"Jadi lo gak jadi belajar bela diri karena abang lo gak ngebolehin?" Gue tersentak dan langsung menoleh ke ayunan yang berada di sebelah gue saat suara lain menyaut gumaman gue.

Saat gue menoleh gue menemukan sosok anak laki-laki yang kayaknya seumuran gue lagi natap gue dengan tatapan polos.

Sejak kapan dia situ? Dari tadi perasaan gue gak dengar langkah kaki yang ngedeket.

"Lo siapa?" Tanya gue curiga.

"Eh?" Dia tampak bingung dengan pertanyaan gue "Ah! Oh iya, gue tadi lagi lewat terus liat lo duduk sendiri di sini. Jadi niatnya tadi gue mau nyapa lo tapi gue gak sengaja denger omongan lo hehehe. Gue bukannya mau nguping ya! Gue cuma gak sengaja denger!" Jelasnya, dan dari awal penjelasannya tu anak selalu senyum. Auranya positif sih, gue rasa dia gak berbahaya.

"Gitu? Yaudah, gakpapa" Usai ucapan gue tu anak tersenyum lebar, sembari mengayunkan pelan ayunannya.

"Terus gimana?" Tanyanya

Gue mengernyit "Apanya?"

"Abang lo ngelarang lo belajar bela diri terus lo gimana?"

"Ah itu, ya gue turutin"

Ia berhenti berayun "Kok gitu?"

"Ya karena gue juga gak mau belajar bela diri"

"Hmm? Emang gak akan nyesel. Kalo lo dalam bahaya gimana?"

"Gak masalah abang gue kuat. Dia pasti ngelindungin gue" Jawab gue acuh tak acuh, walau sebenarnya gue ngomong ngasal sih. Gue sendiri gak mau Rahel ngelindungin gue, gue cuma males ngungkapin perasaan gue. Lagian ni anak orang asing.

Ia menghela nafas sejenak lalu kembali mengayunkan ayunannya cukup kuat dari sebelumnya.

"Gimana kalo dia gak ada siapa yang bakal ngelindungin lo?" Tanya anak itu terdengar serius membuat gue terdiam "Gue ada kenalan, mungkin situasinya agak mirip dengan lo. Dia punya saudara yang kuat banget, tapi dia gak pernah bergantung dengan saudaranya. Padahal lingkungan hidup mereka penuh bahaya, dia malah rela mati-matian belajar bela diri padahal dia cewek. Waktu di tanya kenapa dia gak minta tolong ke saudaranya, dia malah balik nanya 'emang sampai kapan lo bakal terus nolongi gue?'. Mungkin omongannya agak ambigu, tapi saudaranya paham maksud saudarinya itu. Dan kalau lo ngerasain hal yang sama, lo pasti juga tau maksud dia itu apa"

Gue semakin tenggelam dalam keterdiaman ketika mendengar cerita bocah di samping gue, ingatan gue terlempar ke kehidupan lalu gue di mana Rahel sedang sekarat. Ingatan di mana Rahel mengungkapkan kesalahan dan penyesalan terbesarnya. Kesalahan yang ngebuat hidup gue hancur berantakan.

'Gue salah... Gue minta maaf... Harusnya gue ajarin lo bela diri. Karena setelah ini siapa yang bakal ngelindungin lo, kel?'

Dan ucapan 'emang sampai kapan lo bakal ngelindungin gue' gue paham banget. Mungkin gue gak akan paham kalo gue gak ngerasain dulu, tapi gue udah ngerasain hal itu karena itu gue paham betul apa maksudnya.

Seperti gue dulu, gue terlalu sering di selamatin Rahel, jadi gue pikir gue gak perlu bela diri karena ada Rahel yang bakal ngelindungin gue karena ada Rahel yang kuat jadi gue gak perlu susah payah buat belajar bela diri, hingga akhirnya Rahel mati. Gue pun sadar, orang yang selalu ngelindungin kita gak akan selamanya ada untuk kita, orang yang selalu ngelindungin kita juga bisa mati karena kita. Gue baru sadar itu saat Rahel mati.

Dan mungkin orang yang di ceritain bocah itu sudah mikir sampai ke sana, ia tau kalau saudaranya terus menerus melindunginya maka saudaranya yang akan berada dalam bahaya jadi karena itu ia mati-matian belajar bela diri walaupun dia... Cewek?

RELLAWAYWhere stories live. Discover now