*Gue terima

"Good, good! You never disappoint! Very good! Hohohoho" tawa Eugene memuji Lyan yang sama sekali tak membuat Lyan tersanjung.

*Bagus-bagus! kau tidak pernah mengecewakan. Sangat bagus! Hohoho.

Lyan memandang lamat-lamat undangan itu.

'I have to bring a recording device... If I can't make it back, Rakel will still get information from the recording device'-Batin Lyan.

*Gue harus bawa alat perekam... kalau gue gak bisa kembali, gue harus memastikan Rakel akan tetap mendapatkan informasi dari alat perekam itu.

***

Tak berbeda jauh dengan Lyan, Rakel kini berdiri menghadap Aston yang duduk di kursi kerjanya.

Usai makan malam bersama Zayan tadi Rakel langsung menuju kediaman Aston karena hari ini Aston telah pulang, yang artinya latihan mereka kembali di mulai. Tapi... Sepertinya Rakel sedikit telat.

"Dua hari yang lalu ada seorang anak yang berjanji kepadaku, ia bilang 'besok lusa pulang sekolah aku akan langsung ke sini!'....Apa sekolah sekarang memang pulang jam setengah sembilan malam?" Sindir Aston membuat Rakel seolah di timpuk batu.

Rakel menunduk dengan senyum tersiksa "Maaf Guru" ucap Rakel, ya hanya inilah yang bisa ia katakan. Ia tak bisa mengelak karena ini memang salahnya.

"Apa alasanmu?" Tanya Aston dengan tatapan yang terasa sangat menusuk.

"Itu... Orang tua temen aku ada yang ngundang aku buat makan malam. Jadi... Gak enak kalo di tolak" jawab Rakel jujur dengan kepala yang masih tertunduk, ia merasa seperti seorang kriminal yang sedang di sidang.

Aston diam beberapa saat dan hanya menatap Rakel yang masih mengenakan seragam sekolah dengan tas yang di gendong di bahu kirinya.

"Hah... Hari ini tidak ada latihan" Ucap Aston membuat Rakel langsung mengangkat kepalanya, terkejut.

"Ya? Ah.... Guru maaf! Besok-besok aku bakal tepat waktu kok! Please, jangan batalin latihannya" Ucap Rakel dengan wajah memelas, seketika ia teringat dengan apa yang terjadi kepada Mark dan Zayan.

Apa ia juga berakhir seperti itu hanya karena telat?

"Ini sudah larut" Ucap Aston lagi membuat Rakel tertegun beberapa saat, ah... Apa ia salah paham? Hah, syukurlah.

Tapi... Itu artinya Rakel harus pulangkan? Padahal ia baru sampai beberapa waktu lalu tapi sekarang ia sudah harus pulang.

Jarak perjalanannya dari rumah Zayan ke sini itu dua kali lipat dari jarak rumahnya ke sini. Dan sekarang ia harus pulang lagi.

"Vincent, antar ia ke kamarnya" Seuntai perintah yang di berikan Aston membuat Rakel menatapnya terkejut dan bingung.

"Apa?" Tanya Rakel tanpa sadar.

"Kau tidurlah di sini malam ini" Ucap Aston membuat Rakel melotot tak percaya.

'Tidur... Di sini... Di rumah ini...? Dia gak akan bunuh gue tengah malem kan?'-Batin Rakel.

"Kenapa kau diam saja? Tidak mau?" Tanya Aston membuat Rakel tersentak dan menggeleng kuat dengan cengirannya.

"Nggak kok, aku mau banget!" Balas Rakel langsung tersenyum lebar, entah ini bagus apa nggak tapi sekarang menyetujuinya adalah keputusan terbaik untuk nyawa Rakel.

Mendengar balasan Rakel, Aston hanya diam saja lalu melirik Vincent dan usai mendapati lirikan dari Aston, Vincent langsung mendekati Rakel.

"Tuan muda ayo ikuti saya" ucap Vincent di angguki Rakel, Rakel menatap Aston lalu melambai kepada Aston sembari berbalik memgikuti Vincent.

RELLAWAYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora