2 - Ketidaksengajaan

98K 7.2K 132
                                    

"Ini bukan sebuah kebetulan, di mana untuk pertama kalinya mereka di pertemukan. Tapi ini adalah sebuah awal dari permainan takdir yang telah di mulai."

🍃🍃🍃


"REGA!" pekik Dita dengan suara melengking seperti toa masjid yang rusak.

"Apa sih, babe? Iya, gue tau gue ganteng, jadi gak usah manggil nama gue sampe segitunya" balas Rega sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Bab-beb, bab-beb! Mulut lo kayak pantat bebek! Balikin ponsel gue!" Sentak Dita sambil melempar Rega dengan tempat pensilnya.

Dengan sigap Rega menghindar dan tersenyum mengejek pada Dita yang terlihat kesal setengah mati. Cowok itu membuka aplikasi chatting yang ternyata tidak diberi pengamanan sama sekali seperti password, pin, ataupun pola.

"Ga, ih! Balikin!" Rengek Dita ditempatnya.

Lagi-lagi Dita merenggut kesal karena ucapannya tidak di gubris oleh Rega. Cowok itu justru sekarang sedang sibuk menggulir isi pesan yang terdapat dalam ponsel gadis itu. Ada banyak pesan dari cowok, tapi tak ada satu pun yang dibalasnya. Rega tersenyum. Entah karena apa. Tapi senyum nya hilang saat melihat ada satu pesan yang baru saja masuk dari nomor seorang cowok. Belum sempat ia membaca nama itu, tiba-tiba ponsel yang berada di tangannya di rampas paksa.

Ia mendengus. Ponsel itu sudah berada di tangan Dita dan si pemiliknya sekarang tengah menatap tajam kearah nya.

"Ngapain lo buka-buka chatan gue?!" Tanya Dita garang.

"Penasaran aja" jawabnya santai.

Dita berdecak, "Lo ngapain sih ada di sini? Kelas lo kan di sono! Di IPS! kenapa malah masuk ke IPA?"

Rega menutup kupingnya yang terasa sakit dan berdenging. Untung saat ini sedang istirahat, jadi tidak ada murid yang akan heboh karena ia yang masuk ke kelas IPA.

"Duh, lo berdua berisik banget sih!" Kesal Intan.

"Denger, noh! Kata temen lo juga berisik! Gue ke sini nemenin si Panji!" Jawab Rega sambil menunjuk Panji yang tengah mengobrol dengan beberapa temannya di kelas ini.

Rega sendiri tidak tahu maksud Panji datang kemari. Ia hanya mengiyakan saja saat cowok itu memintanya untuk ikut dengannya. Tapi, bukannya ikut merunding, Rega justru menjahili Dita yang sedang serius memainkan ponselnya.

Rega melirik jam tangannya, waktu istirahat sudah sebentar lagi, tapi Panji belum juga menyelesaikan urusannya itu. Ia berjalan ke kursi Panji. Belum sempat ia duduk, tiba-tiba suara seseorang berhasil membuatnya terlonjak dan langsung refleks membalikkan badan. Bukan hanya Rega, tapi Panji, Dita, Intan dan juga beberapa penghuni kelas itu. Mereka menatap tajam di pelaku yang tengah berdiri di depan pintu sambil ngos-ngosan.

"Kaget gue! Apaan, sih, lo!" Kesal Dita

"Astaghfirullah!" Ucap Intan.

"Emang minta di bogem ya lo, Gam!" Kata Rega.

Agam menyesuaikan pernapasannya yang tersendat-sendat karena lelah berlari dari lantai bawah hingga lantai 4 di mana kelas IPA berada.

Panji mengangkat alisnya bertanya.

"Lo mau ngapain anjir?!" Geram Rega.

"Argan ribut sama anak OSIS di koridor!" Ucapnya setelah berhasil menetralkan napasnya.

Panji segera berdiri dari duduknya. Ia meminta penjelasan, tapi suara Danu lebih dulu memotongnya.

"Ga! Si Romy lagi ribut di lapangan!" Tambah Danu.

ARGAN [END]Where stories live. Discover now