96 - Delapan Tangkai Dari Lara

22.8K 2.8K 4K
                                    

Puntennnn, ada yang nungguin?

Kalau ada, absen dulu sinii-!

Wkwkwk challenge udah terpenuhi, jadi selamat menikmati-!

Btw, baca ini jam berapa?

Posisi liat notif?

Reaksi liat notif?

Absen askot dulu gimana? Salken aku dari Bogor-!

Tim gercep atau nanti aja?

Btw, siapkan hati siapkan mental JHAHAHA

Eh eh tapi, kalian tuh kalau komen hurufnya jangan satu satu gitu dong😭 sakit mata aku tuh asli bacanya 😭

Udah ah sekian, bantu aku kalau ada typo atau sejenisnya yaaaaa

Selamat membaca❤












Antonio memandang datar ke arah putra bungsunya yang tengah duduk menyender di atas ranjang rumah sakit. Sudah hampir satu jam sejak orang-orang meninggalkan mereka berdua di dalam sana dan memilih untuk menunggu di luar.

"Bagaimana? Sudah puas dengan semua kekacauannya?" Anton bertanya datar.

Argan menutup bibirnya rapat-rapat, tidak menjawab.

"Masuk rumah sakit, mengalami pendarahan hingga di operasi, kakimu patah, dan sekarang kamu dinyatakan kehilangan penglihatan matamu." Anton terdiam sejenak, manik tajamnya memandang Argan yang terdiam. "Katakan Argan, sekarang apalagi yang ingin kamu lakukan untuk merusak tubuhmu sendiri?"

"Itu kecelakaan." Ujar Argan membela diri.

Anton mengangguk, "baik, memang benar itu sebuah kecelakaan. Tapi lihat sekarang, apa dampak yang kamu terima dari kecelakaan itu?"

"Pa," Argan menghela nafasnya. "Argan gak pernah menyesal."

"Apa ada yang salah dengan isi kepalamu itu?"

"Pa-"

"Diam." Anton mengangkat tangan kanannya. "Untuk pertama kalinya Papa menyesal memberikanmu terlalu banyak kebebasan. Hanya karena Papa sudah tidak lagi memberimu pengawasan, apa kamu jadi berpikir bisa berbuat sesukamu, begitu?"

"Emangnya apa yang salah dengan nyelamatin nyawa orang?" Tanya Argan tidak mengerti lagi.

"Tidak ada yang salah, Argan. Tapi cara nekatmu itu yang tidak Papa suka!"

"Argan udah sadar sekarang, kondisinya juga udah baik, lagi masa pemulihan pula. Gak ada masalah lagi 'kan? Terus apalagi yang harus diperpanjang sekarang?"

"Demi Tuhan, Argan Deano! Hentikan semua omong kosongmu itu. Kamu kehilangan penglihatan matamu! Apa perlu Papa perjelas lagi?"

"Terus... Emangnya kenapa kalau sekarang Argan buta?" Argan menarik salah satu sudut bibirnya, miris.

"Apa?" Anton memandang tidak percaya ke arah putranya itu.

"Memangnya kalau Argan buta, Papa gak mau ngakuin Argan anak lagi?"

"ARGAN!"

Argan menipiskan bibir. Sejujurnya, walaupun sikapnya terlihat tenang dan santai, namun, jauh di dalam lubuk hatinya, Argan merasa sedikit tertekan akan kondisinya saat ini. Ia tidak masalah dengan kakinya yang patah ataupun rambutnya yang dipangkas berantakan karena operasi. Semua itu bisa kembali normal seiring dengan berjalannya waktu. Tapi matanya? Apa matanya bisa kembali melihat seperti sedia kala?

ARGAN [END]Where stories live. Discover now