"Serius gak mau balik bareng?" Ini sudah ketiga kalinya Jerry melontarkan pertanyaan yang sama pada Sean. Tu anak sekarang gak ada takut-takutnya lagi ama Sean.

Sean menggeram kesal "Kagak! Emang gue anak tk apa balik-pergi bareng?!"

"Yakan kita temen, lagian gue ama Jerry mau mampir ke warnet. Kalo gak di ajak ntar lo baperan lagi" Saut gue setengah meledek.

"Hah?! Baper?! Emang gue dia hah?!" Amuk Sean tak terima sembari menunjuk Jerry.

"Gue gak baperan! Gue cuma mendalami peran!" Jerry ikut berseru tak terima.

Sean berdecak lalu menyembunyikan kedua tangannya di saku celananya "Ck, udahlah gue balik duluan" Pamit Sean berjalan pergi.

"Awas nyesel lo gak ikut!" Teriak Jerry memperingati yang di respon Sean dengan acungnya jari tengah tanpa menoleh.

Gue dan Jerry tertawa pelan.

"Dah ayo, keburu gelap. Nanti malah abang gue yang ngamuk" Ajak gue di angguki Jerry.

Selama perjalan ke warnet, Jerry bernyanyi riang ya selain aktor dia juga penyanyi di masa depan nanti. Bayangin aja sebanyak apa fansnya dengan muka ganteng dan bakat yang melimpah begitu, selama Jerry bernyanyi gue cuma diem ngedengerin nyanyiannya sambil memandangi langit sore yang terlihat memukau.

"Jer, cita-cita lo apa?" Tanya gue tiba-tiba ngebuat Jerry langsung berhenti bernyanyi.

"Kok tiba-tiba bahas itu?"

"Jawab ajalah susah amat" Suruh gue.

Jerry menggaruk tengkuknya "Umm, lo aja deh dulu. Cita-cita lo mau jadi apa?" Jerry membalikkan pertanyaan gue ke gue, ngebuat gue ngalihin tatapan gue dari langit ke dia.

"Lo dulu" Tekan gue dan kali ini Jerry gak bisa nolak lagi.

"Gue... Mau jadi aktor" Ucapnya lirih "Jangan ketawa! Lagian cita cita gue sekarang belum tentu jadi kenyataan!" Sambung Jerry gelagapan karena malu.

Gue tersenyum "pasti kewujud" Ujar gue, Jerry yang tadi malu-malu langsung cengengesan salah tingkah.

"Bisa aja, hehehe. Tapi, orang kayak gue gak mungkin jadi aktor. Gue bukan orang yang PD, gue suka demam panggung, dan gue selalu gugup duluan padahal belum apa-apa. Jadi, mustahil gue jadi ak–"

"Pasti kewujud" Lagi gue mengulang kata-kata yang sama, tapi kali ini lebih tegas menghentikan Jerry yang hendak merendahkan dirinya sendiri.

Jerry tertegun sejenak lalu tersenyum "Semoga aja... Lo sendiri gimana?"

Gue berhenti melangkah mendengar pertanyaan Jerry, cita-cita gue ya? Gue mau jadi apa? Rasanya di kehidupan ini ataupun sebelumnya gue gak punya cita-cita, itu karena gue tau gue gak akan bisa ngegapainya. Jadi gue cuma menjalani masa kini tanpa merencanakan masa depan gue. Karena ekspetasi yang gak terealisasikan itu sakit, jadi dulu gue mutusin buat nggak berharap banyak dengan hidup gue.

Gue gak punya mimpi, ambisi maupun motivasi. Hidup gue flat.

Tapi itu dulu kalo sekarang... Apa cita-cita gue?

"Kel?" Jerry memanggil gue karena tak kunjung mendapati jawaban.

"Cita-cita gue? Gue rasa cita-cita gue mastiin cita-cita kalian kewujud" Gue tersenyum sembari kembali memandangi langit dan lanjut melangkah sedangkan Jerry masih diam di tempat.

"Gak adil! Cita-cita lo mulia banget, kalo gitu cita-cita gue mastiin kalian hidup bahagia!" Oceh Jerry menyusul gue. Gue tertawa pelan.

Ya... Kita pasti bahagia, gue bakal menjamin itu.


RELLAWAYWhere stories live. Discover now