16 - Emosi

59.6K 4.3K 268
                                    

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Seorang cowok dengan headband hitam itu mengusap pelan sudut bibirnya yang terluka dengan ibu jarinya. Dengan tangan yang terkepal dan matanya yang masih menyorotkan kemarahan, cowok itu kembali melayangkan pukulannya pada sosok cowok lain yang sudah tidak berdaya ditempatnya.

"Gan! Gila lo! Roy bisa mati bego!" Rega yang baru saja datang ditempat itu bersama Romy langsung berlari untuk menghentikan Argan yang sudah kalap.

"Dimana Kakak gue bangsat?!" Argan menarik kerah jaket yang dipakai Roy. Cowok yang sudah tidak berdaya itu tersenyum sinis pada Argan yang terlihat sangat emosi itu.

"Kakak lo? Oh, Veera? Dia aman sama gue. Tenang, belum gue apa-apain. Cuma baru gue cium—"

"Bangsat!" Argan kembali memukul wajah Roy dan menendang perut cowok itu. Ia benar-benar sudah kalap saat ini.

"Tarik si Argan! Tuh, anak bisa bunuh orang lama-lama!" Kata Romy.

Rega mengangguk lalu bersama dengan Romy ia berlari mendekati Argan dan berusaha menarik cowok itu menjauh dari Roy yang sudah terkapar tapi masih sempat-sempatnya tersenyum sinis yang membuat emosi Argan semakin memuncak.

"Sadar, Gan! Lo bisa bunuh dia!"

Bugh!

Bugh!

"Anj*ng!"

"Shit!" Umpat Romy dan Rega bersamaan saat mereka justru yang terkena pukulan Argan saat berusaha menarik cowok itu.

Romy menyentuh sudut bibirnya. Sudah bisa ia pastikan jika sudut bibirnya itu sedikit robek karena pukulan Argan yang tidak main-main. Ia berdecak kesal, selalu seperti ini jika Panji tidak ikut membantu menahan Argan. Karena jika ada Panji, mereka tidak perlu repot-repot memisahkan Argan sampai akhirnya mereka terkena pukulan cowok itu, tapi Panji hanya cukup melontarkan kata-kata pedasnya yang ntah mengapa bisa langsung membuat Argan berhenti dengan sendirinya. Tapi apa boleh buat, kali ini Panji ikut bersama Agam, Danu, dan Sean untuk mencari Veera, jadi mereka harus memikirkan caranya sendiri untuk membuat Argan berhenti.

"Ah, bisa seminggu ini sembuhnya! Pesona gue bisa berkurang ini," Keluh Romy sambil melihat tangannya yang berdarah setelah menyentuh sudut bibirnya sendiri.

Rega yang mendengar hal itu tak segan-segan menampol kepala Romy dengan sangat keras. "Bego! Masih sempat-sempatnya lo mikirin pesona! Urus si Argan dulu anjer! Baru pesona lo!" Dengus cowok itu.

Romy mengelus kepalanya yang menjadi sasaran pukulan dari Rega lalu mendelik.

Tak lama, saat mereka ingin mencoba kembali menghentikan Argan, tiba-tiba terdengar suara motor datang dari arah belakang mereka. Kedua cowok itu menoleh dan menatap garang pada Dafa yang baru saja datang.

"Darimana aja lo? Lama amat!" Ketus Rega.

Dafa melepaskan helmnya lalu berjalan ke arah mereka. "Gue abis minta izin ke guru piket. Lama bener njer dia ngasihnya, pake acara di tanya-tanya dulu segala lagi,"

"Kerajinan amat, sih, lo!" Celetuk Romy membuat Dafa terkekeh. Cowok itu lalu memperhatikan sekitarnya dan melotot tak percaya.

"Siapa yang ngabisin mereka sampe kayak gini?" Tanya Dafa melongo melihat banyaknya orang terkapar tidak berdaya di tempat itu.

"Lo pikir siapa? Noh, lihat sepupu lo!" Romy menunjuk Argan yang tengah menarik kerah Roy dengan dagunya.

Melihat itu Dafa kembali melotot. "Pinter banget lo berdua! Bukannya dihentikan, malah pada ngobrol disini!"

ARGAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang