"Rambut lo dulu sepinggang gak sih?" Tanya gue dan Bela mengangguk.

Gue ikut mengangguk "Yah, gimana pun rambut lo. Lo... Tetap cantik kok" Gue kembali tersenyum dan mendengar pujian gue Bela menatap gue dengan wajah memerah.

"Gu-gue juga tau kali!" Suara Bela naik satu oktaf, dia keliatan marah tapi mukanya yang merah yah bikin gue tau kalo dia bukan marah tapi salah tingkah.

Gue kalo di puji juga gitu.

Gue ketawa pelan "Jadi, lo mau ngomongin apa?" Tanya Gue ngebuat Bela yang tadi misuh-misuh langsung diam dan kembali seperti biasanya.

"Ah ya, gue jadi lupa gara-gara lo" Bela menghela nafas lalu duduk di samping gue ngebuat gue geser lagi agar posisi kami gak terlalu dekat.

Bela menarik nafas dalam lalu menoleh dan menatap gue serius "Alya ada di rumah gue" Ucapnya.

"Alya? Kok bisa? Dia nginap kerumah lo?" Tanya gue memiringkan kepala gue bingung. Ini bukan hal buruk sih tapi agak membingungkan, apa Bela ama Alya deket?

"Entahlah, seminggu yang lalu gue nemuin dia pingsan di jalanan jadi gue bawa dia ke rumah sejak saat itu dia gak mau pergi dari rumah gue"

Gue membelalak saat mendengar penjelasan Bela.

"Alya pingsan?! Kenapa?! Terus dia gimana sekarang?!"

"Udah baik, saking baiknya terkadang gue harus ngebersihin kekacauan yang dia buat" Bela tersenyum namun giginya bergemeretak dan tangannya terkepal kuat.

Gue bernafas lega, syukurlah kalo Alya gakpapa. Argh, gue lalai lagi tentang Alya. Bener-bener gak becus!

"Ah ya, Rakel. Soal Alya yang berkepribadian ganda, apa lo percaya?" Pertanyaan mendadak dari Bela membuat gue terdiam beberapa saat.

Gue berdehem "Tentu, gue selalu percaya dengan Alya" 

Bela menatap gue datar "Gimana kalo itu semua bohongan? Bukannya gak mungkin orang memiliki dua kepribadian dalam satu tubuh? Bisa aja Raya hanyalah pengalihan yang di buat Alya untuk menutupi sifat aslinya. Dan Alya yang lo tau sebenarnya adalah kebohongan, Raya gak pernah ada. Sifat Raya itu adalah Alya sendiri"

Gue mengerjap beberapa saat mendengar pernyataan Bela. Apa ini opini Bela? Setelah cukup lama diam dan dapat mencerna maksud Bela gue terkekeh pelan.

"Yah tentu aja Raya itu Alya, tapi dalam versi yang berbeda. Hah... Dan juga Bela gak ada yang gak mungkin di dunia ini. Orang yang memiliki dua kepribadian dalam satu tubuh itu memang ada, banyak kok kasus begitu. Dunia ini penuh misteri Bela, bahkan hal yang paling gak masuk akal sama sekali bisa terjadi. Contohnya seperti... mengulang kehidupan, hal begitu...bisa terjadi" Gue tersenyum miring sedangkan Bela terlihat kebingungan dengan ucapan gue.

"Itu... Kalo hal begitu memang ada gue lebih milih mati" Balas Bela mendengus.

"Hah? Kenapa coba, itukan kesempatan lo"

"Kesempatan apa? Ngulang semuanya? Ogah, kalo udah mati yaudah mati aja kenapa harus ngulang kehidupan? Dari pada kesempatan lebih kayak penyiksaan, rasanya kayak gak di kasih kesempatan istirahat ama Tuhan" Dengus Bela yang ngebuat gue tertegun.

"Gak semua manusia di dunia ini punya kehidupan yang baik, untuk beberapa orang mungkin kematian adalah satu-satunya jalan mereka untuk mencari ketenangan. Tapi jika mereka di haruskan mengulang semuanya kembali dari awal bukannya itu sangat gak adil? Mau sampai kapan dunia ingin menyiksa mereka? Gue gak tau apa hal itu emang benar ada apa nggak, tapi kalo emang ada. Gue turut prihatin dengan orang yang ngalaminnya. Dia berhak memiliki istirahat dalam kematiannya" Bela menatap gue dengan ekspresi serius dan sorot mata tajam.

RELLAWAYWhere stories live. Discover now