84. Abram POV

105 3 0
                                    

24 Desember

Hari ini aku diperbolehkan pulang oleh dokter. Papa dan Mama sebentar lagi akan datang menjemputku, oleh karena itu aku bersiap terlebih dulu

Tok tok tok

"Masuk aja ma"

Namun aku terkejut melihat kedatangan yang bukan orangtuaku, melainkan mama Keira.

"Ibu?"

"Pagi Abram, ibu sengaja datang pagi kesini karna ibu tau kalau kamu akan pulang hari ini, makanya ibu nengok kamu dulu. Ini ibu bawa bingkisan buat kamu"

"Wah terimakasih banyak bu" balasku

"Justru ibu yang berterimakasih sama kamu nak. Kalau bukan kamu yang menolong ibu, ibu tidak tau apa yang akan terjadi setelah itu. Andai ibu dapat membalas perbuatanmu, apapun itu akan ibu kabulkan. Ibu merasa berhutang nyawa padamu nak" ucap mama Keira sambil menunduk

Aku menggenggam tangannya

"Saya hanya punya satu permintaan untuk Ibu. Kembalilah pada keluarga Ibu. Suami ibu dan Keira sangat merindukan ibu"

"Ibu..ibu merasa tak pantas nak. Ibu malu... ibu merasa sangat berdosa telah menghianati keluarga ibu, terutama cinta suami ibu. Mana mungkin mereka mau menerima ibu lagi?"

"Hanya satu yang perlu ibu tau. Semua manusia berdosa. Tapi karna begitu besar kasih Allah, maka kita beroleh pengampunan dosa. Maka, bertobatlah selagi ada waktu bu"

Mama Keira tak berani membalas ucapanku

"Malam ini aku merayakan malam natal bersama Keira, jika Ibu berkenan, ibu bisa datang ke rumahku"

"Ibu tidak bisa nak" jawabnya cepat

"Satu hal yang Ibu harus tahu, Keira sangat merindukan merayakan natal bersama Ibu. Keira ingin keluarganya kembali utuh" balasku

Tok tok tok

Aku melihat Steve dan Orangtuaku yang datang menjemputku

"Abram!" Panggil Steve

"Hai, sendiri aja?" Tanyaku

"Gue ajak Keira, tapi dia gak mau"

Huft. Padahal aku sangat berharap Keira bisa menjemputku

"Gak usah sedih bram, cewe kaya dia gak pantas untuk.."

"Ekhem, maaf sepertinya Ibu harus pulang, permisi" kata mama Keira pergi meninggalkan kami

"Steve, lainkali kalau bicara dijaga. Beliau Ibunya Keira" seruku

"Sorry gak bermaksud. Yaudahlah mending kita pulang aja yuk"

Keira...

Apa benar kamu tidak datang?

"Sebaiknya Abram pulang waktu siang saja" cegahku

"Loh kenapa nak?" Tanya mama

"Aku..aku"

"Lo mau nunggu Keira?" Tanya Steve

Aku tak berani menjawab

"Emang cinta bikin orang yang waras jadi gila" sindir Steve

-||-

14.00 WIB

"Bram, lo ngapain sih berdiri disitu?" kata Steve

"Aku.."

"Abram, siapa yang masih kamu tunggu nak?" Tanya mama

Keira... aku harus bertemu dia!

"Aku pergi sebentar" kataku

Aku tak menghiraukan teriakan Steve yang menyerukan namaku. Aku yakin Keira pasti datang!

Aku melihat sebuah motor yang sepertinya kukenali.

Itu motor Keira! Aku harus menunggunya!

Beberapa menit kemudian, aku melihat seorang perempuan yang kutunggu - tunggu.

"Keira"

"A..abram?? Kok lo bisa disini?" Tanyanya heran

"Aku menunggumu Keira"

Keira terdiam dan hanya menatapku, kemudian aku mendekatinya dan memeluknya

"Aku merindukanmu Keira"

Keira tak berani membalas pelukanku, kemudian aku menggenggam tangannya

"Apa kau datang kemari untuk menjemputku?"

"I..iya. Sori gue telat"

"Tak apa Keira. Aku yakin kamu pasti datang. Kalau begitu, jangan lupa nanti malam kita ibadah bersama malam natal di rumahku ya?"

"Hmm gue ajak ayah gue sekalian ya?"

"Baiklah Keira"

--||--

19.00 WIB

"Silahkan masuk, terimakasih sudah datang" sambut Mama

"Terimakasih tante"

Aku menghampiri Keira dan tak lupa menjabat tangan Ayah Keira

"Keira akhirnya kamu datang juga. Mari pak duduk, acara ibadah sebentar lagi akan dimulai" kataku

Kami mengikuti kebaktian dengan khusyuk, kemudian tiba saatnya menyanyikan lagu O Holy Night. Lampu dimatikan, dan hanya lilin yang menyala

Oh holy night
The stars are brightly shining
It is the night of our dear savior's birth
Long lay the world in sin and error, pining
'Til He appeared and the soul felt it's worth

A thrill of hope, the weary world rejoices
For yonder breaks a new and glorious morn'
Fall on your knees, oh, hear the Angels' voices
Oh, night divine, oh, night when Christ was born
Oh, night divine, oh, night, oh night divine

Aku melihat Keira menunduk, seperti sedang menangis, lebih baik aku pastikan saja,

"Keira, apa kamu menangis?" Tanyaku pada Keira

"Ehm nggak. Kelilipan aja"

"Aku tahu kamu seperti menahan tangis"

"Aku hanya berharap bisa merayakan Natal bersama Ibu, tapi kurasa itu tidak mungkin" jawabnya

Aku menatapnya sesaat, kemudian berkata kepadanya

"Apakah kamu percaya bahwa kuasa Tuhan itu nyata?"

"Mungkin" balasnya

"Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya" kataku sambil menggenggam tangannya

Keira menatapku dengan tatapan tidak mengerti

Aku yakin keajaiban Natal pasti terwujud!

God's First [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora