14 - Masalah

56.7K 4.4K 70
                                    

"Sial!" Umpat Argan untuk kesekian kalinya.

Sudah hampir selama 2 jam ia mengendarai motornya, tapi para penguntit itu belum juga berhenti mengejarnya. Jika di tanya ia merasa pegal atau tidak, maka jawabannya adalah 'iya'. Bayangkan saja, selama dua jam lebih ia duduk di atas motornya tanpa beristirahat barang sejenak, belum lagi ditambah motornya adalah motor sport yang dimana ia harus agak membungkuk untuk mengendarainya.

Selama ia memiliki motor berjenis itu, ini adalah kali pertama cowok itu agak kesal mengapa motornya berjenis sport. Karena biasanya ia merasa nyaman-nyaman saja dengan kendaraannya ini, tapi kali ini agak sedikit berbeda.

Sementara di sisi lain, Lara sudah berkeringat dingin. Cewek itu tidak akan mengira jika berboncengan dengan Argan akan mempertaruhkan masa depannya seperti ini. Kebut-kebutan di jalan raya, dengan banyak orang yang mengikutinya dari belakang, bahkan Argan tak mengizinkannya untuk memeluk pinggang cowok itu agar ia tidak jatuh. Ayolah, Lara seperti merasa Argan membawanya semakin dekat dengan jurang kematian.

Argan yang sudah kesal dengan situasinya saat ini akhirnya memutuskan untuk pergi ke daerah yang lebih sepi untuk membereskan semua ini. Sebenarnya ia bisa saja melakukannya sedari tadi, tapi ia sedang malas untuk meladeni mereka. Dan karena mereka semua yang terlihat tidak ada lelahnya mengejar Argan, alhasil cowok itu merasa muak dan akan membereskan mereka semua saat ini juga.

Ia melirik sebentar ke arah kaca spionnya. Melihat bagaimana keadaan seorang gadis yang sedari tadi ia bawa bersamanya dengan ugal-ugalan. Wajah Lara terlihat memucat dengan keringat yang membasahi wajahnya. Ia takut. Dan Argan menyadari hal itu. Jika tahu situasinya akan menjadi seperti ini, lebih baik ia tadi tidak membawa Lara bersamanya. Terlebih karena agar gadis itu tidak ikut dalam masalahnya, dan juga agar ia tidak menjadi kerepotan seperti ini. Setidaknya jika ia tidak membawa Lara, pasti cowok itu sudah dengan mudah pergi dengan kecepatan motor maksimalnya. Tapi sekarang? Ah sudahlah, ini semua memang murni kesalahan Argan.

Saat sudah sampai ditempat yang ia inginkan, cowok itu menghentikan motornya yang berhasil membuat Lara langsung beralih mencengkram baju seragam Argan dengan kuat saat cowok itu hendak turun dari motornya.

Argan menoleh lalu mengangkat salah satu alisnya. "Jangan kesana. Gue takut," Ungkap Lara.

"Tunggu disini." Titah Argan tidak memperdulikan ucapan Lara tadi.

Melihat Argan yang turun, membuat Lara ikut turun dan memilih untuk berdiri disamping motor cowok itu.

Argan dengan pakaiannya yang tidak bisa disebut sebagai seorang pelajar itu maju sendirian dengan tatapan tajam nan datarnya. Sedang tak jauh didepannya sudah ada orang-orang yang tadi mengikutinya. Argan berdecih pelan setelah melihat semua orang itu. Jika bukan Roy-si ketua Moristor, maka Marcell yang akan mencari masalah dengannya. Selalu seperti itu.

Cowok dengan celana jeans hitam dan juga jaket kulit hitam di depannya itu menatap Argan dengan salah satu sudut bibir yang terangkat. Mardino Cellano atau yang kerap dipanggil Marcell adalah salah satu ketua geng motor yang entah mengapa tiba-tiba mengibarkan bendera perangnya dengan ketua Aligator yang tak lain adalah Argan.

Marcell melirik pada sesosok gadis yang berada tak jauh dibelakang Argan lalu semakin menyeringai. Argan yang tahu apa yang dilihat cowok itu langsung menatapnya tajam.

"Argan Deano, gue gak nyangka kalo ternyata lo bisa juga punya cewek yang keliatan polos kayak dia," Ucap Marcell.

Argan berdecih. Tidak berniat menjawabnya sama sekali.

"Hey, bro! Lo sendirian? Kemana semua teman lo yang selama ini lo jadiin tempat perlindungan? Udah pada mati?" Cowok itu tersenyum miring melihat Argan yang mulai terpancing.

ARGAN [END]Where stories live. Discover now