41 - Ungkapan

42.1K 3.6K 408
                                    

Kedatangan Argan yang tidak biasa dengan mobil metalik hitamnya mengalihkan perhatian banyak orang yang berada di sekitar taman kota. Teman-teman cowok itu yang tidak mengira jika Argan akan datang dengan mobil, awalnya tidak menyangka jika cowok dengan jaket kulit berwarna navy dan juga kaca mata hitam itu adalah Argan.


Pakaian Argan memang tidak pernah jauh dari kaos hitam ataupun jaket dan juga celana jeans dengan warna gelap seperti hitam, navy, coklat dan juga abu-abu. Perpaduan warna monokrom yang selalu dipakainya terlebih dengan slayer ataupun headband dikepalanya membuat cowok bertubuh tinggi tegap itu sangat mudah dikenali oleh teman-temannya. Tapi kaca mata? Oh ayolah, Argan bahkan tidak pernah menggunakan benda itu sama sekali sebelum ini. Apalagi dengan mobil yang dikendarai cowok itu. Argan terbiasa menggunakan motornya untuk urusan bepergian ke mana pun karena itu lah mereka tidak mengira jika cowok itu adalah Argan.

"Apaan?" Pertanyaan ketus yang dilontarkan Argan pertama kali ketika cowok itu berdiri dihadapan mereka membuat delapan orang itu langsung kembali ke dalam realita.

"Lo bawa mobil?" Tanya Agam.

Argan berdeham pelan, "Gue ada urusan tadi," Jawabnya kemudian.

"Gue kira lo enggak jadi kesini," Kata Danu.

"Kapan gue ngomong gue enggak jadi kesini?" Tanya Argan terlewat datar.

"Ya, enggak sih," Danu menggaruk tengkuknya.

"Lo kesini mau bantuin kita atau numpang ngeliatin doang?" Sindir Panji.

Cowok itu masih mengingat jelas ketika Argan menolak rencana yang dibuat mereka mentah-mentah. Rasanya lucu sekali jika sekarang Argan mau merubah pendiriannya dan ikut andil dalam rencana mereka.

Selama mereka berteman, Argan itu sangat jarang sekali bermain musik apalagi bermain gitar. Terakhir kali Panji melihat Argan bermain gitar adalah ketika Veera ulang tahun. Dan itu pun karena paksaan gadis itu. Bila di ingat, Argan memegang gitar itu bisa dihitung oleh jari. Selama hampir tiga tahun ini, Panji hanya pernah melihat Argan bermain gitar sebanyak tiga kali. Pertama saat Veera ulang tahun, lalu ketika ada tes bermain alat musik disekolahnya, dan terakhir ketika Aligator mengadakan bakti sosial untuk korban bencana alam sekitar setahun yang lalu. Masih saat Niko menjabat sebagai ketuanya.

Saat itu ada banyak sekali anak-anak kecil yang menjadi korban, dan Argan yang biasanya sangat sulit di atur oleh Niko tiba-tiba saja mengambil inisiatif sendiri untuk menghibur mereka dengan bermain gitar sambil bernyanyi. Niko dan yang lainnya cukup terkejut untuk hal itu. Argan yang biasanya selalu memilih irit bicara dalam urusan apapun bisa berubah menjadi lebih banyak berbicara kepada anak-anak kecil itu. Mereka bernyanyi bersama sambil tertawa. Bahkan Argan juga tidak menolak ketika beberapa dari mereka ingin digendong oleh cowok itu.

Panji merasa jika saat itu ia melihat sisi lain dari seorang Argan. Cowok itu menyukai anak-anak kecil. Itu terlihat dari betapa berbedanya ia ketika bersama dengan mereka.

Selama ini Argan tidak pernah menceritakan apapun tentang hidupnya pada sembarang orang. Bahkan kepada Panji juga tidak. Cowok itu hanya membiarkan saja orang lain melihatnya dan menyimpulkan sesuka hatinya tanpa mau peduli dengan apa yang mereka pikirkan tentangnya. Bagi Argan, hidupnya adalah kendalinya. Apa yang ia putuskan, berarti itu jalan yang ia pilih dalam hidupnya. Ia tidak perlu sampai repot-repot untuk mendengarkan ocehan buruk orang lain tentang dirinya. Karena hidupnya bukanlah sebuah pencitraan dimana orang lain bisa mengenalnya sebagai sosok yang sempurna namun penuh dengan tipu daya.

ARGAN [END]Where stories live. Discover now