78. Abram POV (Sad Edition)

88 3 0
                                    

Guys aku ngetik ini jam 02.50 pagi wkwkkwkwk. Gatau kenapa aku jadi ikut merasakan ketidaktenangan Abram. Semoga Abram baik baik aja ya :)

*btw disini ada sesi actionnya. Tapi aku kurang mampu menjelaskannya, semoga kalian bisa membayangkan apa yang terjadi ya. Selamat membaca

Keira mengantarku sampai ke depan mobil

"Kamu langsung tidur ya" perintahku

"Iya. Kamu hati - hati bawa mobilnya"

"Iya, kalau begitu aku pulang dulu. Bye"

"Bye"

Saat aku melajukan mobilku, entah kenapa perasaanku seperti tidak enak.

"Ya Tuhan kiranya Engkau yang memberikan jiwaku ketenangan. Jauhkan segala hal yang membuat jiwaku khawatir. Amin" doaku dalam hati

Jalanan tampak sepi dan gelap mencekam, aku mencoba untuk tetap tenang

"Tuhan, apapun yang terjadi kiranya Engkau selalu besertaku" doaku lagi

Di tengah jalan, aku melihat seorang perempuan yang sepertinya aku kenal. Untuk memastikannya aku mencoba mengarahkan mobilku mendekat

"Itu ibunya Keira?"

Tampak ibu Keira sedang berjalan di kegelapan malam, namun beberapa saat kemudian ia dicegat dengan beberapa pria yang bisa dibilang seperti perampok...

Suara perampok itu terdengar olehku,

"Mau kemana manis?"

"Sss..siapa kalian?" Tanya Ibu Keira

"Kami penghuni jalan ini, kalau kamu ingin melewati jalan ini maka kamu harus senang - senang sama kita dulu" kata Pria tsb sambil memegang tangan Ibu Keira

"LEPASKAN SAYA. TOLOONG" teriak ibu Keira

"Percuma kamu teriak, tidak ada orang disini selain kita"

Segala bentuk perlawanan sudah Ibu Keira lakukan, namun ia sepertinya tak cukup mampu melawan pria pria itu

"Ini uang saya. Bawalah dan lepaskan saya" kata Ibu Keira

"Uang saja tidak cukup manis. Kalau dilihat dari penampilan ya, kamu seperti wanita malam. Bisa dong kita main - main sebentar saja"

"JANGAN!!! LEPASKAN SAYA! TOLONG"

Keterlaluan. Aku harus menolong Ibu Keira

"LEPASKAN DIA" Teriakku lantang

"Whoa. Ada pangeran yang menolongmu rupanya. Apa kau pacarnya bung? Aku tak menyangka seleramu tante - tante seperti perem,-"

Bugh

Aku memukulnya dengan sekuat tenaga

"Pergi dari sini atau kau akan merasakan lebih dari ini" ancamku

"Berani lo sama gua? Hah!" Tantang pria itu

Pria itu bangkit dan bersama kedua temannya ingin menyerangku

Bagaimana ini?

3 lawan 1. Apa aku mampu?

Tuhan kuserahkan semuanya padamu. Kumohon selamatkan aku dan ibu Keira

Aku berusaha semampuku melawan mereka. Ternyata mereka kuat juga. Namun aku tak boleh menyerah. Sebisa mungkin aku tak boleh lengah!

Bugh

Kedua temannya pun berhasil kutaklukkan dan menjauh dariku

"Brengsek. Berani lo buat temen gue seperti itu"

"Kenapa? Takut?" tantangku

"Rasakan ini"

Ia maju menyerangku dan aku berhasil menangkisnya, kulawan dia hingga tumbang.

Aku segera menghampiri Ibu Keira yang terduduk ketakutan

"Ibu..ibu gakpapa kan?"

"Ibu takut nak, tolong bawa ibu pergi dari sini"

"Iya bu, ayo kita pergi dari sini"

Saat aku ingin bangkit berdiri, aku merasakan hantaman di punggungku

"ARRRGGGGGH" teriakku kencang

"MATI KAU BANGSAT" kata Pria itu puas

Aku melihat Ibu Keira yang sepertinya ingin mereka ganggu lagi,

"Lihat kan manis, lawanku itu tidak seberapa"

"TOLONGGG" teriak Ibu Keira

"KUBILANG SEKALI LAGI, LEPASKAN DIA" Teriakku

"Masih bisa teriak juga lo. Gue kira lo udah mampus"

Aku bangkit memukulnya dengan sekuat tenaga

"Brengsek, lo belum lengah juga ternyata" katanya

Ibu Keira berlindung dibalik badanku dengan ketakutan

"Jangan ganggu ibu ini" kataku dengan penuh penekanan

"Rasakan ini" ia menodongkan pisau ke arahku dan sialnya sasarannya tepat mengenai tubuhku

"ARGGGGHHH"

"MAMPUS LO. SOK JADI PAHLAWAN, KEMAMPUAN CUMAN SEGITU HAHAHA. AYOK KITA PERGI"

Aku mendengar langkah kaki yang menjauh dan teriakan Ibu Keira memanggilku

"Nak, bangun nak. TOLONGGGG SIAPAPUN TOLONG KAMI"

Aku menatap Ibu Keira dengan sisa kesadaranku,

"Tolong...kembali...Keira...rindu...ibu"

"Keira?? Kamu kenal anak saya?"

"Keira...rindu...ibu"

Aku tak mampu lagi, rasa sakit menjalar ditubuhku dan beberapa saat kemudian aku merasa semuanya gelap.

Tuhan,

Kalau boleh aku meminta satu permintaan

Aku ingin tetap hidup.

Dapatkah itu terwujud?

God's First [COMPLETED]Where stories live. Discover now