77. Keira POV (Sad Edition)

85 5 0
                                    

Setelah kemarin Abram dan Keira sedang uwu. Aku ingin membuat sad edition diantara mereka.

Saat baca ini, kusarankan kalian denger lagu "Endank Soekamti - Sampai Jumpa"

Enjoy!

Aku mengantar Abram sampai ke depan mobilnya,

"Kamu langsung tidur ya" perintah Abram

"Iya. Kamu hati - hati bawa mobilnya"

"Iya, kalau begitu aku pulang dulu. Bye"

"Bye"

Setelah mobil Abram terlihat jauh dariku, perasaanku seperti tidak enak.

"Kok perasaan gue ke Abram tiba - tiba gaenak gini ya? Kenapa? Ah semoga Abram baik - baik aja"

Aku meyakinkan diri dan berusaha berfikir positif. Kemudian aku ke kamar dan tak lupa berdoa untuk tidur.

"Tuhan, terimakasih untuk hari ini. Aku bersyukur bisa mengenal Abram. Tapi bila aku boleh meminta, semoga Engkau menjaganya, aku tidak tau kenapa perasaanku tidak enak. Kumohon jaga dia kemanapun dia melangkah. Amin"

Saat perasaanku sedikit tenang, aku mencoba untuk memejamkan mata.

"Kenapa gue gak bisa tidur"

Aku membuka handphoneku dan melihat foto Abram.

Aku membuka handphoneku dan melihat foto Abram

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ganteng"

"Lo sadar gak kalo lo ganteng?"

"Gue gak nyangka lo mau nembak cewe kaya gue, padahal kan cewe yang lebih cantik, lebih baik dan pengertian diluar sana banyak. Tapi kenapa lo milih gue?"

"Lo udah sampe rumah belum ya?"

"Gue tiba - tiba kangen sama lo?"

"Boleh gak gue kangen sama pacar gue sendiri?"

Terlalu banyak perkataan membuatku mengantuk dan terlelap.

------

Aku terbangun pukul 05.00 pagi. Ku segera mengecek handphoneku, berharap ada pesan masuk dari Abram.

Nihil.

"Abram kenapa gak ngabarin gue?"

"Apa baterainya lowbatt?"

"Apa kuotanya habis?"

"Sebenernya gue ini pacarnya atau bukan sih?"

Aku segera keluar kamar dan menyiapkan sarapan untuk Ayah.

"Pagi Ayah"

"Pagi Keira. Kamu hari ini kelas pagi?"

"Iya yah"

"Berangkat sama Abram?"

"Ehm. Keira berangkat sendiri yah"

Dia saja tidak ada kabar dari semalam, bagaimana mungkin dia bisa mengantarku pagi ini?

"Tumben gak sama Abram?"

"Dia masuk siang yah" kataku berbohong

Ayah hanya mengangguk tanpa curiga

Setelah aku sarapan, aku bersiap untuk menuju ke kampus

"Aku pergi dulu ya Ayah"

"Hati - hati nak"

----

Sesampainya aku di kelas, aku menghampiri Rena yang lebih dulu tiba

"Pagi Rena"

"Pagi Keira. Sini duduk"

Aku pun duduk disamping Rena

"Keira, kemaren lo langsung pulang ya dari acara ultah gue?"

"Ehm iya"

"Kok gitu, kenapa?"

Apa aku harus menceritakan peristiwa Abram menembakku malam itu?

"Cerita aja Kei" kata Rena yang sepertinya mengetahui pikiranku

"Gue pulang duluan sama Abram, karna Abram ngerasa kesindir sama Steve"

"Emang Steve bilang apa?"

"Ya pokonya supaya jangan takut menyatakan perasaan gitu deh"

"Ohhh pas momen Steve ngasih gue cincin ya?"

Aku hanya mengangguk

"Terus abis itu gimana?"

"Ya dia tiba - tiba langsung ngungkapin perasaannya. Terus nembak gue"

"HAH SERIUS? TERUS LO TERIMA ATAU TOLAK?" Tanya Rena heboh

"Pelan - pelan anjir, gausah teriak gitu. Bikin malu aja lo"

"Ya gue kaget lah Kei"

"Lo aja yang cuman denger kaget, apalagi gue yang ngalamin langsung" balasku

"Yaudah terus lo terima atau tolak?"

"Gue terima"

"Kenapa lo terima?"

"Gua mau coba. Buka hati" jawabku mantap

"Wuih akhirnya ya Kei, lo luluh juga. Terus tadi lo dianter sama dia dong?"

Hmm... bagaimana ini? Aku jawab yang sebenarnya saja

"Ngga"

"Loh kok?"

"Dia masuk siang Ren" kataku berbohong

"Masuk siang gimana? Steve bilang dia ada kelas pagi ini. Jangan bohong Kei"

"Iya sori. Gue juga gatau"

"Gatau gimana sih maksud lo?"

"Gue gatau Abram kemana?"

"Hah? Maksud lo?"

"Dari semalam sampai pagi ini dia gak ngasih kabar ke gue"

"Kok gitu sih?"

"Mana gue tau"

"Emangnya lo gak ngechat duluan atau nelfon duluan?"

"Kaga" jawabku polos

"Yaampun Keira, kenapa lo ga nanyain keberadaannya"

"Gengsi. Masa gue duluan yang ngechat dia? Harusnya dia dulu dong. Gue,-"

"Ck, coba gue tanya Steve dulu deh"

Aku mengangguk

"Kei, kata Steve, Abram gak masuk hari ini"

"Hah serius? Kok bisa?"

"Gatau. Dihubungi juga nomornya gak aktif. Kayanya handphonenya mati"

Kemudian dosen pun memasuki ruang kelas.

"Yaudah Kei, tenang ya. Kita kuliah dulu. Setelah selesai, kita pikirin semuanya"

Sebenarnya kita pacaran gak sih Abram?

Kenapa lo gak ngasih kabar ke gue?

Kenapa disaat gue buka hati, lo malah pergi tanpa kejelasan gini?


God's First [COMPLETED]Where stories live. Discover now