Rahel berjalan perlahan mendekati Bastian dan semakin dekat semakin jelas pula ia melihat sosok yang kini terkulai lemas di tanah itu.

"Apa yang terjadi di sini?" Tanya Rahel masih dengan tatapan yang terfokus pada Rakel.

"Rahel gue-" Bastian menelan kata-katanya dan menunduk sembari menggigit bibir bawahnya, ia malu untuk sekedar menatap Rahel setelah apa yang ia perbuat pada adik sahabatnya itu, apa mungkin Bastian masih bisa berbicara pada Rahel?

Melihat Rahel yang mendekat Zayan inisiatif berdiri memberikan tempat untuk pria itu. Dan usai Zayan berdiri Rakel berjongkok di tempat Zayan sebelumnya dengan mata yang tak lepas dari Rakel.

"Rakel...lo ngapain tiduran di sini? " Tanya Rahel tersenyum sembari mengelus rambut Rakel dengan nada bicara yang sangat lembut. Mendengar ucapan Rahel seluruh orang yang ada di sana tertegun, sudah jelas tubuh Rakel mengeluarkan darah tapi kenapa Rahel bertanya seperti itu?

"Bang, Rakel dia-" Zayan hendak bersuara namun mulutnya di tutup oleh Dafa yang berdiri di belakangnya. Zayan mendongak menatap Dafa dan tanpa melihatnya Dafa menggeleng pelan dengan tatapan lurus pada Rahel dan Rakel.

"Ini juga kenapa muka lo kotor begini?" Tanya Rahel lagi mengelap darah yang ada di bibir Rakel.

"Lo ngapain sih?" Tanya Rahel lagi kali ini suaranya terdengar bergetar, tangan yang menyentuh wajah Rakel terkepal kuat. Bahkan rahang Rahel terlihat jelas megeras, siapapun tau Rahel saat ini tengah sangat marah tapi pria itu terlihat menahannya. Rahel menunduk aura di sekitarnya terlihat menggelap.
Rahel lalu menarik tubuh Rakel kedekapannya.

"Kel... Kita kerumah sakit ya... " Ucap Rahel lagi menggendong tubuh Rakel, dan saat ia mengangkat tubuh adiknya itu kepala dan tangan Rakel terkulai lemas layaknya orang yang sudah tak bernyawa. Tangan Rahel yang menyentuh tubuh Rakel mengeratkan pegangannya, seolah takut adiknya itu akan jatuh dari gendongannya karena tubuh Rakel yang sangat-sangat lemas sekarang. Rasanya Rakel seperti bisa jatuh kapan saja.

Namun walau begitu Rahel tetap mempertahankan ekspresinya seperti biasa, tanpa ada yang sadar bahwa tangannya kini bergetar hebat.

Rahel berjalan begitu saja hendak meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan orang-orang yang ada di sana.

"Rahel lo mau kemana? Sekarang ambulance lagi menuju ke sin-" Dafa berhenti bicara kala Rahel melirik tajam dirinya.

"Menjelang ambulance datang lo pikir adik gue masih bisa di selamatkan?" Desis Rahel tak dapat di bantah oleh Dafa. Setelah mengatakan itu Rahel kembali melanjutkan langkahnya namun lagi-lagi ia di hentikan oleh seseorang, Rahel melirik bahunya yang di tahan lalu melirik sang pemilik tangan ini.

"Apa lagi?"

"Gue yang bawa motornya ya" Ujar Bastian dengan ekspresi serius.

Rahel menelan ludahnya sejenak lalu mengangguk "Hm...Tolong gue,Bas..." Lirih Rahel sembari melanjutkan lagi langkahnya untuk ke motornya dan pergi ke rumah sakit.

Bastian mengangguk tegas dan berjalan mengikuti Rahel.

Setelah melihat Rahel dan Bastian yang berjalan semakin menjauh Billy dan Dafa saling bersitatap lalu mengangguk.

"Panggil seluruh anggota Hellura, kita kerumah sakit sekarang!" Teriak Dafa berjalan pergi memgikuti Bastian dan Rahel.

Billy tanpa basa-basi langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seluruh anggota Hellura melalui grup chat mereka.

"Lo berdua mau ke rumah sakitkan? Ayo" Ucap Billy kepada Sean dan Zayan. Dan setelahnya mereka bertiga pergi mengikuti Billy, posisinya sama seperti tadi. Zayan bersama Dafa dan Sean bersama Billy.

RELLAWAYजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें