50. Abram POV

109 5 0
                                    

"Tenang Abram. Jangan gugup"

Kemudian setelah aku sudah mendapatkan kepercayaan diri, aku menuju ke tempat duduk dimana sudah ada Keira, Steve dan Rena

Sepertinya aku terlalu lama di toilet, sampai mereka sudah berbincang - bincang akrab.

Lalu, aku melihat mata Keira pun tertuju pada kedatanganku

Kenapa Keira menatapku seperti itu?

-------

Keira melihatku dengan sinis seperti tampak tidak senang akan kehadiranku

"Selamat siang, boleh gabung?" Tanyaku

"Boleh" ujar Rena

"Gak" jawab Keira cepat

Astaga galak sekali!

"Udah bram, lo duduk aja" kata Steve

Aku pun duduk  didepan Keira

"Honey, kamu mau pesan apa?" Tanya Rena

"Hm, samain aja sama kamu. Kayanya soto mienya enak" jawab Steve

"Ehm, biar aku aja yang mesan" kataku

"Oke" kata Rena

Aku segera pergi untuk memesan makanan. Aku memesan dua soto mie untukku dan Steve,

Tak lama kemudian aku melihat Keira yang berjalan ke arahku

"Mang, bagi sambel dong. Di meja habis" teriaknya

Aku dengan segera menutup telingaku. Sepertinya dia sengaja melakukan itu.

"Oh itu neng, ambil aja"

"Sepertinya aku ingin membuat rencana menarik" kataku dalam hati

Ia mengambil sambal yang berada didekatku, kemudian aku menyelengkat kakinya sehingga membuatnya oleng dan menumpahkan sambal ke bajuku.

Oh sial, percikan sambal itu mengenai area wajahku juga!

"Aduh periiiihhh" teriakku

Gak papalah menderita sedikit, agar rencana ini bisa berjalan mulus!

"Ya ampun sori - sori, gak sengaja, aduh gimana nih" katanya panik

Tiba - tiba aku merasakan tumpahan air yang mengenai mukaku

Byuuur!

"Aduh kenapa aku jadi disiram air" kataku lagi

"Tadi kata lo perih, yaudah gua siram aja supaya gak perih" tegasnya

"Ya gak gitu caranya"

"Yaudah ayo cuci muka dulu"

Keira menuntunku menuju toilet. Aku berjalan sambil menutup mata pun mengikuti langkahnya.

Sesampainya di toilet, ia segera membasuh wajahku sambil memohon maaf,

"Gue minta maaf ya, gue gak sengaja"

Refleksnya air mataku keluar,

"Ihhh lo nangis? Lebay banget sih kan gue bilang gue gak sengaja!"

"Ngga, ini perih, jadi air mataku keluar"

"Masih perih gak?"

"Masih"

"Aduh gue merasa bersalah banget nih. Please maafin gue, gue harus ngapain buat nebus kesalahan gue"

Akhirnya kalimat itu keluar juga! Yes!

"Jangan ke bar" kataku

"Apa???"

"Jangan ke bar. Aku gak suka" ulangku sekali lagi

"Apaansi lo jadi larang - larang gue gini"

"Tadi kan kamu bilang 'gue harus ngapain buat nebus kesalahan gue', ya salah satunya kamu harus nurutin permintaan aku" kataku sambil meniru logatnya

"Ihhh tapi gue suntuk dan gue butuh hiburan"

"Yaudah aku ikut" sahutku

"Ngapain lo?"

"Pergi sama kamu. Aku gak mau kamu kenapa kenapa disana"

"Gue bisa jaga diri"

"Gak mau. Aku ikut. Titik" paksaku

Kali ini aku harus tegas padanya!

"Dasar kepala batu" umpatku

"Hey, aku dengar loh"

"Yaudah kamu boleh ikut, asal ada syaratnya!"

"Loh kok jadi segala ada syarat?"

"Mau ikut atau ngga?!"

Huft kenapa aku jadi dibentak?

"Iya iya. Apa syaratnya?" Tanyaku mengalah

"Nanti lo jangan ribet, jangan bawel dan jangan banyak ngatur. Ngerti?"

"Iya tuan puteri"

Kemudian Keira menatap wajahku lama. Perlahan, ia dekatkan wajahnya kepadaku. Dekat, semakin dekat, hingga jarak yang tersisa hanya sedikit saja.

"Kkk..kamu mau ngapain?" Tanyaku heran

Keira tak menjawab pertanyaanku dan masih terus menatapku

"Keira" panggilku

"Yes Abram"

"Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanyaku sekali lagi

"Ku hanya memastikan apakah matamu masih perih atau tidak. Sini aku tiup matamu" jelasnya

Ia meniup mataku...

"Gimana? Apa sudah lebih baik?"

"Sudah. Terimakasih Keira"

"Yasudah. Yuk balik lagi ke kantin"

Keira, perlakuanmu membuat hatiku berdebar. Apa kamu merasakan hal yang sama?

God's First [COMPLETED]Where stories live. Discover now