"Pecundang" Gumam Rakel kepada dirinya sendiri.

Sedangkan pria tadi setelah meletakan plastik sampah itu pria itu langsung melangkah kembali memasuki cafe tempatnya bekerja meninggalkan Rakel yang masih sibuk bergelut dengan pikirannya.

Namun tak lama Rakel kembali di kejutkan saat pria tadi ikut berjongkok di sampingnya.

"Ini udah jam 10, gak mau pulang?" Tanyanya menoleh pada Rakel dengan senyum tipis. Rakel tak menjawab dan malah menundukkan kepalanya.

"Hmm, kakak gak tau apa masalah kamu. Tapi kabur bukan pilihan yang bagus, kamu punya keluargakan? Mereka pasti khawatir" Ucapnya membuat Rakel tertegun, seketika wajah Rahel terlintas di kepalanya.

Ah ya, benar juga ia punya Rahel. Rahel masih hidup sekarang... Tapi, Rakel takut jika ia melihat wajah Rahel sekarang pertahanannya selama ini akan hancur begitu saja. Ia tidak ingin menunjukkan sisi lemahnya pada Rahel, tidak setelah semua ini.

"Kakak... Pernah takut? " Rakel bersuara dengan nada serak membuat pria di sampingan sedikit terkejut terutama dengan pertanyaan Rakel.

"Takut? Jelas pernahlah" Jawabnya dengan senyum lebar yang seolah berniat menghibur Rakel.

"Gitu ya... Ya udah pasti, setiap orang punya rasa takut" Lirih Rakel memeluk kedua lututnya erat lalu menumpukan dagunya di antara kedua lututnya dengan tatapan kosong ke tanah.

Melihat sikap Rakel pria tadi tersenyum tipis.

"He'em, tapi kamu tau gak kakak takut sama apa?" Ujarnya membuat Rakel menoleh dengan tatapan bingung.

"... Apa?"

Pria itu tersenyum lagi "Semuanya, kakak takut dengan semua yang ada di dunia bahkan di diri kakak sendiri. Aneh ya hahaha" Ia tertawa namun tak membuat Rakel ikut tertawa, Rakel malah tertegun akan ucapannya dengan tatapan yang seolah mengatakan 'apa yang lucu?'

"Bahkan untuk bernafas aja rasanya menakutkan" Lanjutnya lagi dengan senyuman yang memudar "Kakak takut saat kakak bernafas ada yang marah dan menyuruh kakak berhenti bernafas..." Lirihnya dengan raut wajah yang berubah senduh.

"Memangnya siapa yang akan marah?" Tanya Rakel dengan mata yang tak berkedip sama sekali saat memandang pria di sampingnya ini.

Pria itu menoleh dan tersenyum "Orang yang membuat kakak hadir di dunia ini" Jawabnya benar-benar membuat Rakel tak berkutik.

Kenapa rasanya ia seperti melihat dirinya dulu, persis sekali. Keadaannya, benar-benar mirip dengan dirinya dulu. Bahkan sepertinya usianya sama dengan dirinya saat menghadapi kematian dulu.

"Tapi ya jika di turutin kakak gak akan bisa bernafas lagi. Jadi karena itu, walau menakutkan kakak akan terus bernafas karena kakak ingin hidup... Walau nanti dia tau dan marah bahkan sampai membuat kakak berhenti bernafas. Kakak akan menghadapinya dan terus bernafas. Ini memang menakutkan membayangkan kakak berhadapan dengan dia, tapi itu lebih baik dari pada melarikan diri" Ucapnya si akhiri senyuman teduh yang bukannya membuat Rakel tenang malah membuat Rakel seolah tertampar.

"Dari pada takut berhadapan dengannya kakak lebih takut berhadapan dengan diri kakak yang marah karena kakak melarikan diri. Ya rasanya saat kabur diri kakak di masa lalu seolah bilang 'padahal kamu udah janji gak akan lari, terus kenapa kamu lari?' Seperti ini. Hahaha takut ya ngebayangin di marahin diri sendiri" Sambungnya lagi.

Sedangkan Rakel sudah benar-benar tenggelam dengan pikirannya sendiri, dan semakin tenggelam hingga ia merasa seolah dirinya kini tengah berhadapan dengan ia di masa lalu.

Ia seolah melihat dirinya yang mengenakan seragam Lyanharth dengan tubuh yang di penuhi luka tengah menatapnya dengan tatapan paling hina yang pernah ia terima.

RELLAWAYWhere stories live. Discover now