnya gak disapa? Teman kamu lho ini datang buat jemput kamu"

"Bukan ayah, dia bukan temanku"

Ayah seperti kebingungan,

Aku memandang Abram dengan tatapan "skakmat lo didepan ayah gue"

"Maaf om, maksud Keira, saya bukan teman kelasnya, karena kami beda jurusan di kampus. Saya jurusan kedokteran, dan Keira jurusan DKV"

Abram sialan!

"Ohhh begitu, baiklah. Kalau begitu, kalian segera berangkat ke kampus saja, ini sudah jam 07.00"

"Baik om. Kami izin berangkat ya om. Mari om" kata Abram sambil menyalim ayahku

"Ayah, aku berangkat ya"

"Hati - hati nak"

Abram harus kuberikan pelajaran!

God's First [COMPLETED]Where stories live. Discover now