69. Keira POV

80 3 0
                                    

"Yaudah, sorry deh gue ga bermaksud. Gue ambil mobil dulu ya. Lo tunggu sini" kata Rena

"Iya, jangan lama ya"

"Oke"

Tak menunggu lama, Rena pun segera datang menjemputku,

"Ayo naik" katanya

"Iya"

Di perjalanan, kami tidak banyak bicara. Rena yang fokus menyetir dan aku memandang ke arah jalan. Pandanganku berhenti melihat seorang anak kecil bersama lelaki yang kukenal

Abram? Ngapain dia di warung makan?

"Ren, gue turun disini aja deh" kataku

"Loh Kei, rumah lo kan masih jauh" balasnya heran

"Gapapa. Tiba - tiba gue ada urusan. Cepet berhenti" paksaku

"Iya iya"

Aku segera turun dari mobil Rena dan setelah Rena pergi, aku menghampiri Abram

"Lo ngapain disini?" Tanyaku sambil menepuk pundaknya

"Astaga Keira?!?" Teriaknya

"Biasa aja gak usah teriak"

"Haha kak Keira lucu"

Mira?!? Kenapa dia bisa bersama Abram

"Mira kenapa kamu bisa bersama Kak Abram?" Tanyaku

"Aku baru saja makan siang, bersama Mira" kata Abram

"Bagaimana bisa?"

"Rumahku sekarang dekat sini kak. Aku beli lauk untuk ibu. Eh aku ketemu Abang Abram, terus abang ajak aku makan siang bareng deh" jelas Mira sambil menggandeng tangan Abram

Abram tersenyum melihat tingkah Mira

"Kak, aku harus pulang. Nanti ibu curiga kalau aku pulangnya lama" kata Mira

"Boleh kakak ikut? Diluar saja kok. Kakak ingin tau rumahmu yang baru"

"Iya kak"

"Aku antar saja" kata Abram

"Wahh abang mau antar Mira?? Asyikk"

"Ayo naik"

Aku menurut dan kami pun menuju rumah Mira. Ternyata, rumahnya tak begitu jauh.

"Itu kak rumah kami yang baru"

Aku memandang rumah mewah yang berdiri megah.

"Aku turun disini aja bang. Takut ketahuan ibu"

Abram menghentikan mobil dan Mira keluar dari dalam mobil.

"Mira, kakak masih kangen sama kamu" kataku

"Mira juga kak" balas Mira

"Yasudah lain waktu kita ketemu lagi ya Mira"

"Iya kak. Kalau begitu, Mira pamit ya kak. Terimakasih abang sudah mengantar Mira"

"Sama - sama Mira"

Mira pun pergi meninggalkan kami dan berjalan menuju rumahnya.

"Sampai kapan ini berakhir? Aku ingin keluargaku kembali utuh" kataku pelan

"Keira, aku yakin Tuhan pasti mewujudkan doamu" kata Abram

"Terimakasih"

"Kalau begitu, aku antar kamu pulang ya"

"Bukannya lo ada kuliah?"

"Tak apa, masih ada waktu"

"Yaudah"

Kami terdiam beberapa saat, dan Abram pun membuka topik obrolan.

"Keira, besok kan hari libur, besok kamu ada acara atau hanya dirumah?"

Ngapain dia nanya hal beginian?

"Penting buat lo tau?"

"Aku hanya bertanya saja. Bolehkah kamu menjawab?"

"Gue dirumah aja"

"Hm. Oke"

"Itu rumah gue udah mau nyampe. Gue turun disini aja" kataku

"Tapi masih cukup jauh" balasnya

"Gapapa. Daripada lo telat, ini aja udah mau jam 1. Mending lo balik aja, gue turun disini"

Abram tersenyum mendengar perkataanku,

Kenapa nih anak? Salting?

"Lo gak usah senyum senyum gak jelas gitu deh. Geli gue liatnya"

"Aku tidak menyangka kamu perhatian juga kepadaku. Aku sangat senang" katanya tulus

"Dih? Siapa yang merhatiin lo? Gue merhatiin jam, bentar lagi udah mau jam 1. Lo ga usah kepedean gitu kali" balasku sambil membuang muka

"Apapun alasanmu. Aku yakin sebenarnya kamu memiliki rasa peduli, meski baru sedikit"

"Yaudah terserah lo deh. Udah ya gue balik. Bye" kataku sambil meninggalkan Abram

Dasar cowo aneh. Jelas jelas gue merhatiin jam, bukan dia. Kenapa dia yang jadi kepedean?

God's First [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora